Wednesday, May 12, 2010

Memberi Yang Terbaik

Ayat bacaan: Maleakhi 1:8
=======================
"Apabila kamu membawa seekor binatang buta untuk dipersembahkan, tidakkah itu jahat? Apabila kamu membawa binatang yang timpang dan sakit, tidakkah itu jahat? Cobalah menyampaikannya kepada bupatimu, apakah ia berkenan kepadamu, apalagi menyambut engkau dengan baik? firman TUHAN semesta alam."

memberi yang terbaikSudah dua minggu lebih gaji saya belum juga diberikan. Saya sudah berkali-kali menanyakan, sampai rasanya tidak enak lagi untuk terus seperti mengemis, tapi pegawai saling melempar kesalahan sementara gaji, yang memang menjadi hak saya, belum juga dibayarkan. Menjengkelkan rasanya. Memang, selama ini saya bekerja dengan fokus untuk melakukan yang terbaik buat Tuhan. Tapi tetap saja gaji yang menjadi hak saya, yang seharusnya saya terima sebagai hasil dari kerja saya yang masih tertahan hingga hari ini membuat saya kesal. Tidakkah anda akan merasakan hal yang sama jika menghadapi hal ini? Mungkin bukan soal gaji saja, tetapi kita sering merasa kecewa ketika mendapat perlakuan tidak adil atau kurang baik dari orang yang mungkin telah kita berikan bantuan atau perhatian. Jika kita saja tidak mau diperlakukan demikian, bagaimana dengan Tuhan?

Ada banyak orang yang mengharapkan berkat yang terbaik dari Tuhan, tapi ironisnya kita hanya memberikan sisa-sisa kepada Tuhan. Itupun dengan rasa berat hati dan bersungut-sungut. Bukannya memberi dengan sukacita tapi malah dalam keadaan terpaksa dan merasa seperti dirampok. Tuhan tidak akan berkenan dengan sikap seperti ini. Jika kita ada di posisi yang sama, tentu kita pun akan kecewa bukan? Dalam sebuah perikop kitab Maleakhi kita bisa melihat bagaimana Tuhan sempat merasa muak dan murka ketika mendapat perlakuan yang tidak pantas dari umatNya. "Seorang anak menghormati bapanya dan seorang hamba menghormati tuannya. Jika Aku ini bapa, di manakah hormat yang kepada-Ku itu? Jika Aku ini tuan, di manakah takut yang kepada-Ku itu? firman TUHAN semesta alam kepada kamu, hai para imam yang menghina nama-Ku. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menghina nama-Mu?" (Maleakhi 1:6). Jika kepada ayah kandung kita saja kita harus bersikap hormat, tidakkah kita seharusnya lebih hormat lagi kepada Tuhan, pencipta segalanya termasuk diri kita? Dia menciptakan kita dengan begitu indahnya, lengkap dengan segala rancangan penuh damai sejahtera agar kita semua memiliki masa depan yang penuh harapan. (Yeremia 29:11). Bahkan Yesus Kristus, anakNya yang tunggal pun rela Dia berikan agar kita semua tidak lagi berakhir dalam kebinasaan melainkan bisa memperoleh hidup yang kekal. (Yohanes 3:16). Tapi sebagian orang tidak menghargai betapa besar kasih dan kebaikan Tuhan dalam hidup mereka. Bukannya bersyukur dan rindu untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan, mereka malah sibuk menimbang-nimbang neraca keuangan dan segala yang mereka miliki agar jangan sampai berkurang. Wajar jika hal ini membuat Tuhan muak dan marah.

Lihatlah apa yang membuat Tuhan marah dalam kitab Maleakhi ini. "Apabila kamu membawa seekor binatang buta untuk dipersembahkan, tidakkah itu jahat? Apabila kamu membawa binatang yang timpang dan sakit, tidakkah itu jahat? Cobalah menyampaikannya kepada bupatimu, apakah ia berkenan kepadamu, apalagi menyambut engkau dengan baik? firman TUHAN semesta alam." (Maleakhi 1:8). Perilaku seperti ini sangatlah tidak pantas, dan bagi Tuhan merupakan sebuah kecemaran bahkan penghinaan (ay 7). Begitu murkanya Tuhan terhadap sikap-sikap demikian, hingga Dia berkata "Terkutuklah penipu, yang mempunyai seekor binatang jantan di antara kawanan ternaknya, yang dinazarkannya, tetapi ia mempersembahkan binatang yang cacat kepada Tuhan. Sebab Aku ini Raja yang besar, firman TUHAN semesta alam, dan nama-Ku ditakuti di antara bangsa-bangsa." (ay 14). Sangat keras, dan itu wajar karena dengan berbuat demikian kita merendahkan Tuhan, yang seharusnya ditinggikan di atas segalanya.

Lewat Pemazmur, Allah berfirman: "Tetapi umat-Ku akan Kuberi makan gandum yang terbaik dan dengan madu dari gunung batu Aku akan mengenyangkannya." (Mazmur 81:17). Atau lihatlah bagaimana banyaknya janji berkat Tuhan kepada anak-anakNya seperti yang dijabarkan dalam Ulangan 28:1-14. Tuhan jelas menjanjikan segala yang terbaik buat kita. Dia memberikan yang terbaik. Tapi bagaimana dengan kita? Jika kepada orang tua kita, para pemimpin di tiap level baik dalam pemerintahan negara maupun gereja, atau kepada orang-orang yang kita hormati saja kita harus memberikan yang terbaik, bukan sesuatu yang asal-asalan atau malah sisa-sisa saja, tidakkah Allah jauh lebih layak untuk mendapatkan yang terbaik dari anak-anakNya? Hari ini mari kita renungkan, apakah selama ini kita sudah memberi apa yang terbaik dari kita untuk Tuhan? Atau kita masih memanggul neraca untung rugi dalam pengukuran duniawi ketika hendak memberi untuk Tuhan? Have we offered Him nothing but the best of us, or are we still thinking of giving him just the left-overs alias ampas atau sisa-sisa saja? Mari kita mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan, sebab Dia layak menerimanya.

Tuhan telah memberi yang terbaik bagi kita, apakah kita sudah memberi yang terbaik bagi Tuhan?

No comments:

Post a Comment