Friday, November 13, 2009

Pandanglah ke Atas

Ayat bacaan: Ibrani 12:3
===================
"Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa."

pandanglah ke atasSungguh kita adalah manusia yang terbatas dan punya banyak kelemahan. Manusia bukanlah Tuhan yang punya kuasa tidak terbatas. Kita punya batas, kelebihan kita pun ada batasnya. Kelemahan? Banyak. Tidak ada satupun manusia yang mampu melakukan segalanya. Sehebat-hebatnya kita, pada suatu saat kita akan bertemu dengan batas-batas dimana kita tidak lagi mampu berbuat sesuatu. Seringkali apa yang bisa membuat perbedaan bukanlah kuat atau hebatnya kita, tapi sejauh mana kita punya semangat untuk terus berjuang, sejauh mana kita punya pengharapan, dan sekuat apa kita berakar dan bertumbuh di dalam Tuhan. Seperti yang telah saya tulis kemarin, seringkali kita lebih memilih untuk memanjakan perasaan negatif kita dan mengasihani diri terus menerus secara berlebihan. Bayangkan jika seorang atlit tidak lagi punya semangat untuk berjuang kemudian memilih untuk menundukkan kepalanya. Di saat seperti itulah atlit itu tidak lagi berbahaya dan akan mudah untuk dikalahkan. Memandang ke bawah, ke kiri, kanan, muka, belakang, kita akan menjumpai bahwa ada banyak tekanan yang cepat atau lambat akan melemahkan kita. Berita buruk, hinaan, godaan, ejekan, semua itu bisa meracuni hati kita, sehingga kita, manusia yang lemah ini, sewaktu-waktu bisa dikalahkan oleh tekanan demi tekanan tersebut. Suara saya tidak cempreng, wajah saya tidak cantik, saya bodoh, saya miskin, saya tidak lengkap, dan sebagainya, itu bisa menjadi titik-titik lemah untuk diserang dari segala arah jika kita mempercayai bahwa kita memang seburuk itu. Memilih untuk memandang pada kelemahan tidak akan pernah bisa membuat kita kuat. Apalagi jika Tuhan sendiri telah mengatakan bahwa kita ini terlukis di telapak tangan dan berada di ruang mataNya (Yesaya 49:16), bahkan dikatakan berharga dan mulia di mataNya, begitu dikasihiNYa (Yesaya 43:4), mungkinkah kita memang ditakdirkan untuk menjadi seorang pecundang? Orang yang harus mengasihani bahkan mengutuk dirinya sendiri setiap saat? Tentu tidak bukan? Jika demikian, apa yang harus kita lakukan?

Kemarin kita sudah melihat bahwa kita harus terus memusatkan atau mengarahkan pandangan kepada Yesus. Hari ini mari kita melihat lebih jauh alasan bagi kita untuk mengalahkan tekanan-tekanan dan serangan yang mengarah kepada titik-titik lemah kita dengan terus memandang ke atas. Penulis Ibrani berkata "Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa." (Ibrani 12:3) Dari ayat ini kita bisa melihat apa yang terjadi jika kita mengalihkan pandangan dari Kristus dan terus membiarkan diri kita untuk dihujani oleh kekuatan-kekuatan negatif, maka akibatnya yang terjadi adalah kita akan menjadi lemah dan putus asa. Padahal Yesus sudah menyelesaikan semuanya. Haruskah karya penebusan Kristus itu menjadi sia-sia bagi kita?

Dalam Markus 4 kita melihat sebuah perumpamaan yang sangat jelas mengenai hal ini yaitu tentang firman Tuhan yang jatuh pada semak duri. Ayatnya berbunyi demikian: "Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah." (Markus 4:18-19). Semak duri menggambarkan hati manusia yang penuh onak dan duri, dipenuhi kekhawatiran dunia, tipu muslihat dalam hal kekayaan dan keinginan-keinginan duniawi lainnya, yang merintangi hati kita seperti duri yang tumbuh subur di atasnya. Tuhan Yesus berkata bahwa bila kekhawatiran dunia seperti ini merasuki hati dan pikiran kita, maka itu akan menghimpit benih firman yang ditabur ke dalam hati kita, sehingga firman itu pun tidak bisa berbuah. Jika ini terjadi, iman kita akan menjadi layu, dan jika ini terjadi, kita pun akan menghadapi masalah serius.

Sekali lagi, apa yang dapat kita lakukan untuk menghentikan pengaruh negatif atau reaksi kelemahan ini? Pandanglah ke atas! Tegakkan kepala kita, dan arahkan kembali pandangan kita kepada Yesus yang akan terus menyempurnakan iman kita. Ingatlah akan Dia, bukan ingat kepada segala kekhawatiran dunia dan tekanan-tekanan yang menerpa kita. Ingatlah kepada apa yang diucapkan Tuhan lewat firman-firmanNya. Itu semua adalah buah pikiran Tuhan yang telah diberikan kepada kita, dan biarkanlah itu menggerakkan pikiran dan mengisi penuh hati kita. Jadikan buah pikiran Tuhan itu menjadi dasar pemikiran kita.

Bagaimana jika berbagai tekanan dan hal-hal negatif itu sudah terlebih dahulu meracuni kita? Firman Tuhan berkata "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu." (1 Petrus 5:7). Mungkin kita memiliki banyak kekhawatiran, mungkin kita menelan banyak ejekan, mungkin kita mengalami berbagai peristiwa tidak menyenangkan di masa lalu, mungkin kita trauma, merasa rendah, tidak berguna dan sebagainya, namun tidak satupun dari itu yang bisa mengganggu kita apabila kita mengarahkan pandangan kita bukan kepada masalah-masalah itu melainkan melihat ke atas, mengarah kepada Kristus, karena "damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." (Filipi 4:7). Ingatlah bahwa sumber dari segalanya adalah Tuhan dan bukan dunia ini. Tuhan sanggup memelihara kita semua tanpa menghiraukan apapun yang pernah, sedang dan akan terjadi di sekeliling kita. Biar bagaimanapun, kita sungguh berharga di mataNya dan sangat dikasihiNya.

Jika hari ini anda merasa lemah, mulailah menegakkan kepala anda. Angkatlah mata anda dan mari pandang Dia. Tuhan ada di atas dan bukan di bawah. Iblislah yang ada di bawah kita, tepat di bawah kaki kita. (Roma 16:20). Karenanya, pandanglah ke atas, dan ingatlah bahwa dalam buah pikiran Tuhan, kita semua adalah anak-anakNya yang sangat berharga dan sangat Dia kasihi.

Tuhan ada di atas, karenanya pandanglah ke atas

No comments:

Post a Comment