Thursday, September 30, 2010

Pujian di Malam Hari

Ayat bacaan: Ayub 35:10
===================
"tetapi orang tidak bertanya: Di mana Allah, yang membuat aku, dan yang memberi nyanyian pujian di waktu malam"

pujian di malam hariBekerja sebagai wartawan musik sungguh menyenangkan bagi saya. Musik adalah sebuah bagian dari seni yang tidak pernah statis, selalu berkembang dan sangat progresif. Setiap saat ada jenis musik baru yang akan selalu menghibur diri kita. Tuhan memang benar-benar Seniman yang Agung. Saya tidak bisa membayangkan seandainya Tuhan tidak menciptakan musik untuk kita nikmati. Memang manusia yang bermain musik, menyanyi dan terus mengembangkan musik secara progresif, tetapi bukankah semua itu pun Tuhan yang menyediakan? Musik sudah menjadi bagian hidup saya sejak lahir, dan musik tidak pernah gagal menghibur hati saya. Saya yakin teman-teman pun beranggapan demikian. Tetapi ingatlah bahwa nyanyian bukan hanya untuk kita nikmati saja, tetapi alangkah baiknya jika dipakai pula sebagai sarana pujian dan penyembahan untuk Tuhan.

Seringkali kita hanya fokus kepada permasalahan yang terjadi ketimbang menyadari kasih setia Tuhan yang senantiasa menyertai kita. Hidup tidaklah mudah. Terkadang dalam perjalanan hidup kita akan bertemu dengan saat-saat dimana kita merasa bahwa hidup ini tidaklah selalu berjalan sesuai dengan apa yang kita harapkan. Ada saat senang, ada pula saat susah, bahkan terkadang kita harus berjalan dalam kegelapan. Tetapi ingatlah bahwa di saat seperti itupun kita tetap berjalan dengan penyertaan Tuhan, tidak akan pernah sendiri. Firman Tuhan berkata "Sekalipun aku berjalan dalam lembah  kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mazmur 23:4).

Saya menulis renungan ini pada malam hari ditemani oleh lagu-lagu pujian. Sudah beberapa hari terakhir ini saya tertimbun banyak pekerjaan. Saya merasa sangat lelah, lemas dan mengantuk, sementara masih ada pekerjaan yang harus saya selesaikan disamping menulis renungan ini. Tetapi Puji Tuhan Dia telah menciptakan musik dan telah memberkati saya dengan suara. Sambil menulis saya menyanyi kecil, dan nyata benar Tuhan memberikan kekuatan agar saya bisa menyelesaikan tugas demi tugas, dan yang pasti Tuhan pun memberikan rasa sukacita disamping kelegaan dan kekuatan yang hadir lewat puji-pujian yang saya panjatkan untuk Tuhan.

Lewat kitab Ayub kita bisa melihat betapa seringnya manusia hanya fokus kepada masalahnya dan melupakan Tuhan. "Orang menjerit oleh karena banyaknya penindasan, berteriak minta tolong oleh karena kekerasan orang-orang yang berkuasa" kata Ayub (Ayub 35:9), "tetapi orang tidak bertanya: Di mana Allah, yang membuat aku, dan yang memberi nyanyian pujian di waktu malam.." (ay 10).  Itu sungguh benar. Mengapa kita hanya berteriak dalam kesesakan tetapi lupa untuk memuji penyertaan Tuhan yang tidak pernah hilang dari hidup kita? Pemazmur tahu betul akan hal itu, ia berkata "TUHAN memerintahkan kasih setia-Nya pada siang hari, dan pada malam hari aku menyanyikan nyanyian, suatu doa kepada Allah kehidupanku." (Mazmur 42:9). Sepanjang kita melakukan berbagai aktivitas di siang hari Tuhan dengan setia terus bersama kita, tidakkah indah apabila pada malam hari sebelum kita beristirahat kita pun memanjatkan nyanyian-nyanyian pujian dan penyembahan  kepadaNya?

Ada kuasa dalam puji-pujian. Kita sering melupakan hal itu. Lihatlah bagaimana tembok Yerikho runtuh di hari ke tujuh setelah dikelilingi berhari-hari. Apa yang membuat tembok itu runtuh pada akhirnya? Selain memang Allah sendiri yang telah menjanjikan, "Berfirmanlah TUHAN kepada Yosua: "Ketahuilah, Aku serahkan ke tanganmu Yerikho ini beserta rajanya dan pahlawan-pahlawannya yang gagah perkasa." (Yosua 6:2), tapi lihatlah bahwa pujian dan sorak sorai bagi Tuhan membuat tembok itu akhirnya runtuh. "Lalu bersoraklah bangsa itu, sedang sangkakala ditiup; segera sesudah bangsa itu mendengar bunyi sangkakala, bersoraklah mereka dengan sorak yang nyaring. Maka runtuhlah tembok itu, lalu mereka memanjat masuk ke dalam kota, masing-masing langsung ke depan, dan merebut kota itu." (ay 20). Dalam kisah lain, kita tahu bagaimana Gideon dengan prajurit berjumlah hanya 300 orang mampu menaklukkan musuh tak terhitung banyaknya, seperti belalang dan pasir di tepi laut, lewat puji-pujian dan gemuruh suara sangkakala seperti yang bisa kita baca dalam Hakim Hakim 7. Ingat pula apa yang terjadi ketika Paulus dan Silas yang tengah terpasung di dalam penjara memutuskan untuk tidak meratapi diri melainkan berdoa dan memanjatkan puji-pujian kepada Tuhan. "Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka." (Kisah Para Rasul 16:25). Apa yang terjadi kemudian? Alkitab mencatat hadirnya gempa menyelamatkan mereka (ay 26). Bukan itu saja, tetapi keputusan mereka pun membawa pertobatan orang lain. (ay 30-33). Lihatlah bagaimana besarnya kuasa di balik puji-pujian, dan itu semua bisa terjadi karena ada Tuhan yang bertahta/bersemayam di atas puji-pujian. (Mazmur 22:4).

Setelah lelah bekerja sepanjang hari, masihkah kita menyadari bahwa Tuhan sebenarnya tidak pernah absen menyertai kita? Sudahkah kita memuji Dia malam ini? Ingatlah bahwa ada kuasa di balik puji-pujian. Bukan saja kita memuliakan dan menyenangkan hati Tuhan lewat puji-pujian tulus dari hati kita, tetapi kita pun akan diberi kelegaan, kekuatan, semangat dan sukacita baru untuk terus melangkah melewati hari demi hari yang sulit. Malam ini marilah kita panjatkan pujian dan penyembahan dengan sepenuh hati kepadaNya. Let's sing together!

Jangan lupakan kebaikan dan kasih setiaNya, let's praise the Lord tonight

Wednesday, September 29, 2010

Seperti Apa Kita Dikenang

Ayat bacaan: Amsal 10:7
===================
"Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi busuk."

kenanganAnda kenal Ismail Marzuki? Beliau adalah seorang komposer legendaris Indonesia yang sudah menelurkan banyak karya emas. Lagu Sabda Alam dan Payung Fantasi misalnya sudah begitu kita kenal, padahal lagu itu diciptakan lebih dari setengah abad yang silam. Ismail Marzuki meninggal dunia di usia yang masih relatif muda, 44 tahun pada tahun 1958. Saya tidak pernah bertemu dengannya, tapi lewat beberapa sesepuh musik yang masih hidup saya bisa mendapatkan gambaran seperti apa sosok Ismail Marzuki di masa hidupnya. Dalam sebuah bincang-bincang dengan salah seorang mantan penyanyi yang sudah lanjut usia saya bisa mendapatkan gambaran dari sosok legendaris ini. "Dia orangnya baik dan sangat ramah. Orangnya bertubuh kecil dan waktu bertemu dengan saya dia sudah mulai sakit-sakitan." Itu kutipan dari apa yang ada dalam kenangan sang penyanyi tentang Ismail Marzuki. Hidup kita memanglah singkat, namun kenangan yang kita wariskan akan hidup selamanya. Seperti apa kita dikenang orang akan terbentuk dari sikap dan cara hidup kita, keputusan-keputusan yang kita ambil, karya-karya yang kita hasilkan dan seberapa besar kita memberi dampak kepada hidup orang lain.

Ada orang yang dikenang sebagai pribadi yang ramah, murah hati, setia kawan, sangat bersahabat, humoris, pintar, rajin dan sebagainya. Sebaliknya tidak sedikit pula orang yang terlupakan oleh waktu, atau bahkan dikenang sebagai sesuatu yang negatif, seperti koruptor, pemarah, ringan tangan, suka mengutuki orang lain, penipu, orang tidak tahu sopan, oportunis tulen dan sebagainya. Coba anda ingat-ingat sebentar, tentu kategori-kategori seperti ini ada dalam memori anda akan seseorang bukan? Ambil sebuah contoh Bunda Teresa. Saya percaya tidak ada satupun diantara kita yang menilai negatif akan sosok ini. Pengorbanannya, besar kasihnya dan kontribusinya terhadap orang-orang miskin di Kalkuta tetap dikenang orang hingga hari ini. Bagaimana dengan tokoh-tokoh alkitab, seperti Rut, Yusuf, Kaleb, Paulus dan sebagainya? Meski mereka hidup ribuan tahun yang lalu tapi kita masih mengenal sosok mereka lewat apa yang tertulis dalam alkitab yang abadi.

