Sunday, August 15, 2010

Rut yang Giat dan Rajin

Ayat bacaan: Rut 2:7
=================
"Tadi ia berkata: Izinkanlah kiranya aku memungut dan mengumpulkan jelai dari antara berkas-berkas jelai ini di belakang penyabit-penyabit. Begitulah ia datang dan terus sibuk dari pagi sampai sekarang dan seketikapun ia tidak berhenti."


rut dan kerajinanSiapa yang harus disalahkan jika kita hidup serba kekurangan? Ada banyak orang yang menyalahkan nasib, takdir dan sebagainya, yang sama saja artinya dengan menyalahkan Tuhan. Ada orang yang saya kenal selalu mengeluh tetapi ia sendiri tidak berusaha apa-apa. Sehari-hari ia hanya duduk di rumah tanpa melakukan apapun. Untuk orang seperti ini, bagaimana mungkin hidupnya bisa meningkat? Manusia diciptakan bukan untuk bermalas-malasan. Manusia pertama, Adam sekalipun sudah diberi wewenang untuk mengelola segala sesuatu yang ada di bumi. (Kejadian 1:28). Itu artinya kita memang dijadikan untuk melakukan pekerjaan dengan giat, baik pekerjaan untuk mencari nafkah maupun untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan Tuhan seperti amanatnya.

Selama beberapa hari terakhir kita sudah membahas berbagai kualitas diri dari Rut yang patut kita teladani. Ada satu hal lagi yang bisa kita pelajari dari Rut, yaitu keseriusannya dalam bekerja. Rut adalah seorang yang rajin dan giat bekerja. Ia tidak sungkan atau malu melakukan pekerjaannya, meski apa yang ia kerjakan bukanlah sesuatu yang bagi banyak orang membanggakan. Pemungut jelai, itulah profesinya. Sesuai dengan apa yang difirmankan Tuhan lewat Musa dalam Imamat 19:9-10, hasil panen yang terjatuh di tanah tidak boleh diambil, tetapi harus dibiarkan agar bisa dipungut oleh orang-orang miskin. Maka para orang miskin pemungut jelai ini biasanya akan mengikuti penyabit atau pemanen dari belakang untuk memunguti sisa-sisa tuaian yang terjatuh. Sebagai wanita yang umurnya lebih muda dari sang mertua, Naomi, Rut menyadari bahwa dirinyalah yang harus bekerja. Dan itu ia lakukan dengan sepenuh hati, meski pekerjaannya terbilang paling rendah pada saat itu.

Darimana kita bisa mengetahui bahwa Rut merupakan tipe pekerja keras? Perhatikan ketika Boas terheran-heran melihat Rut yang sedang sibuk memunguti jelai di belakang penyabit. Ketika Boas bertanya tentang Rut, bujang pengawas atau mandor menjelaskan siapa Rut itu. Lalu si mandor melanjutkan: "Tadi ia berkata: Izinkanlah kiranya aku memungut dan mengumpulkan jelai dari antara berkas-berkas jelai ini di belakang penyabit-penyabit. Begitulah ia datang dan terus sibuk dari pagi sampai sekarang dan seketikapun ia tidak berhenti." (Rut 2:7). Lihat bagaimana serius dan tekunnya Rut bekerja. Dikatakan disana bahwa ia terus sibuk sejak pagi tanpa berhenti sedikitpun. Ketekunannya ini menimbulkan rasa simpati di hati Boas, sehingga ia pun mendapat belas kasihan dari Boas. "Sesudah itu berkatalah Boas kepada Rut: "Dengarlah dahulu, anakku! Tidak usah engkau pergi memungut jelai ke ladang lain dan tidak usah juga engkau pergi dari sini, tetapi tetaplah dekat pengerja-pengerja perempuan. Lihat saja ke ladang yang sedang disabit orang itu. Ikutilah perempuan-perempuan itu dari belakang. Sebab aku telah memesankan kepada pengerja-pengerja lelaki jangan mengganggu engkau. Jika engkau haus, pergilah ke tempayan-tempayan dan minumlah air yang dicedok oleh pengerja-pengerja itu." (ay 8-9). Meski pekerjaannya cukup berat, ternyata Rut dengan senang hati melakukannya dengan giat dan sungguh-sungguh. Bahkan Rut terus melakukan pekerjaan selama musim panen jelai dan panen gandum. "Demikianlah Rut tetap dekat pada pengerja-pengerja perempuan Boas untuk memungut, sampai musim menuai jelai dan musim menuai gandum telah berakhir. Dan selama itu ia tinggal pada mertuanya." (ay 23).

Bagaimana dengan etos kerja kita hari ini? Apakah kita sudah memberikan performa yang terbaik atau kita masih terus berhitung untung rugi dalam bekerja? Kemalasan tidaklah mendapat tempat di mata Tuhan. Jika Boas saja terkesan dengan semangat dan giatnya Rut bekerja, Tuhan pun tentu demikian. Lihatlah dalam janji berkat dalam Ulangan 28:1-14, kita bisa melihat bahwa Tuhan lebih suka untuk memberkati pekerjaan kita ketimbang memberikan dengan instan. Tuhan menyukai usaha yang kita lakukan dengan sungguh-sungguh dan Dia akan menaruh berkatNya disana, lewat ketekunan kita. "Diberkatilah engkau di kota dan diberkatilah engkau di ladang. Diberkatilah buah kandunganmu, hasil bumimu dan hasil ternakmu, yakni anak lembu sapimu dan kandungan kambing dombamu. Diberkatilah bakulmu dan tempat adonanmu." (Ulangan 28:3-5). Usaha serius dan sungguh-sungguh akan selalu berbuah manis.

Firman Tuhan mengingatkan kita untuk bekerja dengan sebaik-baiknya selagi masih ada kesempatan. "Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi." (Pengkotbah 9:10). Ini sebuah seruan yang penting untuk kita ingat, karena jika kita menyia-nyiakan masa produktif kita, maka kita tidak akan menuai apapun di masa depan. Dalam Amsal kita bisa melihat ayat berikut: "Pada musim dingin si pemalas tidak membajak; jikalau ia mencari pada musim menuai, maka tidak ada apa-apa." (Amsal 20:4). Tidak ada jalan lain, jika kita ingin sukses menerima berkat Tuhan, kita harus bekerja dengan rajin dan giat. Bahkan dikatakan "..jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." (2 Tesalonika 3:10).

Jangan buang-buang waktu dengan terus sibuk melakukan hal yang tidak berguna atau memilih untuk terus bermalas-malasan dan tidak bekerja. Tuhan tidak menyukai sikap seperti itu. Etos kerja, kerajinan dan giatnya Rut bekerja ternyata membuahkan hasil luar biasa. Dan seperti itulah bagi kita pula. Tuhan sanggup memberikan semuanya secara instan, tetapi hal itu sangatlah tidak mendidik. Tuhan lebih memilih untuk memberkati pekerjaan kita. Karena itu giatlah bekerja. "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk  manusia." (Kolose 3:23). Mari kita teladani sikap diri Rut yang bekerja dengan sungguh-sungguh tanpa memandang tinggi rendahnya pekerjaan yang ia lakukan. Tuhan tetap sanggup memakai pekerjaan serendah apapun untuk diubahkan menjadi berkat luar biasa apabila kita melakukannya dengan sepenuh hati untuk kemuliaanNya.

Bekerjalah sungguh-sungguh dengan segenap hati untuk memuliakan Tuhan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Post a Comment