Saturday, January 9, 2010

Belajar dari Burung (2)

Ayat bacaan: Ayub 39:29-30
======================
"Oleh pengertianmukah burung elang terbang, mengembangkan sayapnya menuju ke selatan? Atas perintahmukah rajawali terbang membubung, dan membuat sarangnya di tempat yang tinggi?"

belajar dari burungKemarin saya mengambil ilustrasi sekumpulan angsa yang sedang berpindah ke daerah baru, dimana mereka terbang dengan membentuk formasi seperti huruf "V". Ini sebuah kebesaran Tuhan yang ternyata telah mendesain segala sesuatunya sebagai rancangan yang terbaik bagi ciptaanNya di muka bumi ini. Apa yang dilakukan kelompok angsa terbang itu sungguh menarik untuk kita perhatikan. Dalam formasi V, burung yang terdepan bertugas sebagai pemimpin yang harus membelah hambatan udara sehingga angsa-angsa lainnya yang terbang di belakangnya akan lebih mudah untuk melewatinya. Apabila angsa yang di depan lelah, maka salah satu angsa akan menggantikannya dan demikian seterusnya. Angsa-angsa ini menunjukkan sebuah kerjasama yang efisien yang akan sangat berguna dalam menempuh perjalanan panjang. Mereka juga tidak suka terbang sendiri-sendiri karena ada resiko tersesat dan bahaya di perjalanan yang mungkin menimpa mereka.

Firman Tuhan mengatakan bahwa kita harus bisa belajar dari binatang termasuk burun-burung yang di udara. (Ayub 12:7). Meski kita lebih berhikmat dan lebih berharga ketimbang burung, namun tetap saja ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari pola kehidupan berbagai jenis burung. Hari ini saya mengambil salah satu bagian dari teguran Tuhan kepada Ayub atas keluhan-keluhannya yang tidak berkenan bagi Tuhan. Tuhan bertanya kepada Ayub demikian: "Oleh pengertianmukah burung elang terbang, mengembangkan sayapnya menuju ke selatan? Atas perintahmukah rajawali terbang membubung, dan membuat sarangnya di tempat yang tinggi?" (Ayub 39:29-30). Kira-kira Tuhan mengatakan seperti ini: "hai Ayub, apakah engkau (atau manusia) yang mengajarkan elang untuk terbang atau rajawali agar membangun sarang di tempat tinggi? Bukankah itu berasal daripadaKu?" Jelas, berbagai sifat-sifat atau perilaku istimewa hewan itu, termasuk burung elang, rajawali atau angsa dalam ilustrasi di atas adalah salah satu bukti kekuasaan Tuhan di alam semesta. Oleh sebab itulah kita bisa belajar dari berbagai pola kehidupan yang ditunjukkan oleh burung-burung. Mari kita lihat beberapa di antaranya.

1. Kerajinan dan kerja keras
Sepintas kita mengira bahwa burung itu sangat santai, namun kenyataannya sama sekali tidak demikian. Alkitab memang mencatat bahwa burung-burung pun ada dalam pemeliharaan Tuhan, seperti yang digambarkan Yesus lewat burung pipit (Matius 10:29-31) atau ayat bacaan kita hari ini dari kitab Ayub. Namun itu bukan berarti bahwa burung akan ongkang-ongkang kaki tanpa perlu bekerja. Lihat bagaimana burung-burung ini harus mengumpulkan biji-bijian sebagai makanan ke sarangnya. Burung tetap harus keluar dari sarang yang nyaman dan menempuh berbagai tantangan bahkan situasi sulit agar bisa makan dan mencukupi keluarganya. Bagaimana dengan kepak sayap rajawali? Untuk bisa melayang bebas dengan gemulai di atas sana burung ini harus terlebih dahulu mengepakkan sayapnya sekuat tenaga melawan angin bahkan badai hingga bisa mencapai sebuah ketinggian tertentu. Seringkali burung harus bermigrasi agar mampu memperoleh lingkungan yang baik untuk tinggal dan untuk makan jika tempatnya sekarang tidak lagi layak. Itu pun membutuhkan kerja keras.

Tuhan sendiri selalu mengajarkan kita untuk bekerja keras. Bahkan pesan ini termasuk pesan yang cukup keras karena firman Tuhan berkata: "jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." (2 Tesalonika 3:10). Salah satu janji berkat Tuhan kepada orang-orang yang mendengarkan suara Tuhan dan melakukan dengan setia segala perintahNya berbunyi: "Diberkatilah engkau di kota dan diberkatilah engkau di ladang." (Ulangan 28:3). Ladang berbicara tentang pekerjaan kita. Tuhan siap memberkati anak-anakNya yang rajin bekerja, sebaliknya Tuhan sangat tidak menyukai pemalas. Karena itu tidak akan ada berkat bagi orang yang malas. "Oleh karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah rumah." (Pengkotbah 10:18). Di mata Tuhan seorang pemalas sama saja buruknya dengan orang yang suka merusak. (Amsal 18:9). Dan ada banyak lagi ayat yang menyebutkan teguran atau kerugian yang akan diderita oleh si pemalas.