Disisi lain ada pula orang yang dikenal karena kejahatan dan perbuatan-perbuatan tercela lainnya. Kita ambil satu contoh, raja Yoram. Ia memiliki sikap hidup yang buruk. Apabila kita membaca kisah mengenai dirinya dalam 2 Tawarikh 21:2-20 dan 2 Raja Raja 8:16-24 kita akan tahu bahwa ia sama sekali tidak mencerminkan sifat ayahnya, Yosafat. Ia memilih untuk hidup tidak benar seperti mertuanya Ahab. Yoram dikatakan hidup seperti raja-raja Israel yang sesat. "Ia hidup menurut kelakuan raja-raja Israel seperti yang dilakukan keluarga Ahab, sebab yang menjadi isterinya adalah anak Ahab. Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN." (2 Tawarikh 21:6). apa yang ia lakukan sangatlah jahat. Sepucuk surat dari Elia menyatakan dengan jelas kelakuannya. "..engkau tidak hidup mengikuti jejak Yosafat, ayahmu, dan Asa, raja Yehuda, melainkan hidup menurut kelakuan raja-raja Israel dan membujuk Yehuda dan penduduk-penduduk Yerusalem untuk berzinah, sama seperti yang dilakukan keluarga Ahab, dan juga karena engkau telah membunuh saudara-saudaramu, seluruh keluarga ayahmu yang lebih baik dari padamu." (ay 12-13). Ini sebuah perilaku yang sangat jahat. Dan apa yang terjadi ketika ia mangkat? Alkitab mencatat tragisnya akhir hidupnya. "Ia meninggal dengan tidak dicintai orang. Ia dikuburkan di kota Daud, tetapi tidak di dalam pekuburan raja-raja." (ay 20b). Dalam bahasa Inggris versi NKJV dikatakan: "..to no one's sorrow, departed."

Seperti apa kita dikenang akan sangat tergantung dari perilaku, keputusan, karya dan perbuatan kita di masa hidup. Kenangan akan kita bisa terus memberkati orang lain, tapi sebaliknya bisa pula "membusuk" di ingatan orang lain. Amsal Salomo berkata "Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi busuk." (Amsal 10:7). Kemilau kenikmatan dunia sepintas memang menggiurkan, tetapi itu tidaklah lebih berharga ketimbang nama baik kita yang akan selalu dikenang orang. Salomo juga berkata "Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas." (Amsal 22:1). Dan tentu saja, semua harta kekayaan duniawi yang tidak kekal tidak akan pernah sebanding dengan apa yang akan kita peroleh dalam sesuatu yang kekal kelak. Kita bisa meninggalkan warisan berupa hasil karya kita yang bahkan bisa terus memberkati orang lain setelah kita tidak ada lagi di muka bumi ini, tapi sebaliknya bisa membusuk dalam kenangan orang jika kita melakukan hal-hal yang buruk semasa hidup.

Sebagai pengikut Kristus kita diajak untuk menaruh diri kita untuk sepikir dan seperasaan dengan Kristus. "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus." (Filipi 2:5). Ingatlah bahwa kita diciptakan untuk menjadi terang dan garam bagi dunia (Matius 5:13-16) dan jangan lupa pula bahwa kita adalah wakil-wakil atau duta-duta Kristus, the ambassadors of Christ, di muka bumi ini seperti apa yang disadari sepenuhnya oleh para rasul. (2 Korintus 5:20). Kita dituntut untuk menunjukkan keteladanan hidup benar, hidup takut akan Tuhan dan mencerminkan pribadi dari Tuhan yang kita sembah. Jika itu kita lakukan, maka kita akan memberkati orang banyak dalam waktu yang lama, bahkan setelah kita sudah meninggalkan dunia ini kelak. Dan kenangan seperti itu akan kekal dalam ingatan orang, bahkan bisa terus menelurkan berkat bagi generasi-generasi sesudah kita. Seperti apa kita dikenal saat ini, dan seperti apa kita akan dikenang kelak, semua itu tergantung dari diri kita sendiri. Menjalani hidup sesuai dengan peran yang digariskan Tuhan pada kita akan membuat kita hidup sepenuhnya, "having the life at its fullest", tetapi sebaliknya jika kita memilih untuk tidak melakukan seperti itu, maka kita bisa mengalami hidup yang miskin, bukan miskin secara materi tetapi dari segi bagaimana kita memaknai hidup kita. Hidup yang berpusat pada kepentingan diri sendiri, menghalalkan segala cara untuk memperoleh keinginan kita, melakukan hal-hal yang jahat di mata Tuhan dan menjalani hidup meleset jauh dari rencana Tuhan, tidak menjadi terang dan garam, semua itu akan membuat kita menjalani sebentuk hidup yang miskin. Karena itu marilah kita menyenangkan Tuhan dengan menjadi berkat bagi sesama. seperti apa anda ingin dikenang?

Miliki kehidupan yang bisa memberkati untuk waktu yang lama bahkan setelah kita tiada

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tuesday, September 28, 2010

Termakan Bujukan

Ayat bacaan: Amsal 1:10
==================
"Hai anakku, jikalau orang berdosa hendak membujuk engkau, janganlah engkau menurut"

termakan bujukanBetapa seringnya kita mendengar orang yang menjadi rusak karena pergaulan yang salah. Mungkin kita pun pernah mengalaminya. Tadinya orang itu hidup baik, namun ketika masuk ke dalam lingkungan pergaulan yang salah mereka terjerumus ikut-ikutan masuk ke dalam dosa. Awalnya mungkin bisa berkata tidak, namun lambat laun apa yang kita ketahui sebagai dosa itu akan mulai terlihat biasa-biasa saja, no big deal, dan kita pun mulai memberi toleransi untuk itu. Maka orang yang baik bisa berubah menjadi sosok baru yang tidak lagi peka terhadap dosa. Hal seperti ini sering terjadi dalam hidup kita. Hidup di dunia yang penuh dengan keinginan-keinginan daging yang dikejar oleh orang-orang yang tidak takut akan Tuhan tidaklah mudah. Mereka ada di sekitar kita, terus menawarkan sesuatu yang sepintas terlihat menyenangkan, nikmat dan indah, namun ada banyak kejahatan di mata Tuhan yang mengintip di baliknya. Jika tidak mawas diri maka kita pun bisa terjerumus ke dalamnya, lalu lupa akibat atau konsekuensi yang harus kita tanggung ketika dosa-dosa itu menguasai kita.

Seringkali orang menjadi jahat bukan karena keinginannya sendiri melainkan akibat ikut-ikutan dengan teman dalam sebuah lingkungan persahabatan yang tidak sehat. Kita tidak dilarang untuk berteman dengan orang lain, hanya saja kita harus memperhatikan benar dengan siapa kita menjalin hubungan pertemanan karena tidak peduli sekuat apapun iman kita, ketika kita terus menerus memberi toleransi akan dosa maka cepat atau lambat kita bisa terpengaruh lalu menuruti bujukan-bujukan mereka.

Sejak dahulu kala Salomo sudah mengingatkan akan hal ini. "Hai anakku, jikalau orang berdosa hendak membujuk engkau, janganlah engkau menurut." (Amsal 1:10). Ini sebuah pesan yang sangat penting. Salomo dengan hikmatnya yang besar sudah melihat kecenderungan manusia untuk jatuh ke dalam dosa akibat bujukan dari orang lain. Orang-orang berdosa akan selalu mencari orang lain untuk mengikuti gaya hidup mereka yang salah. Dan kita kerap menuruti mereka lewat banyak alasan. Gengsi jika menolak, takut dianggap kuno, ketinggalan jaman, kampungan dan sebagainya bisa menjadi awal bagi kita untuk mulai menuruti bujukan mereka.

Firman Tuhan telah mengingatkan berulang kali akan bahaya dosa. Mungkin semua berawal dengan sederhana lewat keinginan-keinginan daging yang ditawarkan oleh orang-orang berdosa. Tetapi ingatlah bahwa meski sederhana hal seperti ini bisa menjadi awal datangnya bencana. Dalam Yakobus kita bisa melihat firman Tuhan berbunyi seperti ini: "Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." (Yakobus 1:15). Keinginan kemudian akan dibuahi dan melahirkan dosa. Dan ketika dosa menjadi matang dalam diri kita, maut pun akan hadir. Ini adalah hal yang sangat serius yang harus kita perhatikan mengingat kita hidup di dunia yang dipenuhi orang-orang sesat. Mereka akan terus menawarkan banyak kenikmatan yang sangat dirindukan oleh daging kita. Itulah sebabnya kita benar-benar harus berhati-hati dalam lingkungan pergaulan kita. Jangan-jangan bukannya menjadi terang dan garam tetapi malah ikut terseret arus kesesatan dunia.

