Friday, April 23, 2010

Popularitas Tidak Penting

Ayat bacaan: Lukas 6:26
=====================
"Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu."

popularitas, orang benarBegitu banyak acara pencarian bakat yang menjamur di televisi. Berbagai bentuk idol dari anak kecil hingga dewasa terus bermunculan. Ketika dulu kita hanya menjumpainya dalam bidang seni suara alias menyanyi, saat ini hal-hal lain pun dijadikan ajang kompetisi mencari bakat. Dan ini sejalan dengan keinginan pasar dan gambaran dari impian kebanyakan orang. Siapa yang tidak ingin terkenal, dikagumi, atau diidolakan banyak orang? Sekali muncul di televisi, jutaan orang menyaksikan dan dengan sendirinya kita pun akan terkenal. Belum lagi berbagai tabloid atau majalah yang memuatnya. Tapi kebanyakan dari para idol ini hanya mendapatkan ketenaran dalam waktu singkat. Secepat mereka meroket, secepat itu pula mereka dilupakan. Berulang-ulang kita menyaksikan orang menjadi tenar dan dalam waktu singkat kemudian dilupakan, tetapi itu tidak menyurutkan niat manusia untuk berlomba-lomba mencapai ketenaran di mata manusia lainnya. Tidak jarang kita harus ikut-ikutan melakukan sesuatu yang, meskipun salah di mata Tuhan, namun kita merasa harus melakukannya agar bisa diterima di sebuah lingkungan atau kelompok tertentu. Semua hanya demi popularitas.

Alkitab tidak pernah mengajarkan kita untuk mengejar popularitas. Populer di mata orang lain itu tidaklah penting. Firman Tuhan dengan tegas mengatakan "Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu." (Lukas 6:26). Celaka? Ya, karena semua itu bisa membuat kita lupa diri kemudian melupakan Sang Pemberinya sendiri. Apa yang dituntut dari kita adalah terus berupaya menjadi orang benar, semakin sempurna seperti Bapa di sorga (Matius 5:48), menghayati keberadaan kita sebagai manusia baru yang terus diperbaharui untuk lebih mengenal Allah dengan lebih dalam (Kolose 3:10) dan terus semakin menyerupai Yesus dengan pertolongan Roh Kudus yang telah dianugerahkan untuk diam di dalam diri kita. (2 Korintus 3:18). Itu yang diinginkan bagi kita, dan bukan untuk mengejar popularitas di mata manusia yang hanya sementara sifatnya.

Semakin tinggi kita menapak naik, kita seharusnya semakin kecil, dan Allah sendiri yang harus semakin besar. Yohanes Pembaptis bisa saja membanggakan diri sebagai sosok yang membaptis Yesus, tetapi lihatlah apa katanya. "Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya...Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil." (Yohanes 3:28,30). Kemuliaan Allah harus terus semakin besar lewat pribadi kita dan dalam saat yang sama kita harus terus semakin rendah hati dan tidak tergiur oleh dorongan mencari popularitas di mata manusia.

Jika memang kita harus dianggap aneh oleh dunia, atau malah harus menghadapi resiko disingkirkan atau dikucilkan, so be it. Itu jauh lebih baik ketimbang kita mentolerir berbagai bentuk pelanggaran yang akan semakin menjauhkan kita dari posisi kita sebagai ahli waris Tuhan. Yesus bahkan telah mengingatkan "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." (Matius 16:24). Mengapa demikian? "Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya." (Matius 16:25). Dan ini adalah sesuatu yang kekal. An everlasting, eternal life. Itu yang dijanjikan oleh Kristus. Dan itulah yang jauh lebih pantas kita usahakan ketimbang mencari popularitas di dunia yang sifatnya hanya sementara ini. Tepat seperti apa yang dikatakan Yesus selanjutnya: "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?" (ay 26). Apalah artinya popularitas di dunia dibandingkan dengan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan hidup yang terberkati dalam Kerajaan Allah? Itu sama sekali tidak sebanding bukan?

Semakin jauh kita bertumbuh, semakin banyak pula kita akan berhadapan dengan pilihan demi pilihan. Melakukan sesuatu yang benar tapi beresiko dibenci atau disisihkan banyak orang, atau sebaliknya melakukan hal yang salah tapi akan dipuja-puja orang lain. Semua itu tergantung kita. Tidak mudah memang untuk tampil benar di dunia yang penuh kesesatan. Tidak mudah untuk tampil lurus di lingkungan yang bengkok. Tapi itulah yang menjadi panggilan kita. Tuhan memanggil kita untuk melakukan apa yang benar dan bukan untuk menjadi populer di mata dunia. Meski di mata orang lain kita tidak diterima sekalipun, ingatlah bahwa Allah selalu menghargai dan menerima keputusan kita untuk tetap tampil sebagai orang benar. Dan itu jauh lebih cukup ketimbang ketenaran di mata manusia yang bisa semakin menyesatkan kita dan semakin menjauhkan kita dari Tuhan.

Kita diminta untuk menjadi orang benar dan bukan untuk menjadi populer

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Post a Comment