2. Ketekunan
Pernahkah anda memperhatikan burung membangun sarangnya? Ia mengumpulkan ranting-ranting dan berbagai bahan lainnya satu persatu, agar ia bisa tinggal layak bersama keluarganya, juga menyediakan tempat bagi pasangannya untuk bertelur. Ranting-ranting itu tidak selalu tersedia dekat, jadi burung seringkali harus terbang jauh untu mengumpulkan satu demi satu. Bagaimana jika hancur terkena angin kencang, dirusak hewan lain atau manusia? Burung akan kembali membangun ulang sarangnya agar pasangannya bisa bertelur. Semua itu selain menggambarkan kerja keras juga terutama menggambarkan ketekunan. Ini pun bisa kita pelajari dari burung.

Selain menjadi orang rajin, Tuhan menghendaki kita menjadi orang-orang yang tekun. Mengapa demikian? Karena rajin tanpa disertai ketekunan belumlah cukup untuk menerima semua berkat yang dijanjikan Tuhan. Seringkali kita harus mampu bersabar terlebih dahulu menghadapi berbagai hal dan terus tekun dalam mengikuti firman-firmanNya sebelum bisa dipercaya untuk sesuatu yang besar. Penulis Ibrani menulis "Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu." (Ibrani 10:36). Seperti yang pernah saya bahas dalam renungan terdahulu, kata "ketekunan" dalam ayat ini diartikan sebagai "steadfast patience and endurance" artinya kira-kira "secara konstan dan setia dalam kesabaran dan ketahanan" dalam versi Amplified Bible. Paulus menjabarkan mengapa kita memerlukan ketekunan. "..ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita." (Roma 5:4-5) Semua hanyalah akan sia-sia jika kita tidak memiliki ketekunan.

3. Bekerja sama
Ini salah satu sifat burung lainnya yang sangat penting kita teladani. Dari ilustrasi angsa terbang di atas kita melihat bahwa mereka cenderung terbang berkelompok. Tidak hanya angsa, tapi kebanyakan burung-burung lainnya pun akan demikian jika mereka harus berpindah ke tempat lain yang jauh jaraknya, mungkin sampai ke belahan dunia lain. Dalam melakukan perjalanan jauh ini mereka terbang beriringan ramai-ramai karena beberapa tujuan. Salah satunya seperti gambaran di atas, untuk efisiensi tenaga, membelah hambatan udara secara bergantian. Selain itu juga agar mereka bisa saling melindungi dalam perjalanan, kemudian yang tidak kalah pentingnya adalah agar tidak tersesat. Ini bentuk "teamwork" yang luar biasa dari kumpulan burung yang bermigrasi dari satu tempat ke tempat yang lain.

Demikian pula kita diciptakan sebagai mahluk sosial yang harus saling membantu dan saling membangun agar tujuan kita bisa tercapai. Ini adalah sebuah hal yang sangat penting untuk dicermati, karena kenyataannya ada banyak orang yang selalu hidup dengan saling curiga dan penuh dengan buruk sangka. Egoisme sering menguasai kedagingan sehingga sulit rasanya untuk bekerjasama dengan orang lain. Jika itu saja sulit, apalagi rela meluangkan waktu, tenaga dan biaya untuk membantu sesama. Padahal firman Tuhan dengan tegas berkata: "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus." (Galatia 6:2) Tidak main-main, bertolong-tolongan atau bekerja sama ini merupakan sebuah pesan penting karena dengan saling tolong menolong artinya kita memenuhi hukum Kristus akan kasih. Bagi kita yang kuat wajib menolong yang lemah dan tidak hanya terpusat pada kepentingan diri sendiri. Justu kepentingan orang lain harus kita utamakan. "Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri. Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya." (Roma 15:1-2) Saling tolong menolong ini pun menjadi sebuah keharusan untuk dijadikan bagian hidup oleh orang-orang yang telah dipanggil oleh Tuhan. "Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu." (Efesus 4:2).

Tiga hal di atas baru sebagian dari hal-hal yang bisa kita teladani dari pola hidup burung. Kita diciptakan dengan hikmat yang lebih tinggi dari burung (Ayub 35:11), ditetapkan untuk berkuasa atasnya (Kejadian 1:28), diciptakan menurut rupa Allah sendiri (Kejadian 1:26) bahkan juga dikatakan mulia (Yesaya 43:4). Jika demikian, alangkah ironis ketika burung bisa menunjukkan etos yang sangat baik seperti di atas, sementara kita sebagai manusia yang unggul segala-galanya malah bersikap sebaliknya. Malas, cepat menyerah/gampang putus asa dan penuh rasa curiga. Alangkah ironisnya ketika burung menunjukkan sebuah kebersatuan yang harmonis dan dinamis, saling membangun dan saling menguntungkan, kita malah terus saling menghancurkan satu sama lain dan sulit sekali untuk bertumbuh bersama-sama. Mengapa saya mengambil ilustrasi angsa dalam dua renungan? Karena ketiga hal yang bisa kita pelajari dari seekor burung di atas bisa tercermin dari hal tersebut. Ketika angsa-angsa itu terbang membentuk formasi, disana ada kerajinan dan kerja keras, ketekunan serta kerja sama. Jika anda melihat burung hari ini, pandanglah ia dari sudut pandang yang baru. Burung memang diciptakan indah, namun ternyata ada banyak hal yang bisa kita pelajari darinya. Sungguh Tuhan kita luar biasa!

Dari burung kita bisa belajar mengenai kerajinan, kerja keras dan ketekunan

No comments:

Post a Comment