Seperti apa keinginan-keinginan yang bisa berbuah dosa dan melahirkan maut itu? Lewat Paulus kita bisa melihatnya. "Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya." (Galatia 5:19-21a). Dan terhadap pelaku dari semua itu tidak akan mendapatkan bagian dalam Kerajaan Allah. (ay 21b). Lihatlah poin-poin keinginan yang bisa melahirkan maut itu. Bukankah itu bukan lagi hal yang asing bagi kita hari ini? Dimana-mana ada potensi penyesatan, dan apabila tidak hati-hati maka kita pun akan terjerumus kedalamnya.

Ketika adik istri saya kehilangan motor, ada banyak temannya yang menyarankan dia untuk pergi ke orang pintar. Yang memprihatinkan, mereka yang menyarankan hal itu adalah orang-orang percaya juga. Bayangkan, penyesatan dari orang-orang berdosa bukan saja datang dari orang di luar Kristus, tetapi juga hadir lewat orang-orang di dalam, yang tidak seharusnya berpikir seperti itu. Alangkah riskannya apabila kita tidak berhati-hati dalam menjalani hidup.

Firman Tuhan mengingatkan kita agar berhati-hati dalam bergaul. "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33). Kita harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh kepada siapa kita bergaul. Kita memang tidak boleh memusuhi mereka, namun kita wajib berhati-hati agar jangan termakan bujukan mereka lalu masuk ke dalam jerat dosa. Perhatikanlah hikmat Salomo kemudian berkata:  "..mereka menghadang darahnya sendiri dan mengintai nyawanya sendiri" (Amsal 1:18). Peran kita adalah untuk menyadarkan dan menyelamatkan mereka dari kebinasaan bukannya malah ikut-ikutan masuk ke dalamnya. Dunia yang kita tinggali saat ini memang penuh dengan kesesatan. Tetapi kita jangan sampai serupa dengannya. Firman Tuhan pun mengingatkan "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2). Segala perbuatan dosa sesungguhnya berasal dari Iblis. Dan Yesus pun sudah hadir ke dunia atas besarnya kasih Allah pada diri kita untuk membinasakan semua itu. Alkitab menyatakan demikian: "barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu." (1 Yohanes 3:8). Semua sudah dikalahkan Yesus sejak 2000 tahun yang lalu, oleh karena itu kita seharusnya tidak lagi terjebak ke dalam tipu muslihat iblis yang akan terus berusaha menggiring kita untuk binasa lewat banyak cara. Dosa-dosa memang bisa dikemas dengan indah dan penuh kenikmatan, tetapi apa yang sesaat itu sama sekali tidak sebanding dengan akibat yang harus kita tanggung selamanya kelak. Hari ini marilah kita sama-sama mawas diri memperhatikan pergaulan kita dan terlebih lagi menjaga diri kita agar tidak termakan bujuk rayu mereka yang berdosa. Jadilah agen-agen Tuhan yang berperan dalam menyelamatkan mereka dan bukan sebaliknya, menuruti mereka untuk turut berbuat dosa.

Say no to sin immidiately before it overcomes you

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Monday, September 27, 2010

Ibu Pengemis dan Anak Bayinya

Ayat bacaan: Filipi 2:5
=================
"Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus."

sepikiran dengan KristusSeorang siswa saya kemarin menceritakan sebuah pengalamannya yang unik. Ia sedang berjalan kaki di sebuah trotoar jalan. Sayup-sayup ia mendengar suara tangisan anak bayi, yang katanya jelas terdengar seperti tangisan bayi yang baru lahir. Ketika ia mencari sumber suara, tampaklah olehnya seorang bayi kecil yang hanya dibungkus koran, terletak sendirian di belakang semak-semak. Tidak lama kemudian sang ibu yang ternyata seorang pengemis datang kesana. Anaknya baru lahir dua bulan, dan ia pun masih terlihat sangat pucat. Siswa saya lalu tergerak oleh rasa belas kasihan dan kemudian memberi seluruh uang di kantongnya, sejumlah Rp 150.000 yang seharusnya dia pakai untuk membayar tes penyaringan masuk di sebuah universitas. Akibat membantu si ibu, ia harus melupakan tes itu, dan ia pun harus berjalan kaki untuk masuk ke kelas dimana saya mengajar. "Capai pak, dan sayang memang harus gagal mengikuti tes, tapi saya merasa sangat lega.." katanya sambil tersenyum. Ia bercerita bahwa si ibu mengucapkan terima kasih sambil menangis terisak-isak. Si ibu dan anak bayi ini hanyalah satu dari ribuan kasus yang sehari-hari terjadi di sekitar kita. Semakin sulitnya kehidupan di muka bumi ini membuat kita semakin mudah menemukan orang-orang yang tengah dihimpit beban hidup dalam berbagai rupa. Siswa saya memilih untuk melakukan perbuatan baik, tetapi ada banyak orang lain yang tidak mau ambil pusing dalam situasi seperti ini.

Welcome to the self-centered world. Sebuah kehidupan dunia yang berisikan orang-orang yang hanya berjuang untuk keselamatan dirinya sendiri. Apapun akan dilakukan, kalau perlu orang lain pun akan dikorbankan demi mencapai tujuan pribadinya sendiri. Dalam dunia yang seperti ini, apa yang dibuat siswa saya tentu sangat langka dan sulit dipercaya. Saya bertanya dalam hati saya, seandainya saya ada di sana waktu itu, akankah saya melakukan hal yang sama, menyerahkan seluruh uang di kantong saya untuk menolong sang ibu dan bayinya? Apakah anda juga akan melakukan hal seperti itu?

Sebagai pengikut Kristus kita seharusnya melakukan hal yang sama. Dalam surat Filipi 2:1-11 kita bisa membaca pesan penting mengenai hal ini. "Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan." (Filipi 2:1). Belas kasihan, penghiburan kasih itu ada di dalam Kristus. Dan oleh karenanya kita sebagai pengikut-pengikut Kristus pun seharusnya sehati, sepikir dalam satu kasih, satu jiwa dan satu tujuan, (ay 2) "dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri." (ay 3). Kita digugah untuk berhenti mementingkan diri sendiri tetapi harus mulai memkirikan orang lain pula. "dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga." (ay 4). Mengapa demikian? Perhatikanlah ayat selanjutnya "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus." (ay 5). Yesus yang pada dasarnya sama dengan Allah rela melepaskan semuanya. Mengosongkan diri, mengambil rupa seorang hamba dan kemudian merendahkan dirinya sedemikian rupa hingga mati di atas kayu salib demi kita semua, orang-orang yang masih berada dalam jerat kebinasaan. Betapa besarnya kasih dan pengorbananNya untuk kita semua. Apabila kita menyatakan diri sebagai sahabat-sahabatNya, sudah seharusnya kita pun melakukan hal yang sama, menaruh pikiran dan perasaan kita seperti apa yang dirasa atau dipikirkan Yesus. Ingatlah bahwa Yesus tidak memandang orang ketika menaruh belas kasihan. Dia siap membantu siapapun tanpa terkecuali selama keberadaanNya dalam rupa seorang hamba di muka bumi ini, bahkan orang-orang asing sekalipun. Dan ingat pula, bukankah Yesus mati untuk menebus dosa seluruh umat manusia dan bukan hanya untuk segelintir orang saja? Jika belas kasih Kristus itu tanpa batas, kita sebagai pengikutNya pun harus memiliki kepedulian dan belas kasih yang sama terhadap sesama kita.

Kita memang tidak diselamatkan oleh perbuatan baik yang kita lakukan. Itu benar. Dalam Titus dikatakan "Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia, pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita, supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita." (Titus 3:4-7). Bukan perbuatan baik yang menyelamatkan kita, tetapi bukan berarti kita bisa berpangku tangan untuk tidak melakukan apapun yang baik. Seperti yang pernah saya katakan, kita bukan diselamatkan OLEH perbuatan baik, tetapi kita diselamatkan UNTUK melakukan perbuatan baik. Begitu pentingnya untuk menyatakan kasih Kristus yang mengalir dalam diri kita kepada sesama kita yang membutuhkan bantuan, sehingga bahkan dikatakan "Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat." (Ibrani 13:2). Tumpangan kepada orang dalam bahasa Inggrisnya dikatakan "extend hospitality to strangers." Artinya kita harus siap berbuat baik, doing the kindness bahkan kepada orang yang tidak kita kenal sekalipun alias orang-orang asing. Siapa tahu, satu ketika nanti kita malah menjamu para malaikat tanpa sadar. Firman Tuhan berkata bahwa "..tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik." (2 Timotius 3:17). Dia sudah melengkapi kita untuk melakukan itu semua. Alangkah keterlaluan apabila semua itu hanya kita pendam sendiri untuk kepentingan pribadi.

