Monday, June 28, 2010

Jangan Meremehkan

Ayat bacaan: Matius 13:55
====================
"Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas?"

meremehkan, merendahkanPada suatu kali saya membaca seorang artis di Inggris merasa tersinggung ketika ditolak masuk ke dalam sebuah pusat perbelanjaan. Alasannya cukup lucu, karena si artis dianggap memakai piyama alias baju tidur. Padahal menurut si artis, itu adalah sebuah kreasi desain yang hanya menyerupai piyama. Pada sebuah pelabuhan di negara tetangga pun saya pernah melihat hal yang kurang lebih mirip. Para pendatang yang kebetulan berbaju lusuh disuruh tetap tinggal di kapal dan akan dilayani terakhir karena mereka dianggap tenaga kerja atau buruh rendahan yang mencari nafkah di negara mereka. Ini potret kecil dari apa yang menjadi kecenderungan manusia untuk membeda-bedakan orang berdasarkan apa yang terlihat dari luar. Virus seperti ini ironisnya sudah menyebar hingga ke gereja. Saya terkejut ketika seorang teman saya bercerita bahwa ia disuruh pindah duduk ke belakang karena baris-baris di depan hanyalah untuk jemaat tertentu saja. Padahal saat itu bangku-bangku di depan sedang kosong. Pelayanan berbeda terhadap orang pun sering kita jumpai. Sebuah penghormatan akan diberikan kepada tamu/konsumen yang terlihat kaya, bermobil mewah, berdasi atau glamor, sebaliknya pandangan curiga, sinis dan meremehkan atau bahkan merendahkan akan diberikan kepada mereka yang terlihat biasa-biasa saja.

Betapa seringnya manusia menunjukkan perilaku seperti itu dari masa ke masa. Ketika Yesus hadir di dunia mengambil rupa orang biasa, Dia pun sempat menerima perlakuan seperti itu. Diremehkan, disepelekan, dipandang rendah. Dan itu pun terjadi di Nazaret, dimana Yesus dalam rupaNya sebagai manusia tumbuh besar. Ketika Yesus mengajar di sana pada suatu kali, cibiran sinis yang bernada meremehkan atau merendahkan pun dialamiNya. Lihatlah komentar orang-orang disana mengenai Yesus. "Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas?" (Matius 13:55). Mereka menilai dari apa yang terlihat dari luar. Akibatnya sungguh disayangkan. "Lalu mereka kecewa dan menolak Dia." (ay 57b). Mereka pun tidak percaya. "Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ." (ay 58). Ironis, justru di 'rumah' sendiri Yesus mendapat penolakan. Mereka bisa melihat berbagai kuasa dan mukjizat yang dilakukan Yesus, namun karena mereka sibuk memandang apa yang terlihat dari luar mereka pun meremehkan perbuatan-perbuatan luar biasa Yesus.

Hingga hari ini manusia masih saja jatuh ke dalam hal yang sama. Lihatlah ada banyak orang yang ke gereja tergantung dari siapa yang akan kotbah. Terkenal atau tidak? Lucu atau tidak? Pintar bicara atau tidak? Atau siapa yang menjadi pemimpin pujian, siapa orang penting yang bakal hadir di sana dan sebagainya. Kalau perlu artis terkenal pun dihadirkan agar jemaat bisa bertambah. Gereja bagi mereka bukan lagi sebuah tempat dimana kita bisa bersekutu dengan Tuhan bersama-sama saudara seiman, bersama mengalami hadirat Tuhan, gereja bukan lagi tempat untuk mengundang Roh Kudus turun atas kita. Gereja bukan lagi dianggap sebagai Bait Allah, tetapi tidak lebih dari gedung hiburan atau tempat entertainment saja. Padahal itu bukanlah esensinya. Dan Tuhan pun sudah berkali-kali mengingatkan kita agar berhenti memandang segala sesuatu hanya berdasarkan penampilan luar yang dapat dilihat mata.

Perhatikan apa yang terjadi ketika Samuel mencari anak-anak Isai untuk diurapi menjadi raja. "Ketika mereka itu masuk dan Samuel melihat Eliab, lalu pikirnya: "Sungguh, di hadapan TUHAN sekarang berdiri yang diurapi-Nya." (1 Samuel 16:6). Samuel berpikir demikian dengan memandang penampilan luar. Ganteng, tinggi, berwibawa, kurang apa lagi? Itu menurut pikiran Samuel. Tapi Tuhan tidak memandang dengan cara demikian. Tuhan pun kemudian menegurnya. "Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." (ay 7). Lalu lihat pula ini: bukankah Tuhan pun telah berfirman: "Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti" ? (1 Korintus 1:27-28).

Dari renungan hari ini kita bisa melihat bahwa kecenderungan untuk meremehkan atau merendahkan orang lain merupakan sesuatu yang serius. Bukan hanya bisa menimpa orang biasa namun bisa juga menimpa orang-orang yang seharusnya menjadi teladan, panutan, orang-orang yang berada di barisan depan dalam melayani Tuhan bahkan nabi sekalipun. Kita harus mewaspadai agar jangan sampai perilaku seperti ini ada dalam diri kita. Ingatlah bahwa apa yang tampak hebat dari luar belum tentu sebaik apa yang terlihat, dan belum tentu hebat pula dalam pandangan Tuhan. Ingat pula bahwa orang yang terlihat tidak istimewa dalam pandangan kita pun bisa dipakai Tuhan secara luar biasa. Seperti apapun mereka terlihat, mereka sama berharganya di mata Tuhan. Janganlah kita menilai orang hanya dari kulit luarnya. Stop judging the book from its cover. Bersikaplah sama baik kepada semua orang tanpa memandang sisi luar mereka. Kasih yang diberikan Kristus kepada kita bukanlah sebentuk kasih yang membeda-bedakan. Sama seperti Dia mengasihi kita tanpa memandang status, fisik, penampilan, asal usul atau latar belakang kita, seperti itu pula kita harus memperlakukan sesama kita. "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34).

Tuhan bukan menilai penampilan luar, tetapi melihat hati

No comments:

Post a Comment