Friday, January 15, 2010

Tuhan adalah Gembalaku

Ayat bacaan: Mazmur 23:1-3
=======================
"TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya."

Tuhanlah gembalakuBanyak orang yang akan segera membuka kitab Mazmur ketika butuh penghiburan. Mazmur adalah sebuah kitab yang menyenangkan untuk dibaca karena hampir seluruh isinya menggambarkan hubungan erat antara para penulisnya dan Tuhan. Ada begitu banyak kata-kata penghiburan yang mampu menguatkan kita kembali bisa dijumpai di kitab Mazmur yang cukup tebal itu. 150 pasal penuh dengan tulisan-tulisan yang seringkali puitis, dan mestinya mampu menyentuh segala sendi kehidupan kita. Tidaklah mengherankan jika John Calvin dalam bukunya "Heart Aflame" mendeskripsikan Mazmur sebagai "an anatomy of all the parts of the soul." alias "anatomi dari seluruh bagian jiwa." Mengapa demikian? Ini alasannya "since every experience, every emotion, all the heights and depths, all the joys and sorrows, all the mysteries of human life, are here." Segala yang berhubungan dengan sisi kehidupan kita disinggung di dalam kitab Mazmur. Sebagian besar dari Mazmur akan bermuara kepada satu nama yang sangat tidak asing lagi, yaitu Daud. Ada setidaknya 73 bagian yang mencatat Daud sebagai penulisnya. Selain tulisannya sendiri, berbagai bagian dalam Mazmur juga dikumpulkan atas usahanya. Itulah sebabnya kitab Mazmur lebih sering diasosiasikan dengan Daud. Kita bisa melihat bagaimana hubungan yang sangat intim antara Daud dan Tuhan di dalam Mazmur. Apakah Daud orang yang tidak pernah mengalami masalah? Tentu saja tidak. Justru dia mengalami begitu banyak pergumulan, tapi begitu sering pula kita melihat bagaimana ia tidak membiarkan masalah itu mengganggu sukacitanya, karena ia percaya Tuhan akan selalu berada bersamanya dalam keadaan apapun. Dalam salah satu tulisannya dia menyatakan bahwa Tuhan adalah gembalanya. "TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya." (Mazmur 23:1-3) Inilah yang hendak saya angkat dalam renungan hari ini.

Pernahkah anda berpikir mengapa Daud menyebutkan Tuhan sebagai Gembala? Saya berpendapat bahwa itu tidak terlepas dari pengalamannya menggembalakan domba milik ayahnya sejak kecil. Ia anak yang tidak dianggap pantas untuk diurapi sebagai raja oleh Samuel. Tugasnya hanya satu: menggembalakan domba. Tapi ternyata Daudlah yang menjadi raja Israel bahkan dikatakan sebagai yang terbesar. Pengalamannya menggembala domba ternyata merupakan sebuah persiapan tersendiri mengenai bagaimana menjadi pemimpin yang baik, dan juga menjadi kesempatan untuk mengalami Tuhan secara langsung.

Mari kita lihat kata-kata Daud ketika ia merasa terbakar mendengar provokasi yang dilakukan Goliat dan tentara-tentara Filistin lainnya. Pada saat itu semua tentara Israel termasuk Saul merasa ketakutan karena mereka jelas kalah besar dan kalah lengkap dibandingkan Goliat, tentara Filistin dan seluruh peralatan perang mereka yang lengkap, termasuk perisai dan baju besi pelindung yang secara detail disebutkan dalam 1 Samuel 17:4-7. Tapi ada perbedaan nyata memandang itu semua antara Daud dan para prajurit Israel lainnya. Apa yang membedakan adalah sebuah pengalaman pribadi bersama Tuhan. Itu kelebihan Daud yang tidak dimiliki oleh orang lain. Dan uniknya semua itu ia alami dalam masa-masa dirinya menjadi seorang gembala domba. Daud berkata: "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya." (ay 34-35). Bayangkan anak kecil yang mampu melawan singa atau beruang demi melindungi domba-domba gembalaannya! Jika ia mampu menghadapi singa dan beruang, mengapa harus takut kepada Goliat? "Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup." (ay 36). Pertanyaannya sekarang, bagaimana mungkin seorang anak kecil yang lemah secara fisik mampu melakukan itu sendirian? Daud memberikan jawabannya. "TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu." (ay 37). Daud mungkin lemah, tapi Tuhan tidak! Tuhanlah yang melepaskan dirinya dari semua bahaya. Ia tahu bahwa ia berada bersama Tuhan dalam pekerjaannya, dan Tuhan memberkati pekerjaannya yang mungkin tidak ada apa-apanya di mata orang. Ketika yang lain dengan gagah menjadi tentara, ia hanyalah seorang gembala domba. Tapi lihatlah bagaimana penyertaan Tuhan mampu memberikan perbedaan. Justru dalam pekerjaan "sederhana" nya itu ia mengalami penyertaan Tuhan secara nyata, secara pribadi. Dan itu membuat cara pandang Daud berbeda dari orang Israel lainnya. Kita tahu apa yang terjadi selanjutnya. Daud berhasil mengalahkan Goliat hanya dengan senjata sederhana, batu dan umban (ketapel).