Pengorbanan yang dilakukan oleh siswa saya itu belumlah sebanding dengan apa yang diberikan Kristus untuk kita semua, tetapi tetap apa yang ia perbuat merupakan sesuatu yang luar biasa yang patut kita puji dan teladani. Menjadi pengikut Kristus berarti menaruh diri kita untuk sepikiran dan seperasaan dengan Kristus. Sudahkah anda menoleh ke sekeliling anda? Ada banyak orang yang saat ini tengah terjepit kesulitan hidup. Ada banyak yang kehilangan harapan, tidak lagi memiliki sukacita dalam hatinya. Anda mungkin bisa berkata, "tapi saya tidak mengenal mereka, buat apa saya harus peduli?" Itu tidak akan pernah cukup sebagai alasan. Saya yakin apabila Yesus masih berjalan di muka bumi hari ini, Dia akan menunjukkan belas kasihNya kepada mereka, siapapun atau apapun latar belakangnya tanpa terkecuali. Sebagai pengikut Kristus, apa yang bisa anda bisa anda perbuat hari ini untuk mereka?

Menjadi pengikut Kristus artinya sepikiran dan seperasaan dengan Kristus

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Sunday, September 26, 2010

Anak adalah Pusaka dari Tuhan

Ayat bacaan: Mazmur 127:3
======================
"Behold, children are a heritage from the Lord, the fruit of the womb a reward."

anak adalah pusaka dari TuhanHari ini saya berkunjung ke rumah seorang sahabat yang sudah lama tidak bertemu. Anaknya sudah besar sekarang, berumur sekitar 7 tahun. Saya tidak tahu apa ia masih mengingat saya atau tidak, tetapi ia langsung menyambut di depan pintu dan bercerita tentang mainan barunya. Sungguh anak yang ramah dan pintar. Saya masih ingat ketika saya datang ke rumah sakit bersalin dan melihatnya saat baru dilahirkan. Sekarang ia sudah tumbuh menjadi anak yang lincah dan bijak. Saya senang melihat sahabat saya dan istrinya ternyata mendidik si anak dengan baik, sehingga ia tumbuh baik seperti ini. Kenyataannya ada banyak orang tua yang tidak menyadari pentingnya mendidik anak. Sejak kecil anak diserahkan kepada pembantu atau orang lain, dan seringkali anak-anak yang tidak berdosa ini malah dianggap sebagai hal yang mengganggu kenyamanan. Ada pula yang bertindak semena-mena kepada anaknya. Salah seorang sepupu saya dididik lebih keras dari militer sejak balita. Tidak jarang ia dipukul, ditampar dan sebagainya apabila berbuat salah. Semakin hari semakin banyak orang tua yang tidak lagi menghargai kehadiran anak dalam hidup mereka. Karena itulah saya selalu senang ketika melihat sebuah keluarga yang bahagia dengan anak yang terawat dan terurus dengan baik, seperti keluarga sahabat saya itu.

Bagi saya yang belum dikaruniai anak, melihat para orang tua yang tidak menghargai anugerah anak seperti itu sungguh sangat menyedihkan. Mereka lupa bahwa anak itu bukanlah hasil karya mereka, tetapi merupakan warisan atau pusaka dari Tuhan. Dalam kitab Mazmur dikatakan "Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah." (Mazmur 127:3). Dalam versi Bahasa Inggris dikatakan: "Behold, children are a heritage from the Lord, the fruit of the womb a reward." Jadi bukan hanya anak lelaki saja, tetapi anak perempuan pun termasuk di dalamnya. Anak adalah pusaka dari Tuhan, buah kandungan adalah sebuah upah atau hadiah. Seperti itulah keberadaan seorang anak dalam sebuah keluarga. Titipan dari Tuhan yang seharusnya dihargai dengan penuh rasa syukur, bukan diabaikan, ditelantarkan atau malah dianggap sebagai pengganggu kenyamanan. Kita tidak boleh lupa bahwa setiap anak yang dilahirkan ke dunia memiliki potensi besar untuk menjadi anak-anak Ilahi yang hebat. Di tangan mereka terletak masa depan dari dunia ini. Apakah mereka akan menjadi pekerja-pekerja Allah yang tangguh dengan memiliki kasih Ilahi di dalam diri mereka atau mereka menjadi orang-orang berpengaruh buruk dan jahat, semua itu tergantung dari para orang tua mereka. Bagaimana kita mendidik mereka saat ini akan sangat menentukan seperti apa jadinya mereka kelak.

Bukan cuma mencukupi nafkah dan memberi mereka kesempatan seluas-luasnya untuk memperoleh pendidikan, bukan saja menyediakan makanan dan tempat tinggal, tetapi pengenalan akan Tuhan pun harus menjadi tugas para orang tua sejak awal. Firman Tuhan mengajarkan kita untuk tidak kenal lelah mengajarkan kebenaran kepada anak-anak kita. "Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun." (Ulangan 6:6-7). Bukan saja mengajarkan, tetapi kita orang tua juga dituntut untuk menjadi teladan terhadap semua yang kita ajarkan. "Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu." (ay 8-9). Firman Tuhan mengingatkan kita untuk mengarahkan anak-anak kita kepada Kristus sejak dini. Lihatlah bagaimana Yesus menyambut anak-anak dengan penuh kasih dan memeluk serta memberkati mereka satu persatu. "Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah...Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka." (Markus 10:14,16). Ada kalanya kita harus mendisiplinkan mereka, jika perlu mendidik mereka dengan hukuman, tetapi kita harus melakukannya demi kebaikan mereka, bukan karena ingin melampiaskan emosi kita. Amsal Salomo mengingatkan akan hal ini. "Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau menginginkan kematiannya" (Amsal 19:18). Dan jangan lupa pula untuk mengasihi mereka dengan kasih yang tidak terbatas, loving them unconditionally. Perumpamaan anak yang hilang sangat baik untuk dijadikan contoh mengenai "the unconditional love" ini, seperti Bapa yang sayang pada anak-anakNya.

Pendeknya, ajarkanlah anak-anak untuk mengenal Tuhan sejak dini. Kasihi mereka dengan kasih Allah yang mengalir dalam diri kita dan bimbing mereka hingga tumbuh menjadi pribadi-pribadi tangguh yang hidup takut akan Tuhan. Itulah yang seharusnya kita lakukan jika kita menghargai warisan atau pusaka yang dititipkan Tuhan kepada kita. Pada suatu ketika nanti ketika mereka berhasil menjadi orang-orang sukses yang memuliakan Allah dengan segala perbuatan dan perkataan mereka, kitapun akan bahagia. Bahagia karena anak-anak kita menjadi teladan di mata dunia, juga bahagia karena kita telah menghargai pemberian Tuhan dengan sungguh baik. Ketika mereka menjadi orang-orang yang berpengaruh kelak, mereka akan tampil di depan sebagai orang-orang yang mampu menyatakan kemuliaan Tuhan pada generasinya. Ingatlah bahwa masa depan mereka terletak di tangan anda, para orang tua. Sudahkah anda mengajarkan mereka dengan baik?

Anak bukan hasil karya kita melainkan pusaka dari Tuhan, karena itu hargailah dengan benar

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Saturday, September 25, 2010

Membunuh Karakter

Ayat bacaan: Matius 5:22
=====================
"Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala."

pembunuh identitas, mengumpat, menghina, mengutukKita bisa sekolah setinggi mungkin, tetapi seringkali faktor penyebab berhasil tidaknya kita sebagai seseorang akan sangat tergantung dari keluarga. Ada beberapa teman saya yang sulit menemukan kepercayaan dirinya karena sering direndahkan, diejek dan dihina oleh saudara-saudara kandungnya sendiri semasa kecil. Ada kalanya orang tua pun mengeluarkan kata-kata yang tidak membangun sehingga si anak tumbuh menjadi pribadi yang tertutup dengan kepercayaan diri sangat minim. Akibatnya mereka sulit untuk tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan berani ketika dewasa. Suasana di dalam keluarga sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan mental seseorang. Dan saya pun melihat langsung hasilnya melalui beberapa teman saya yang pernah mengalami hinaan atau direndahkan selama masa bertumbuh mereka. Mereka bersekolah tinggi, bahkan ada yang menimba ilmu di luar negeri, tetapi secara mental mereka lemah. Mereka tidak percaya diri, cenderung menutup diri dan sangat sulit maju.

Seringkali kita tidak menyadari dampak yang bisa timbul akibat umpatan atau perkataan kasar terhadap seseorang. Mungkin kita mengumpat hanya karena kekesalan sesaat saja, tetapi hal itu bisa berdampak kepada pembunuhan karakter mereka. Dan Yesus sudah mengingatkan hal ini dengan keras. Keras? Ya, bahkan sangat keras. Yesus bahkan merasa perlu untuk mengambil "Perintah Allah ke 6" dari kitab Taurat yaitu jangan membunuh. "Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum." (Matius 5:21). Kita mungkin akan heran dan berkata, "Siapa memangnya yang saya bunuh? Saya tidak pernah membunuh siapa-siapa." Mungkin kita tidak membunuh orang secara fisik, tapi kita tidak sadar bahwa dengan mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas kepada saudara kita sendiri, itu sama artinya dengan melakukan pembunuhan, sebuah pembunuhan karakter, pembunuhan identitas diri yang akan berdampak besar pada masa depan mereka. Ayat di atas dilanjutkan Yesus dengan mengajarkan aplikasi ayat tersebut secara lebih luas. "Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala." (ay 22). Kata "Jahil" dalam versi BIS dikatakan sebagai "Tolol", atau dalam bahasa Inggrisnya disebutkan sebagai "Fool, empty-headed idiot." Artinya, dengan mengumpat kata tolol, idiot, bodoh dan sebagainya, itu pun akan diganjar kematian ke dalam neraka yang menyala-nyala. Keras bukan?

