Tuesday, August 10, 2010

Iman dan Perbuatan

Ayat bacaan: Yakobus 2:22
====================
"Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna."

rahab, iman, perbuatanMengaku beriman tetapi terus hidup dalam ketakutan atau kekhawatiran. Pernahkah anda bertemu dengan orang bertipe seperti ini? Semoga kita tidak termasuk salah satu daripada orang tipe demikian. Untuk mengaku beriman, percaya kepada Yesus itu mudah. Bukankah di KTP pun sudah jelas tertera demikian? Secara teoritis mungkin ya, tetapi secara praktek belum tentu. Untuk mengatakan itu mudah, tetapi melaksanakannya secara nyata jelas sulit. Saya pernah bertemu dengan orang yang mengatakan, "yang penting beriman sajalah.." Apa benar demikian? Akitab menyatakan tidak. Sekedar mengaku beriman itu tidaklah cukup.

Mari kita lihat sejenak kisah Rahab yang muncul dalam perikop mengenai Pengintai-pengintai di Yerikho dalam Yosua 2:1-24. Rahab tinggal di balik tembok tebal menjulang kota Yerikho. Dia dikenal sebagai seorang pelacur. Pada suatu kali Yosua melepas dua orang pengintai untuk mengamati kota Yerikho, lalu mereka ini pun bertemu dengan Rahab. Raja Yerikho mendengar kabar mengenai masuknya orang Israel untuk  memata-matai negerinya. Segera ia mengirimkan utusannya untuk menggeledah rumah Rahab, yang dicurigai sebagai tempat persembunyian para pengintai itu. Ternyata Rahab memutuskan untuk menyembunyikan kedua pengintai itu di atas sotoh rumahnya sehingga mereka pun selamat dari tangkapan. Ini sebuah tindakan yang beresiko. Menyembunyikan mata-mata, jika ketahuan tentu nyawa Rahab bisa terancam. Tetapi ia berani melakukannya. Mengapa demikian? Karena Rahab mengaku telah mendengar bagaimana besarnya kuasa Tuhan. (ay 9-11). Rahab percaya meski ia tidak melihat langsung kuasa Tuhan ketika membelah laut Teberau dan bagaimana penyertaan Tuhan memampukan bangsa Israel untuk terus memperoleh kemenangan demi kemenangan dalam peperangan. Selanjutnya kita bisa melihat keberanian Rahab dalam menyembunyikan kedua pengintai yang tidak ia kenal sebelumnya. Rahab tentu saja belum mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia bisa saja kehilangan nyawa karena menyembunyikan mata-mata, ia pun bisa saja dibunuh ketika bangsa Israel berhasil memasuki wilayah Yerikho kelak. Namun ia percaya bahwa para pengintai itu, yang masuk dengan penyertaan Tuhan akan menyelamatkan dirinya beserta keluarganya.

Dan persis itulah yang terjadi. Dalam Yosua 6 kita bisa melihat bahwa Rahab dan keluarganya selamat. "Demikianlah Rahab, perempuan sundal itu dan keluarganya serta semua orang yang bersama-sama dengan dia dibiarkan hidup oleh Yosua. Maka diamlah perempuan itu di tengah-tengah orang Israel sampai sekarang, karena ia telah menyembunyikan orang suruhan yang disuruh Yosua mengintai Yerikho." (Yosua 6:25). Ternyata tidak hanya keselamatan itu yang dia peroleh, karena kemudian kita pun bisa melihat bahwa Rahab tertulis dalam silsilah Yesus. (Matius 1:5).

Bagaimana Rahab bisa mendapatkan itu semua? Semuanya berawal dari keputusannya untuk menyelamatkan para pengintai. Apa yang ditunjukkan oleh Rahab adalah iman. Dikatakan "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." (Ibrani 11:1). Dan itulah yang dimiliki Rahab. Bukankah ia mendasari keputusannya karena percaya kepada Tuhan yang ia dengar? Ia tidak mengetahui apa yang terjadi selanjutnya, tetapi ia percaya. Itulah sebuah iman, dan Rahab memilikinya. Penulis Ibrani pun kemudian mencantumkan Rahab dalam kelompok saksi-saksi iman bersama dengan tokoh-tokoh besar seperti Musa, Abraham, Yusuf, Daud dan lainnya. "Karena iman maka Rahab, perempuan sundal itu, tidak turut binasa bersama-sama dengan orang-orang durhaka, karena ia telah menyambut pengintai-pengintai itu dengan baik." (ay 31).

Perhatikanlah kisah Rahab di atas, maka kita akan mampu melihat bahwa iman Rahab itu menjadi sempurna karena disertai dengan perbuatan. Rahab tidak berhenti hanya kepada percaya saja, tetapi ia pun mengaplikasikannya dalam perbuatan nyata. Yakobus pun menyadari hal ini dan kemudian menulis: "Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain?" (Yakobus 2:25). Iman Rahab bukanlah iman yang kosong, imannya adalah iman yang disertai perbuatan. Maka jelaslah bahwa sekedar mengaku beriman saja tidak cukup, seperti apa yang dikatakan Yakobus  "Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman." (ay 24).

Iman haruslah disertai dengan perbuatan, karena hanya lewat perbuatanlah iman bisa disempurnakan. "Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna." (ay 22). Tanpa perbuatan, iman dikatakan kosong (ay 20), bahkan pada hakekatnya adalah mati (ay 17). Dari kisah Rahab kita bisa belajar mengenai hal ini, sebab hanya karena perbuatannya nyata yang mengikuti imannya-lah ia dibenarkan. Ketika kita menghadapi hari-hari yang sulit hari ini, mampukah kita mengaplikasikan iman kita dengan sebentuk perbuatan nyata seperti halnya yang dilakukan Rahab? Mampukah kita terus percaya kepada Tuhan dengan segenap hati kita meski apa yang sedang kita hadapi hari ini seolah belum mengarah kepada jalan keluar atau titik terang? Mampukah kita tetap bersukacita dan percaya bahwa Tuhan pasti akan memberikan solusi meski kita belum melihat apa-apa saat ini? Hendaklah kita tidak berhenti hanya pada pengakuan bahwa kita beriman saja, tetapi sertailah dengan bukti nyata lewat perbuatan dan sikap diri kita ketika menghadapi kesulitan.

Rahab diselamatkan bahkan menjadi nenek moyang Yesus karena imannya yang disertai tindakan

Follow us on our Twitter: http://twitter.com/dailyRHO

No comments:

Post a Comment