Saya membayangkan inilah yang diingat Daud ketika ia tengah memuji Tuhan dan merenungkan kebaikanNya. Dan ayat emas yang saya angkat sebagai ayat bacaan hari ini pun lahir. "TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya." (Mazmur 23:1-3). Daud ingat akan pengalamannya sebagai gembala, yang rela mengorbankan nyawa demi melindungi domba-dombanya. Dia bekerja melindungi domba-domba yang dituntunnya agar selamat. Bukankah Tuhan pun demikian? Penyertaan Tuhan terbukti mampu melindunginya dari cakaran singa dan beruang,  juga dari raksasa Goliat yang berperalatan lengkap, dan itu merupakan sebuah pengalaman pribadi tersendiri yang luar biasa. Itulah sebabnya Daud bisa berkata bahwa Tuhan adalah gembalanya. Di kemudian hari Yesus kembali menyatakan dengan sangat jelas mengenai hal ini. "Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya." (Yohanes 10:11). Apa yang membedakan antara gembala yang baik dan hanya sekedar orang yang menjalankan tugas saja? "..seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu. Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu." (ay 12-13). Sedangkan seorang gembala yang baik akan mengenal domba-dombanya dan sebaliknya domba-domba pun mengenalnya. (ay 14). Dan seperti itulah bentuk dari gembala yang baik, dimana Yesus bukan hanya sekedar menyatakan tapi telah pula membuktikan diriNya sebagai Gembala yang baik. "Sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku." (ay 15). Perkataan Yesus ini menggambarkan hubungan tepat seperti apa yang dialami Daud, dan inilah yang berlaku juga kepada kita hari ini. Kita adalah domba-domba yang lemah, yang rentan, namun bersama Gembala yang baik, kita tidak perlu khawatir. Tuhanlah gembalaku, takkan kekurangan aku.

Apakah kekhawatiran hari ini masih menyita hidup anda? Apakah berbagai tekanan terus melemahkan anda? Apakah pekerjaan anda hari ini terasa begitu biasa-biasa saja dan kelihatan rendah di mata orang lain? Dari pengalaman Daud kita bisa berkaca bahwa Tuhan bisa memakai itu semua secara luar biasa. Tuhan tetap bisa pakai itu agar kita bisa mengalamiNya secara pribadi. Sesungguhnya mengalami Tuhan secara pribadi mampu memberikan cara pandang yang berbeda. Ayub sendiri akhirnya mengakui bahwa lewat penderitaanlah ia akhirnya mengenal Tuhan secara pribadi, bukan lagi atas apa kata orang semata. "Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau." (Ayub 42:5). Kita akan bisa mengakui bahwa Tuhan adalah Gembala yang baik, yang tidak akan membiarkan kita kekurangan, ketika kita sudah mengalami sendiri pengalaman-pengalaman indah bersama Tuhan. Dan itu bisa terjadi lewat pekerjaan kecil sekalipun, lewat berbagai penderitaan dan masalah yang mungkin sedang kita alami. Oleh karena itu jangan kecil hati, jangan patah semangat, tapi bersyukurlah senantiasa. Alamilah penyertaan Tuhan secara pribadi, hingga pada suatu ketika kita bisa dengan keyakinan penuh berkata: "Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku."

THE LORD is my Shepherd, I shall not lack

No comments:

Post a Comment