Pembunuhan ternyata bukan saja bisa terjadi secara fisik, menghilangkan nyawa seseorang dengan menggunakan senjata, mencekik, racun dan sebagainya, tetapi bisa pula kita lakukan atas karakter seseorang. Dan itu sama artinya dengan membunuh, dan ganjarannya pun sama. Coba bayangkan, bukankah sama dengan membunuh ketika kita membuat orang menjadi sulit bertumbuh, sulit maju dan sulit berhasil akibat perkataan kita yang meruntuhkan mental mereka? Itu bisa berdampak besar bagi masa depan mereka, dan tidak jarang hal itu akan menghantui mereka seumur hidup. Secara fisik mereka hidup, tetapi karakter mereka sesungguhnya sudah mati sejak dulu. Karakter mereka bisa hancur lebur akibat hinaan kita atau kata-kata mengutuk yang kita keluarkan. Itu sama saja dengan terbunuh. Disamping itu, kita harus ingat pula bahwa manusia, siapapun itu, termasuk anda dan saya, termasuk si pengumpat dan yang diumpat, sama-sama diciptakan secara istimewa mengambil gambar dan rupa Tuhan sendiri. (Kejadian 1:26), bahkan kita dianggap "berharga dan mulia" di mata Tuhan. (Yesaya 43:4). Jika demikian, ketika kita mengumpat seseorang sebagai orang "tolol", "idiot", "bodoh", dan sebagainya, itu sama saja dengan menghina Tuhan. Tidaklah mengherankan apabila ganjaran terhadap perilaku seperti ini akan sama kerasnya dengan melakukan pembunuhan secara fisik.

Amsal Salomo sudah mengingatkan pentingnya untuk menjaga mulut. "Siapa menjaga mulutnya, memelihara nyawanya, siapa yang lebar bibir, akan ditimpa kebinasaan." (Amsal 13:3). Kita bisa melihat pula peringatan dalam kitab 1 Samuel: "Janganlah kamu selalu berkata sombong, janganlah caci maki keluar dari mulutmu. Karena TUHAN itu Allah yang mahatahu, dan oleh Dia perbuatan-perbuatan diuji." (1 Samuel 2:3). Dari bibir, lidah dan mulut yang sama bisa keluar berkat dan kutuk apabila tidak kita jaga dengan baik. Jangan sampai itu kita lakukan. Yakobus mengingatkan "Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi." (Yakobus 3:9-10). Manusia diciptakan menurut rupa Allah, dan ketika kita mengutuk sesama manusia, itu artinya kita sedang melakukan penghinaan besar kepada Allah. Dan itu akan berakibat fatal. Ganjaran hukumannya jelas, neraka yang menyala-nyala seperti yang dikatakan Yesus.

Mulut seharusnya kita jaga dengan baik dan dipergunakan untuk membangun bukan sebaliknya untuk menghancurkan orang lain. "Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia." (Efesus 4:29). Apakah anda termasuk orang yang terbiasa mengatai orang lain dengan kata-kata tolol, bodoh, dan sebagainya? Jika ya, berhentilah sekarang juga. Mungkin perkataan itu tidak berarti apa-apa bagi kita, mungkin itu hanya ungkapan kekesalan sesaat saja, tetapi sadarilah bahwa bagi orang yang terkena hal itu bisa berdampak sangat berat. Di mata Tuhan itu sama saja dengan membunuh. Oleh karena itu, marilah kita jaga mulut kita dan memakainya hanya untuk membangun orang lain. Mari belajar untuk memuliakan Tuhan dengan bibir kita.

Menghina manusia berarti menghina Penciptanya

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Friday, September 24, 2010

Digendong Tuhan

Ayat bacaan: Yesaya 46:4
====================
"Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu."

digendong TuhanSecara tidak sengaja ketika browsing saya melihat gambar yang saya pasang di samping. Ini sebuah gambar dari rombongan pendaki gunung. Disana terlihat seorang pria paruh baya tengah yang tengah digendong oleh pemandunya. Lihatlah betapa ceria wajahnya. Saya sempat tersenyum dan berpikir, ternyata orang tua juga masih senang digendong, bukan hanya anak-anak saja. Begitulah kenyataannya, perasaan butuh dikasihi bukan hanya didominasi oleh anak-anak, tetapi setiap manusia sampai kapanpun membutuhkan itu.

Saya selalu kagum melihat para hamba Tuhan yang sudah berusia lanjut tetapi masih melayani Tuhan dengan giat dan penuh semangat. Ada yang sudah sulit berjalan, sulit berbicara bahkan tidak jarang pula ada yang sudah sakit-sakitan. Tetapi lihatlah bagaimana mereka masih dengan gigih mewartakan Firman Tuhan memberkati kita yang muda-muda, lebih sehat dan kuat. Suatu kali saya pernah menanyakan kepada salah seorang pendeta yang sudah sangat tua hingga harus dipapah untuk berjalan, tidakkah lebih baik jika dia lebih banyak beristirahat dan mengurangi kegiatannya? Pendeta tersebut hanya tersenyum dan berkata, "Tugas saya belum selesai. Dalam kondisi beginilah saya justru menyadari betapa beruntungnya memiliki Yesus." Luar biasa. Di saat ada banyak orang yang cepat menyerah, hanya mengasihani diri dan mengeluh, bersedih atas kondisi fisik atau kemampuannya yang terbatas saja, bapak Pendeta ini menunjukkan semangat yang berbeda, yang jauh mengatasi kondisi fisiknya yang sudah lemah dimakan usia. Apa yang ia katakan sungguh benar, karena Firman Tuhan pun sudah mengatakannya sejak dahulu kala.


Apa yang dijanjikan Tuhan sungguh luar biasa. Di saat manusia cenderung hanya mengurus anak kecil dan melupakan orang berusia lanjut, Tuhan menjanjikan sebuah perlindungan penuh kasih sayang kepada setiap orang hingga masa tuanya. Lihatlah apa kata Tuhan yang tertulis dalam kitab Yesaya berikut: "Dengarkanlah Aku, hai kaum keturunan Yakub, hai semua orang yang masih tinggal dari keturunan Israel, hai orang-orang yang Kudukung sejak dari kandungan, hai orang-orang yang Kujunjung sejak dari rahim. Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu." (Yesaya 46:3-4). Sejak dalam kandungan sampai rambut habis memutih seluruhnya Tuhan masih akan menggendong kita. Dia akan selalu menolong dan menyelamatkan kita. Tuhan sangat mengasihi dan menghargai setiap ciptaanNya, terutama kita manusia yang telah Dia ciptakan dengan teramat sangat istimewa. Jika demikian mengapa kita harus menyerah dalam keterbatasan? Apabila kita hanya mengandalkan kekuatan kita, itu memang punya batas, tetapi dengan mengandalkan Tuhan yang tidak terbatas maka kita akan mampu berbuat lebih, meski bagi dunia mungkin kita dianggap sudah habis atau tidak akan bisa melakukan apa-apa lagi.

Yesus kembali mengingatkan bagaimana berharganya manusia di mata Tuhan. "Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekorpun dari padanya yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit." (Lukas 12:6-7). Jika burung pipit yang murah saja Tuhan perhatikan, jika jumlah rambut di kepala kita pun dianggap penting oleh Tuhan sampai Dia merasa perlu untuk menghitungnya, mengapa kita harus takut dan menyerah karena keterbatasan-keterbatasan kita? Kembali lewat Yesaya kita melihat bagaimana Tuhan menyatakan betapa berharga dan istimewanya kita bagi diriNya. "Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku; tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku." (Yesaya 49:16). Demikian besarnya Tuhan mengasihi kita, bukan saja kita telah dianugerahkan keselamatan kekal lewat PuteraNya sendiri, Yesus Kristus, tetapi sepanjang hidup pun Dia menjanjikan penyertaan, pengawalan, pertolongan dan perlindungan sepanjang hidup kita. Dengan lembut Tuhan akan selalu rindu menggendong kita menghadapi arus deras dunia dengan segala rintangannya sampai akhir hidup kita.

