Monday, November 2, 2009

Lewat Pertolongan Orang Lain

Ayat bacaan: Nehemia 2:7-8
====================
"Berkatalah aku kepada raja: "Jika raja menganggap baik, berikanlah aku surat-surat bagi bupati-bupati di daerah seberang sungai Efrat, supaya mereka memperbolehkan aku lalu sampai aku tiba di Yehuda. Pula sepucuk surat bagi Asaf, pengawas taman raja, supaya dia memberikan aku kayu untuk memasang balok-balok pada pintu-pintu gerbang di benteng bait suci, untuk tembok kota dan untuk rumah yang akan kudiami." Dan raja mengabulkan permintaanku itu, karena tangan Allahku yang murah melindungi aku."

lewat pertolongan orang lainBeberapa waktu yang lalu saya sempat menyinggung mengenai orang yang membesar-besarkan kelebihannya untuk menutupi kelemahannya. Biasanya orang seperti ini tidak akan mau minta tolong kalau tidak benar-benar terdesak atau bahasa santainya, kepepet. Banyak sekali orang yang merasa malu untuk meminta tolong kepada orang lain. Mungkin karena gengsi, tapi tidak sedikit pula yang disebabkan rasa sungkan yang berlebihan. Ada seorang yang saya kenal hidup dengan rasa segan yang berlebihan, akibatnya ia tidak kunjung maju sampai sekarang. Minta tolong kepada orang lain itu adalah hal yang lumrah, jika kita lakukan dalam porsi wajar, bukan memanfaatkan kebaikan orang lain, bukan karena kita malas. Ada saat dimana kita butuh uluran tangan atau bantuan dari orang lain, dan tidak ada salahnya kita utarakan. Bahkan berkat Tuhan pun mungkin bisa tersalurkan lewat orang lain.

Mari kita lihat cuplikan awal kisah Nehemia. Nehemia termasuk satu dari sekelompok orang Yehuda yang kembali dari pembuangan di Babel seperti yang tercatat pada kitab Ezra 2:2. Nehemia hidup ketika Yehuda menjadi bagian dari Persia. Pada saat itu Nehemia termasuk beruntung karena memiliki posisi yang cukup baik, yaitu sebagai juru minuman raja. Jabatan ini tentu menjadikannya memiliki hubungan yang relatif cukup dekat dengan sang raja Persia waktu itu, raja Artahsasta. Pada suatu hari ia mendengar berita mengenai keadaan orang-orang sebangsanya yang telah kembali dari pembuangan. Apa yang ia dengar adalah mengenaskan. Sementara ia cukup beruntung, ternyata saudara-saudara sebangsanya justru menderita dalam kesengsaraan berat. "Kata mereka kepadaku: "Orang-orang yang masih tinggal di daerah sana, yang terhindar dari penawanan, ada dalam kesukaran besar dan dalam keadaan tercela. Tembok Yerusalem telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar." (Nehemia 1:3). Mendengar itu, Nehemia pun menangis dan berkabung berhari-hari. Nehemia bisa saja cuek, karena dia sebenarnya sudah "selamat" dan hidup berkecukupan. Tapi tidak, Nehemia merasakan kepedihan yang dirasakan bangsanya. Apa langkah-langkah yang ia lakukan? Pertama, Nehemia berpuasa dan berdoa. Itulah yang pertama ia lakukan. Doanya tidak saja memohon ampun bagi bangsanya, tapi juga pembersihan atau pertobatan dari dosa-dosanya sendiri. Ia tahu bahwa doanya tidak akan punya pengaruh apabila ia sendiri belum bersih dari dosa. "berilah telinga-Mu dan bukalah mata-Mu dan dengarkanlah doa hamba-Mu yang sekarang kupanjatkan ke hadirat-Mu siang dan malam bagi orang Israel, hamba-hamba-Mu itu, dengan mengaku segala dosa yang kami orang Israel telah lakukan terhadap-Mu. Juga aku dan kaum keluargaku telah berbuat dosa." (ay 6).

