Saturday, November 27, 2010

From RHO-ers: Tergerak, Lalu Bergerak

From: D. Adhi Surya
Ayat Bacaan:
Keluaran 35:21a
-------------------------------

“Sesudah itu datanglah setiap orang yang tergerak hatinya, setiap orang yang terdorong jiwanya, membawa persembahan khusus kepada TUHAN. . .”

Prinsip utama dari persembahan yang sejati adalah lahir dari kerelaan untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan dan si pemberi persembahan tidak ingin menonjolkan nama-nya melalui persembahan tersebut (baca: Matius 6:3-4 – “[J]ika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat oleh tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”). Persembahan yang sejati bukan lahir dari keterpaksaan, bukan juga lahir dari motif terselubung, dan yang lebih penting bukan lahir dari keangkuhan.

Dulu ketika saya masih kuliah, saya suka menyisihkan uang jajan mingguan untuk saya berikan kepada orang-orang yang tidak mampu. Setiap akhir bulan, uang jajan mingguan yang saya sudah sisihkan saya masukkan ke dalam amplop, lalu di dalam amplop itu saya juga masukkan traktat Kristen + waktu itu saya juga masukkan foto Tuhan Yesus  - Konsep yang ada di benak saya pada waktu itu sederhana; saya hanya ingin bisa jadi perpanjangan tangan Tuhan buat orang lain yang membutuhkan, tetapi saya juga ingin orang yang menerima bantuan dari saya itu mengetahui bahwa bantuan itu datang-nya dari Tuhan Yesus bukan dari saya, tetapi kebetulan “orang suruhan” (messenger) yang Tuhan Yesus pilih ialah saya.

Bagaimana saya melakukannya? Saya melakukannya dengan cara memilih acak (random choosing) “target” yang akan saya berikan amplop setiap bulannya. Jadi, setiap pulang kuliah saya dalam hati berdoa kepada Tuhan sambil mengendarai motor, saya bilang sama Tuhan: “Tuhan, tunjukkanlah siapa orang yang Engkau ingin agar dia menerima amplop ini, bimbing aku ya Tuhan.” Demikian doa saya dalam hati.

Nah, biasanya nanti Tuhan condongkan hati saya kepada orang tertentu setelah saya berdoa. Jika dorongan itu makin kuat, maka saya segera menepi lalu men-stop motor saya, dan kemudian saya memanggil orang tersebut – orang itu bisa seorang tukang parkir, seorang tukang sapu jalanan, anak kecil yang sedang mengamen, orang lansia yang sedang terhuyung-huyung berjalan kaki di sore hari, atau ibu-ibu tua yang sedang menenteng bawaannya, dll. – setelah saya memanggil orang tersebut, saya lalu mengatakan demikian kepadanya: “Pak / Bu, ini amplop buat Bapak / Ibu. Di dalamnya ada uang ala kadarnya, silahkan Bapak / Ibu pakai untuk keperluan Bapak / Ibu. Ini dari Tuhan Yesus buat Bapak / Ibu. Terima ya, Tuhan Yesus mengasihi Bapak / Ibu.” Lalu saya tutup dengan senyum simpul dan kemudian saya langsung tancap gas dan perlahan-lahan saya melihat orang itu lewat kaca spion. Ada yang menunjukkan ekspresi bingung, ada yang ekspresinya senang, ada yang ekspresinya kaget, ada yang gabungan dari bingung, senang dan kaget. Tetapi tahukah Anda siapakah orang yang paling senang? Orang yang paling bahagia adalah saya! Bahagia rasanya bisa jadi perpanjangan tangan kasih Tuhan buat orang lain yang saya tidak kenal sama sekali. Sungguh benar apa yang Yesus katakan, “Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.” (Kisah Rasul 20:35)

Saya yakin, demikian juga orang-orang yang hatinya tergerak dan yang jiwanya terdorong untuk membawa persembahan khusus bagi Tuhan, yang dicatat di kitab Keluaran, pasti mereka sangat berbahagia! Mereka dengan rela dan sukacita datang membawa “anting-anting hidung”, “anting-anting telinga”, “cincin meterai”, dan “kerongsang” (kalung), serta “segala macam barang emas” ke hadapan Tuhan (Keluaran 35:22). Mereka tergerak – di ayat 21 – lalu mereka bergerak – di ayat 22.

Tetapi melihat kondisi umat Tuhan pada jaman ini sangat disayangkan. Ketika manusia semakin matrelialistis, maka manusia pun semakin dingin untuk memberi bagi orang lain atau bagi pekerjaan Tuhan. Pusat utama mereka bukan lagi apa yang menyenangkan hati Tuhan, melainkan apa yang menyenangkan dan memanjakan hati mereka. Mereka lupa bahwa segala kekayaan mereka datang-nya adalah dari Tuhan. Salomo – seorang raja Israel yang terkaya di sepanjang sejarah para raja-raja Israel – pernah berkata, “Berkat TUHANlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.” (Amsal 10:22)

Kiranya Tuhan membuat hati kita “tergerak” (bentuk pasif) dan kemudian tangan ini “bergerak” (bentuk aktif) meresponi panggilan Tuhan untuk menjadi perpanjangan tangan kasih-Nya bagi sesama dan bagi pekerjaan-Nya di dunia ini. Amin.

No comments:

Post a Comment