Dengan kebaikan yang begitu indah dari Tuhan, tidakkah kita seharusnya bersyukur dan mulai berpikir untuk tidak terlalu cepat menyerah? Ketika menyadari itu semua, bukankah kita seharusnya berpikir untuk membalas segala kebaikan Tuhan itu dengan menyatakan kasih dan kemuliaan Tuhan kepada sesama kita lebih lagi? Si bapak Pendeta menyadari hal itu. Ia tahu bahwa apabila ia masih diberi nafas kehidupan di muka bumi ini, itu berarti ia masih harus bekerja untuk memberi buah. (Filipi 1:22). Bukan tenaga dan kemampuan kita yang terbatas yang dibutuhkan Tuhan, tetapi kesediaan kita. Dan Tuhan akan menggendong kita dengan kekuatanNya yang mengatasi langit untuk memampukan kita melakukan semua pekerjaan itu. Jadi bayangkan ini: anda mungkin lemah tak berdaya, kondisi anda tidak memungkinkan, kemampuan anda sangat terbatas, tetapi anda berada di atas bahu Tuhan yang terus menggendong anda dengan kekuatanNya yang tanpa batas. Anda dibawanya terus berjalan melewati segala liku-liku kehidupan, mengatasi lembah jurang dan bukit curam, terus mendaki hingga anda bisa mencapai puncaknya dimana kelak anda akan bersama dengan Dia menikmati sukacita yang kekal tanpa ratap tangis penderitaan. Apakah anda merasa lemah hari ini, merasa tidak mampu berbuat apapun dan merasa tidak memiliki harapan? Ingatlah bahwa anda bukan hanya berpijak di bumi saja, tetapi anda sedang berada dalam gendongan Tuhan yang akan terus memikul diri anda hingga akhir. Apakah anda masih muda atau sudah tua, semua itu tidak masalah, sebab Tuhan akan terus memangku anda dengan tanganNya sendiri. Apakah saat ini anda sedang merasa lemah, kehilangan motivasi, semangat atau merasa tidak sanggup, anda bisa mulai belajar untuk mengerti bahwa anda bisa bersandar di tanganNya, you can lean on His arms dan berkata seperti bapak Pendeta di atas, "Dalam kondisi beginilah saya justru menyadari betapa beruntungnya memiliki Yesus."

"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28)

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Thursday, September 23, 2010

Mengingat dan Menghargai Jasa

Ayat bacaan: 2 Timotius 3:14
======================
"Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu."

mengingat jasaBangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya. Kita sudah sangat mengenal kalimat ini, tetapi sedikit dari kita yang mau melakukannya. Tanyakan kepada anak-anak sekolah, maka pelajaran sejarah akan menjadi salah satu pelajaran yang dianggap membosankan. Semakin lama generasi muda semakin tidak mengenal pahlawannya lagi. Padahal tanpa perjuangan dan pengorbanan mereka kita tidak akan bisa menikmati alam kemerdekaan seperti sekarang. Tapi itulah manusia dengan sifat lupanya. Jangankan pahlawan nasional, kita pun sering melawan orang tua sedemikian rupa, menghancurkan perasaan mereka padahal mereka sudah melakukan segalanya agar kita bisa mendapatkan pelajaran dan kehidupan yang layak hingga kita bisa menjadi siapa diri kita sekarang. Seorang murid saya baru saja melakukannya. Ia memberontak dan lari dari rumah dengan mengemas barang-barangnya. Setelah panjang lebar saya nasihati, akhirnya ia pun mau kembali ke rumah dan meminta maaf kepada orang tuanya.

Dalam perjalanan hidup kita pasti selalu ada banyak orang yang berjasa, baik dalam hal membantu, menasihati, membimbing atau bahkan berkorban untuk kita. Dalam hal kerohanian kita pun demikian. Ada orang-orang yang mengingatkan kita bahkan meluangkan waktunya untuk membimbing kita dalam prosesnya sehingga kita bisa menjadi pengikut Kristus yang setia hari ini. Saya mengalaminya ketika baru bertobat. Saya masih bingung dengan segala sesuatu, sehingga ada teman-teman yang begitu berjasa menemani saya ke gereja dan membimbing saya dengan sabar. Pertanyaannya, setelah kita mencapai sukses masih maukah kita ingat kepada mereka? Apakah kita masih menghargai jasa mereka dan mendoakan mereka atau kita malah melupakan bahkan tidak lagi peduli pada mereka?

Tuhan tidak menginginkan anak-anaknya untuk menjadi orang-orang yang tidak tahu berterima kasih. Tuhan tidak mau anak-anakNya melupakan jasa orang lain. Kita bisa melihat isi surat Paulus kepada Timotius yang menyinggung hal ini. Saat itu dalam tulisannya Paulus menubuatkan datangnya sebuah masa yang sukar. "Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah." (2 Timotius 3:2-4). Ternyata bukan kemiskinan atau kelaparan yang dianggap sebagai masa sukar, melainkan sifat manusia yang akan terus semakin jahat, semakin jauh dari kehendak Tuhan. Perhatikanlah rangkaian ayat di atas, bukankah itu yang sedang terjadi hari ini? Dan lihatlah bahwa "tidak tahu berterima kasih" termasuk didalamnya. Manusia cenderung untuk menjadi kacang yang lupa kulit, tidak mengingat apalagi menghargai jasa orang-orang yang telah memberi kontribusi hingga kita menjadi siapa diri kita saat ini. Maka Paulus pun mengingatkan Timotius agar tidak berlaku demikian. "Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu." (2 Timotius 3:14). Tetaplah setia berpegang pada kebenaran yang telah diterima, dan jangan lupa untuk mengingat orang yang telah mengajar atau membimbing dirinya. Itu pesan Paulus kepada Timotius yang masih muda, dan pesan inipun berlaku bagi kita.

Penulis Ibrani juga menyampaikan pesan yang sama. "Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka." (Ibrani 13:7). Jangan lupakan orang-orang yang sudah mengorbankan jiwa mereka demi menyampaikan firman Tuhan. Hargai mereka, berterima kasihlah dan contohlah iman mereka yang taat sampai mati. Jangan sia-siakan semua itu. Ingatlah akan jasa mereka, berterima kasihlah dan bertekadlah untuk hidup dengan benar. Itulah yang seharusnya kita lakukan sebagai tanda bahwa kita tidak melupakan mereka.

Jika terhadap manusia saja kita tidak boleh melupakan jasa mereka, apalagi terhadap Tuhan. Bukankah Tuhan telah begitu baik kepada kita sejak dahulu hingga sekarang? Sudahkah kita bersyukur untuk itu atau kita masih terus menyakiti hatiNya dan melupakan segala kebaikanNya kepada kita dan keluarga? Daud sudah menggugah kita agar jangan pernah melupakan segala kebaikan Tuhan. "Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!" (Mazmur 103:2). Musa juga menyampaikan pesan yang panjang mengenai hal ini. "Hati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN, Allahmu, dengan tidak berpegang pada perintah, peraturan dan ketetapan-Nya, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini; dan supaya, apabila engkau sudah makan dan kenyang, mendirikan rumah-rumah yang baik serta mendiaminya, dan apabila lembu sapimu dan kambing dombamu bertambah banyak dan emas serta perakmu bertambah banyak, dan segala yang ada padamu bertambah banyak, jangan engkau tinggi hati, sehingga engkau melupakan TUHAN, Allahmu.." (Ulangan 8:11-14). Bacalah selengkapnya kitab Ulangan 8 yang mengingatkan kita sepenuhnya untuk tidak melupakan kebaikan Tuhan.

Kita tidak akan bisa menjadi orang yang berhasil hari ini tanpa jasa orang lain yang dahulu memberikan sumbangsihnya kepada kita. Untuk itu kita harus berterimakasih dan tetap mengingat segala yang telah mereka berikan di waktu lalu hingga kita bisa sampai kepada kesuksesan yang kita nikmati hari ini. Selain daripada itu, jangan pernah lupakan pula kebaikan Tuhan. Jangan lupakan pengorbanan Kristus menanggung bantahan, siksaan hingga disalibkan untuk keselamatan kita. (Ibrani 12:3). Jadilah orang-orang yang selalu menghargai jasa orang lain maupun segala kebaikan Tuhan. Coba ingat-ingat lagi, siapa saja orang yang telah berjasa atas diri anda? Tunjukkanlah kepada mereka bahwa anda sangat bersyukur atas jasa mereka dengan ucapan atau penghargaan tulus secara pribadi. Dan di atas segalanya, tetaplah bersyukur kepada Tuhan yang telah mengasihi kita dengan setia secara luar biasa. Jadilah orang-orang yang tahu berterima kasih dan tidak melupakan segala kebaikan dari orang lain maupun Tuhan.

Jangan menjadi seperti kacang lupa kulit, tetapi jadilah orang yang tahu berterima kasih

Wednesday, September 22, 2010

Memperbaiki Kelemahan

Ayat bacaan: 2 Korintus 5:17
=========================
"Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."

memperbaiki kelemahanBagi yang memiliki Windows original tentu akan sering berhadapan dengan pesan yang muncul untuk melakukan update pada waktu-waktu tertentu. Ada saja bugs dan celah-celah yang masih harus diatasi sehingga peng-update-an harus dilakukan secara kontinu untuk menutupi berbagai kelemahan yang ditemukan. Anti virus di komputer pun demikian. Malah pesan update akan muncul hampir setiap hari. Kita harus terus mengupdate anti virus kita agar tetap optimal dalam menangkis serangan-serangan virus di internet yang terus saja berkembang setiap saat. Jika tidak, maka komputer kita akan sangat rentan terkena serangan dari berbagai macam virus. Versi-versi terbaru dari berbagai software terus bermunculan dengan satu tujuan: agar mampu memberikan fitur, fasilitas atau kemampuan yang lebih lagi. Saya mulai mempergunakan Photoshop sebagai perangkat pengolah gambar sejak masih versi 5. Dan saat ini Photoshop terbaru adalah CS 5 dengan kemampuan yang tentu sudah jauh lebih dari versi-versi sebelumnya.