Selanjutnya dalam Nehemia pasal 2 kita lihat kisah selanjutnya. Pada suatu hari, empat bulan kemudian, ketika Nehemia tengah menghidangkan anggur bagi raja Artahsasta, sang raja melihat wajah Nehemia yang murung. Ia pun bertanya kepada Nehemia, apa gerangan yang terjadi. (ay 1-2). Nehemia pun menceritakan rasa sedihnya melihat kehancuran bangsanya. (ay 3). Raja Artahsasta lalu menawarkan bantuan. Ia bertanya apa kiranya yang dapat ia bantu? Nehemia kembali berdoa dalam hatinya. (ay 4). Dan setelah berdoa, ia pun menyampaikan dengan jujur bahwa ia butuh pertolongan dari raja. Nehemia tidak berpangku tangan, dia tidak pula merasa mampu segalanya. Dia tahu bahwa dia butuh pertolongan raja untuk bisa membangun kembali Yerusalem. "Berkatalah aku kepada raja: "Jika raja menganggap baik, berikanlah aku surat-surat bagi bupati-bupati di daerah seberang sungai Efrat, supaya mereka memperbolehkan aku lalu sampai aku tiba di Yehuda. Pula sepucuk surat bagi Asaf, pengawas taman raja, supaya dia memberikan aku kayu untuk memasang balok-balok pada pintu-pintu gerbang di benteng bait suci, untuk tembok kota dan untuk rumah yang akan kudiami." Dan raja mengabulkan permintaanku itu, karena tangan Allahku yang murah melindungi aku." (ay 7-8). Raja pun mengabulkan hal itu. Tidaklah sulit bagi raja untuk membuat surat-surat itu, sementara Nehemia tidak dalam kapasitas untuk melakukannya. Berawal dari situlah kita tahu kemudian bagaimana Nehemia membangun kembali Yerusalem yang sudah hancur lebur dengan luar biasa. Apakah itu semua semata-mata karena keberuntungan? Tidak. Nehemia tahu pasti bahwa itu semua adalah berkat tangan Allah yang murah melindunginya. Tuhan menyalurkan berkatNya kepada Nehemia lewat perantaraan raja Artahsasta.

Kita bisa belajar dari Nehemia mengenai dua hal. Pertama, ketika kita masuk ke dalam "lembah Baka" (air mata), hal terpenting adalah mencari Tuhan terlebih dahulu. Berdoalah, dan kuduskanlah diri terlebih dahulu dengan mengakui segala dosa-dosa yang masih mengotori diri kita. Lalu setelah itu, jangan malu untuk memohon bantuan orang lain yang punya kapasitas lebih dari kita. Kita lihat bahwa Tuhan bisa menyalurkan berkatNya bagi pekerjaan Nehemia lewat sosok orang lain, dalam hal ini lewat raja Artahsasta.

Ada kalanya kita Tuhan memampukan kita untuk melakukan sesuatu dengan sendirian, tapi dalam banyak kesempatan Tuhan pun menyalurkan berkatNya lewat tangan orang lain. Kita tidak perlu malu mengakui bahwa sebagai manusia kita ini terbatas kemampuannya. Tuhan sendiri sejak awal telah menetapkan kita untuk tidak hidup sendirian. Kita adalah mahluk sosial yang selalu butuh berinteraksi dan saling dukung, saling bantu, untuk bisa mencapai sukses. Hidup dengan gengsi, keangkuhan, kesombongan, atau di sisi lain hidup dengan rasa sungkan dan segan yang berlebihan cepat atau lambat akan membuat kita jalan di tempat, kalau bukan semakin mundur. Lihatlah apa kata firman Tuhan berikut ini: "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus." (Galatia 6:2). Hukum Kristus terpenuhi jika kita saling bertolong-tolongan dalam memikul beban bersama-sama. Bagaimana mungkin orang bisa menolong jika kita sendiri hanya diam saja dan tidak mau mengakui bahwa kita butuh bantuan? Oleh karena itu hindarilah sikap tinggi hati, sombong atau sebaliknya rasa sungkan yang terlalu berlebihan. Tidak ada salahnya untuk memohon bantuan apabila perlu, tapi sebelumnya berdoalah, tanyakan kepada Tuhan apa yang harus kita lakukan, mendengar dan mengikuti apa yang diinstruksikan Tuhan. Kepada jemaat Galatia kemudian dikatakan demikian: "Sebab kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri." (ay 3). Jika kita merasa mampu segalanya, padahal sebenarnya kita tengah butuh bantuan, itu sama artinya dengan menipu diri sendiri.

Belajar dari Nehemia, kita bisa melihat bagaimana pentingnya berdoa di saat kita tengah mengalami permasalahan. Tidak peduli sederas apa curahan hujan air mata kita hari ini, Tuhan mampu mengubah itu semua menjadi hujan berkat. "Apabila melintasi lembah Baka, mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air; bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya dengan berkat." (Mazmur 84:7). Dan ini berlaku bagi orang yang menggantungkan segenap kekuatan serta hidupnya ke dalam tangan Tuhan. (ay 6). Nehemia tidak merasa sungkan untuk memohon pertolongan dari orang lain ketika Tuhan menghendaki demikian, ia tidak malu mengakui bahwa ia membutuhkan pertolongan, demikian pula kita sebaiknya bersikap agar hukum Kristus dapat terjadi. Sekali lagi, Tuhan mampu memberkati anda secara luar biasa baik secara langsung maupun lewat orang lain. We are all only human afterall.

Tuhan bisa menurunkan berkatNya secara langsung, tapi terkadang memilih untuk menyalurkannya lewat orang lain

No comments:

Post a Comment