Saturday, November 7, 2009

Hanya Satu Fokus Utama

Ayat bacaan: Matius 6:24
====================
"Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

fokus utama, prioritas, Tuhan, mamonAda beberapa orang yang sanggup melakukan beberapa hal sekaligus dalam satu waktu yang sama. Misalnya browsing di internet sambil chatting, sambil menonton televisi, ada yang memanfaatkan waktu makan sambil membaca, dan sebagainya. Biasanya orang menyebut ini dengan multitasking. Tapi meskipun kita sanggup melakukan beberapa hal sekaligus, tetap saja untuk hasil terbaik kita sebenarnya harus fokus berkonsentrasi pada satu "task" saja dalam satu waktu. Jika tidak semuanya akan mendapat hasil yang tidak maksimal, atau mungkin akan memakan waktu yang justru lebih lama daripada menyelesaikannya satu persatu. Ketika santai mungkin saya bisa melakukan beberapa hal sekaligus, dalam artian yang saya kerjakan mungkin hanyalah hal-hal yang santai saja, namun ketika saya harus serius, seperti menulis renungan misalnya, saya harus fokus hanya pada menulis agar pikiran saya bisa terfokus, tidak bercabang-cabang dan hasil tulisannya bisa maksimal.

Dalam kehidupan kita pun demikian. Kita memang anak Raja, tapi kita tidak boleh bersikap sombong karenanya. Saya lebih suka menggambarkan posisi kita sebagai anak Raja yang berhati hamba. Seorang hamba seharusnya mengabdi hanya pada satu tuan saja, tidak boleh lebih. Mengabdi berarti menjadikan sesuatu sebagai fokus utama. Mungkin bisa muncul beberapa tujuan yang ingin diraih, tapi dari sisi derajat atau tingkat kepentingan, tentu ada urutan yang paling atas yang kemudian disusul oleh urutan kedua, ketiga dan sebagainya. Apa yang saat ini tampil pada posisi teratas dalam daftar urut kita? Yesus mengingatkan hal ini dengan jelas lewat ayat bacaan hari ini. "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." (Matius 6:24). Sesungguhnya manusia memang tidaklah seperti Tuhan yang mampu hadir dimana-mana dan mampu melakukan begitu banyak pekerjaan dalam waktu yang sama dengan hasil yang sempurna. Sebagai manusia kita ini terbatas. Tuhan Yesus menyatakan bahwa kita hanya bisa memilih untuk mengabdi kepada salah satu, kepada Allah atau kepada mamon, alias dewa uang. Mamon disini berarti lebih luas dari uang. Bisa diartikan juga sebagai harta kekayaan atau segala sesuatu keduniawian yang kita anggap penting. Jadi mana yang lebih kita dahulukan, apakah Allah atau mamon? Mungkin menjawab hal ini mudah, tapi dalam pelaksanaan seringkali kita menomorsatukan uang/harta ketimbang melayani atau mencari Tuhan. Kita tidak berdoa karena terlalu lelah bekerja, kita memilih untuk beristirahat di hari Minggu ketimbang bersama-sama saudara seiman menyembah Tuhan di gereja, dan sebagainya. "Daripada melayani lebih baik kita bekerja, jika tidak keluarga kita harus makan apa, emang bisa makan pelayanan?" kata seorang teman pada suatu hari. Ini semua menggambarkan bahwa Tuhan berada pada posisi kedua atau bahkan dibawahnya.

Apa yang ditegaskan Yesus adalah jelas, bahwa pengabdian kita kepada Allah, Sang Pencipta yang begitu mengasihi kita sungguh harus total. Tidak boleh terbagi-bagi, tidak boleh berbarengan dengan keduniawian, tidak boleh terpecah, bercabang-cabang dan tidak boleh pula diletakkan pada urutan kedua. Kita memang harus bekerja, mencari nafkah untuk menghidupi keluarga dan diri kita sendiri. Namun itu bukanlah hal yang paling utama, karena cepat atau lambat jika kita fokus kepada harta, kita akan menjadi budak harta pada suatu ketika. Apabila kita khawatir akan kondisi keuangan kita, kita tidak harus menjadi panik lalu bekerja serabutan tanpa memikirkan waktu. Apa yang harus kita lakukan justru sebaliknya, yaitu terlebih dahulu mencari Tuhan, karena Dialah sebenarnya yang menyediakan segala sesuatunya. Demikian firman Tuhan: "Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu." (Matius 6:31-32). Tuhan tahu persis apa yang menjadi kebutuhan kita. Jika demikian apa yang harus kita lakukan? Tuhan Yesus berkata: "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (ay 33). Kita justru harus mendahulukan atau memprioritaskan untuk mencari Kerajaan Allah. Ini berarti menomorsatukan Tuhan dalam kondisi atau situasi apapun. Bukan meninggalkan pekerjaan, meninggalkan keluarga, sahabat dan sebagainya, tapi apa yang dimaksud adalah meletakkan dan mengabdi kepada Tuhan pada prioritas di urutan pertama. Karenanya kita tidak perlu khawatir akan hari esok, seperti apa yang kemudian dilanjutkan Kristus: "Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." (ay 34).

Siapa yang hari ini menjadi tuan dalam diri kita? Siapa yang menjadi fokus utama dalam kehidupan kita? Apakah Tuhan, atau hal lainnya seperti harta, karir, kedudukan, hobi, dan sebagainya? Apakah kita sudah menempatkan Tuhan pada posisi selayaknya di urutan pertama, atau kita masih mencoba untuk meletakkan Tuhan pada urutan yang sama dengan hal-hal lainnya, menempatkan Tuhan pada satu dari sekian posisi multitasking kita? Apa yang paling menyita waktu, tenaga dan pikiran kita, itulah sebenarnya yang menjadi tuan kita. Tuhan begitu mengasihi kita. Kita jauh lebih berharga dibanding segala ciptaannya yang lain. Lihatlah apa kata Daud berikut ini "Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?" (Mazmur 8:4-5). Sampai-sampai Tuhan merelakan anakNya yang tunggal untuk menyelamatkan kita dari kematian akibat dosa-dosa. Maka sudah selayaknyalah jika Tuhan kita prioritaskan pada posisi pertama. Mari kita perhatikan diri kita hari ini, apa yang menjadi prioritas di posisi teratas, dan pastikanlah bahwa Tuhan adalah satu-satunya yang menjadi fokus utama pengabdian kita.

Hamba tidak bisa mengabdi kepada dua tuan, manakah yang kita pilih?

No comments:

Post a Comment