Tidak ada satupun di muka bumi ini yang sempurna. Apakah itu manusia, instansi, lembaga, hasil karya dan sebagainya selalu memiliki sisi lebih dan sisi kurang. Sebagai manusia kita pun demikian. Kita bisa hebat di bidang tertentu tapi lemah di bidang lainnya. Satu status di jejaring twitter yang pernah saya baca berbunyi seperti ini: "I can resist anything but the temptation." Si penulis menyadari kelemahannya di sisi ketidakmampuannya mengatasi godaan. Dan itu tentu berat, karena masalah terbesar manusia seringkali adalah ketidakmampuan dalam mengatakan tidak terhadap godaan. Kita pun tentu punya kelemahan-kelemahan tersendiri. Sebuah kelemahan yang tidak terlalu serius mungkin tidak akan membawa resiko, tetapi bagaimana jika kelemahan kita berpotensi untuk menjauhkan kita dari destinasi yang benar menuju kekekalan seperti yang diharapkan Tuhan? Ada seorang teman yang sangat baik, ramah dan selalu siap membantu, tetapi ia punya kelemahan gemar berbohong dan sering mengambil keputusan tergesa-gesa tanpa perencanaan matang. Bagaimana dengan saya sendiri? Kelemahan saya sejak kecil adalah mudah terpancing emosi dan gampang dihantui rasa cemas akan sesuatu yang bahkan belum terjadi. Pikiran negatif sepertinya begitu mudah menghantui saya. Lihatlah bahwa seringkali kelemahan yang ada dalam diri kita jumlahnya lebih dari satu, dan sebagian diantaranya bisa sangat beresiko untuk membuat kita tidak bisa bertumbuh bahkan bisa mengarahkan kita menuju kebinasaan apabila tidak cepat diatasi.

Bisakah kelemahan diperbaiki? Tentu bisa. Saya menyadari kelemahan saya, tetapi dahulu saya tidak tahu bagaimana mengatasinya. Transformasi dalam diri saya bermula ketika saya dibaptis dan menerima Kristus sebagai Juru Selamat. Ketika itu saya belum tahu adanya Firman Tuhan yang menyinggung tentang transformasi sebagai sebuah manusia baru, tetapi saat itu saya merasa diri saya jauh lebih ringan. Sejak saat itu pula saya terus membenahi kelemahan saya, melatih diri agar lebih sabar dan terus berusaha berpikir positif. Puji Tuhan hari ini saya bukan lagi diri saya yang dulu, bukan lagi orang yang terlalu gampang emosi dan terus hidup dalam kecemasan dengan pikiran-pikiran negatif. Apakah saya sudah sempurna? Tentu belum. Sampai sekarang pun saya terus berusaha menjaga agar saya tidak kembali lagi ke dalam kelemahan saya dahulu dan terus berusaha agar bisa menjadi lebih baik lagi. Sebuah proses harus berlangsung secara kontinu untuk mencapai hasil terbaik, tetapi diperlukan sebuah titik balik, sebuah momen untuk memulainya. Dan itu telah disediakan Tuhan.

Firman Tuhan berkata: "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Ada berapa banyak diantara kita yang benar-benar menyadari sebuah kesempatan luar biasa besar yang diberikan Tuhan kepada kita dalam Kristus? Kita sering merasa ingin untuk memperbaiki kelemahan, ingin keluar dari kebiasaan-kebiasaan buruk kita di waktu lalu, tapi bukankah kita sering merasa tidak sanggup untuk melakukannya? Tidak jarang pula kita terus dihantui masa lalu sehingga sulit untuk maju. Terus menjadi tertuduh dan berada dalam bayang-bayang dosa di masa lalu. Padahal jelas dikatakan bahwa dalam Yesus kita sudah mengalami transformasi menjadi seorang manusia baru. Sebuah kondisi baru, keadaan baru yang sama sekali bersih, dan bukan itu saja, Roh Kudus pun hadir dan berdiam dalam diri kita sebagai Penolong yang akan memampukan kita untuk melakukan pembaharuan itu, bahkan dalam Ibrani 2:4 dikatakan bahwa Roh Kuduslah yang akan mengerjakan pembaharuan itu. Ini sebuah kabar baik yang menyatakan bahwa melakukan pembaharuan bukanlah hal yang mustahil sama sekali.

Begitu besar makna dari menjadi ciptaan baru, sehingga Paulus pun mengingatkan "Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya." (Galatia 6:15). Menjadi ciptaan baru sungguh besar artinya. Selain menyatakan bahwa kita sudah terlepas dari segala dosa di masa lalu, kita juga diberikan sebuah titik awal yang baru untuk melangkah dan berusaha mengarahkan diri untuk menjadi lebih baik, memperbaiki kelemahan-kelemahan yang serius dan melepaskan diri dari kebiasaan-kebiasaan buruk di masa lalu, dan itu semua akan membuat kita bisa mulai menapak untuk menuju jalan kebenaran menuju kehidupan yang kekal. Ingatlah bahwa kehadiran Roh Kudus akan selalu sanggup membuat kita mampu melakukan hal-hal yang besar, termasuk melakukan perubahan radikal terhadap segala kelemahan atau kebiasaan-kebiasaan buruk kita. Dan lihatlah bahwa Firman Tuhan juga sudah berkata bahwa Roh akan selalu membantu dalam kelemahan kita. (Roma 8:26). Sadarilah bahwa lewat Kristus diri kita sudah menjadi ciptaan baru, yang lama sudah berlalu. Itu bermakna kepada kita telah diberikan titik balik untuk melakukan perubahan. Roh Kudus dicurahkan atas kita, yang akan membantu kita dalam segala kelemahan untuk menjadikan pembaharuan nyata atas diri kita. Mari kita periksa diri kita hari ini, masih adakah kelemahan atau kebiasaan buruk dari masa lalu yang berpotensi untuk menghancurkan masa depan kita masih membelenggu diri kita dengan erat? Putuskanlah itu, dan yakinlah bahwa kita mampu!

Menjadi ciptaan baru memungkinkan kita untuk melakukan perbaikan diri

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tuesday, September 21, 2010

Matahari dan Secangkir Kopi

Ayat bacaan: Ayub 5:9
=====================
"Ia melakukan perbuatan-perbuatan yang besar dan yang tak terduga, serta keajaiban-keajaiban yang tak terbilang banyaknya"

matahari, ciptaan TuhanBeberapa waktu yang lalu sebuah acara mengenai pabrik kopi yang sudah berusia sangat tua tampil di televisi. Saya melihat bagaimana citarasa kopi yang begitu spesial itu diproses sejak awal. Ternyata fungsi matahari sangatlah penting. Kopi itu dijemur selama beberapa hari di bawah terik matahari, dan menurut mereka cahaya matahari itu tidak bisa tergantikan dengan oven atau alat pemanas lainnya, karena bisa menjaga keharuman kopi dengan baik. Matahari diciptakan Tuhan sejak awal sekali dan itu bisa kita baca dalam awal kitab Kejadian. Tanpa cahaya matahari kita tidak akan mendapatkan terang. Dunia akan gelap gulita dan kehidupan pun tidak akan berjalan. Tidak ada tanaman yang bisa tumbuh, tidak ada hewan yang bisa bertahan hidup, tidak juga kita manusia. Namun dari waktu ke waktu ternyata kita terus mendapatkan manfaat lain dari matahari yang telah diciptakan Tuhan sejak awal. Orang-orang di jaman purbakala tahu bahwa mereka bisa membuat nyala api dari sinar matahari. Menjemur baju hingga kering, itu perlu sinar matahari. Fungsi matahari terus berkembang seiring perkembangan jaman. Dari waktu ke waktu kita melihat manfaat-manfaat lain dari ciptaan Tuhan yang satu ini. Hari ini kita melihat bagaimana tenaga surya mampu melakukan banyak hal. Mobil pun sebentar lagi tampaknya akan mampu digerakkan oleh tenaga surya. Bahkan sebuah kopi pun akan mampu terjaga citarasanya jika melewati proses dengan dibantu oleh sinar matahari. Entah apa lagi yang akan kita dapat dari manfaat sinar matahari di masa depan. Semua itu adalah misteri yang tidak ada habisnya.

Jika ada di antara anda yang meragukan keberadaan Tuhan saat ini, pandanglah sekeliling anda. Sebab di sekitar anda ada begitu banyak bukti nyata dari keberadaan, kebesaran serta kemuliaan Tuhan. Semua telah Dia ciptakan dengan begitu indah dan penuh manfaat. Tidak satupun ciptaanNya yang dirancang dengan sia-sia, termasuk pula kita di dalamnya, manusia, His masterpiece, yang diciptakan lengkap dengan rencana-rencana yang indah sejak semula. Sayangnya banyak manusia terus mengembangkan teknologi lewat segala yang telah disediakan Tuhan bukan untuk memuliakanNya tetapi malah untuk menyaingi Tuhan atau bertujuan jahat. Teknologi seringkali diciptakan bukannya semakin membuktikan keberadaan Tuhan, bukan untuk menyatakan kasih Tuhan kepada manusia, tetapi justru untuk membuktikan kekuatan sendiri, membuktikan bahwa kita tidak butuh Tuhan dan mempergunakannya untuk kehancuran. Jika kita berada di posisi Tuhan, kita pasti sangat kecewa dan sedih kita melihat itu semua.

Ayub menyadari betapa besarnya Tuhan lewat segala ciptaanNya. Dalam banyak ayat Ayub menyatakan kekagumannya atas semua ini. Ayub mengatakan "Ia melakukan perbuatan-perbuatan yang besar dan yang tak terduga, serta keajaiban-keajaiban yang tak terbilang banyaknya." (Ayub 5:9). The wonders of God's creation can really make us speechless. Lihatlah bagaimana luar biasanya Tuhan menciptakan seperti yang disebutkan Ayub dalam pasal 37 dan 38, termasuk bagaimana peran Tuhan mengatur alam dengan megahnya. "Tahukah engkau, bagaimana Allah memberi tugas kepadanya, dan menyinarkan cahaya dari awan-Nya?" (Ayub 37:15). Atau lihatlah ayat ini: "Tahukah engkau dari mana datangnya terang, dan di mana sebenarnya sumber kegelapan?" (38:19 BIS) "Siapakah yang menggali saluran bagi hujan deras dan jalan bagi kilat guruh, untuk memberi hujan ke atas tanah di mana tidak ada orang, ke atas padang tandus yang tidak didiami manusia; untuk mengenyangkan gurun dan belantara, dan menumbuhkan pucuk-pucuk rumput muda?" (ay 25-27). Begitu megahnya ciptaan Tuhan di muka bumi ini, mulai dari berbagai warna warni bunga, tanaman dan jutaan jenis hewan dalam berbagai rupanya, hingga petir, gerak awan dan juga matahari dan bulan, semua itu belum dan saya rasa tidak akan pernah mampu terselami oleh manusia sepenuhnya.

Kita akan tercengang jika kita mengamati dengan sungguh-sungguh segala sesuatu yang Dia ciptakan di muka bumi ini. Begitu besarnya kuasa Tuhan, dan begitu besar kasihNya kepada kita, sehingga kita bisa menikmati segalanya dengan anugerah Tuhan yang tidak terbatas ini.Ayub pun menyadari hal itu dan berkata: "tanpa pengertian aku telah bercerita tentang hal-hal yang sangat ajaib bagiku dan yang tidak kuketahui." (Ayub 42:3). Atau dalam versi bahasa Inggris berbunyi: "things too wonderful for me." Bukan hanya Ayub, tetapi Daud pun pernah merenungkan betapa hebatnya Tuhan menciptakan segala yang ada di alam ini dalam Mazmur 104 yang berbicara mengenai "Kebesaran Tuhan dalam segala ciptaanNya." Daud mengatakan "Betapa banyak perbuatan-Mu, ya TUHAN, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu." (Mazmur 104:24). Itu hasil perenungan Daud melihat segala keindahan yang hadir di sekelilingnya. Jika kita melihat semua itu, bagaimana reaksi kita? Apakah kita juga bersyukur dan menaikkan pujian kepada Tuhan atau kita hanya menikmati seenaknya tanpa memperhatikan siapa Sosok yang berada dibalik semua itu? Daud mengajak kita untuk memuliakan Tuhan ketika melihat semua perbuatan atau ciptaan Tuhan yang luar biasa ini. "Biarlah kemuliaan TUHAN tetap untuk selama-lamanya, biarlah TUHAN bersukacita karena perbuatan-perbuatan-Nya!" (ay 31).

Jika anda terbangun hari ini dan melihat cahaya matahari bersinar cerah, atau mungkin hujan turun membasahi bumi menyegarkan semua tanaman dan menyejukkan udara, pujilah Tuhan. Bersyukurlah atas segala perbuatanNya yang ajaib, all the things that are too wonderful for us. Ketika anda minum secangkir kopi yang nikmat, ingatlah bahwa ada banyak pekerjaan dan bukti keberadaan Tuhan di setiap kenikmatan tegukan anda. Meski anda tidak melihatNya dengan kasat mata, tapi keberadaan Tuhan hadir setiap saat dalam hidup anda. Pujilah Dia dan ucapkan syukur sekarang juga. "Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu!" (Mazmur 34:8a).

Ketika kita tertegun melihat keindahan ciptaanNya, itu saat bagi kita untuk memujiNya

Monday, September 20, 2010

Domino Effect

Ayat bacaan: Filipi 1:9-10
==========================
"Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus"

efek dominoPernahkah anda mendengar istilah "domino effect"? Istilah ini muncul dengan analogi susunan kartu domino dalam sebuah alur teratur dengan jarak dekat seperti gambar di samping. Ketika domino terdepan dijatuhkan, maka kartu-kartu di belakangnya pun akan jatuh secara berurutan sampai habis. Istilah domino effect pun kemudian dikenal untuk menggambarkan serangkaian peristiwa yang berhubungan, dimana kejatuhan satu elemen akan menyebabkan jatuhnya elemen berikutnya yang terdekat, dan seterusnya sehingga seluruh alur akan jatuh pula. Dalam hidup kita efek domino biasanya sering terjadi baik kita sadari atau tidak. Ambil satu keputusan yang salah, maka keputusan salah berikutnya akan hadir sebagai akibat dari keputusan awal kita, demikian seterusnya sehingga bagai kartu domino, kita bisa hancur berantakan, dan semua bermula dari pengambilan satu keputusan awal yang salah. Sebaliknya seringkali satu keputusan benar biasanya akan melahirkan keputusan-keputusan yang benar. It's like a chain reaction.

Itulah gambaran dari pilihan-pilihan atau keputusan-keputusan yang kita ambil. Setiap keputusan yang kita pilih akan membawa dampak efek domino dalam kehidupan kita, dan lebih luas lagi bisa mempengaruhi kehidupan orang lain pula. Setiap pilihan atau yang kita ambil dalam perjalanan hidup kita akan sangat menentukan kemana kita akan melangkah dan menjadi seperti apa kita nantinya. It will determine where we are going to and what we are becoming. Apa yang kita putuskan hari ini akan sangat menentukan masa depan kita.

Paulus tampaknya sudah menyadari hal ini sejak semula. Lihat apa pesannya kepada jemaat di Filipi. "Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus." (Filipi 1:9-10). Paulus sadar bahwa kita harus memilih atau memutuskan apa yang terbaik. We have to make excellent choices. Karena satu keputusan akan sangat berpengaruh kepada masa depan kita. Mari kita ambil satu contoh sederhana. Keputusan kita untuk bermalas-malasan dan membuang-buang waktu hari ini akan sangat menentukan hari depan. Bisakah kita berharap untuk memiliki masa depan yang cerah jika hari ini hanya kita isi dengan tidur-tiduran, bermain-main atau segala sesuatu yang sia-sia saja?  Bisakah kita berharap untuk berhasil, memiliki karir yang baik dan sebagainya jika kita tidak belajar sejak kecil? Tentu tidak. Itulah sebabnya penting bagi kita untuk mengambil keputusan yang terbaik, mengambil "the excellent choices" dalam setiap langkah sejak dini karena semua itu akan sangat menentukan siapa dan seperti apa kita nantinya.

Mari kita lihat lagi apa kata Paulus di atas. "Semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian." (ay 9). That your love may abound yet more and more and extend to its fullest development in knowledge and all keen insight. Memiliki kasih yang terus semakin melimpah hingga mencapai kepenuhan dalam pertumbuhan akan pengetahuan dan berbagai pengertian. Itulah yang menjadi dasar utama agar kita mampu mengambil pilihan atau keputusan yang baik seperti yang dikatakan dalam ayat selanjutnya. Artinya kita harus memiliki kasih yang tidak statis melainkan semakin bertumbuh dan melimpah hingga kita bisa memperoleh hikmat dalam  untuk mengambil keputusan-keputusan yang benar. Hikmat sesungguhnya berasal dari Tuhan. Dia siap memberikan hikmat melimpah kepada setiap orang yang takut kepadaNya, kepada setiap orang yang mengasihiNya dan mau menyampaikan kasih itu kepada sesama manusia. Yakobus menyampaikan Firman Tuhan seperti ini: "Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, --yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit--,maka hal itu akan diberikan kepadanya." (Yakobus 1:5). Dan itu akan membuat kita mampu mengambil keputusan-keputusan yang terbaik, the excellent ones.

Keputusan terbaik seharusnya muncul dari hati yang taat sepenuhnya, mendasar kepada Kristus dan perintah-perintahNya. Keputusan atau pilihan yang terbaik ini akan mendasari langkah selanjutnya sehingga kita bisa suci dan tak bercacat sampai kedatangan Yesus kedua kallinya nanti. Dan bukan itu saja, kita pun akan penuh dengan buah kebenaran, yang dalam bahasa Inggrisnya disebut the fruit of rightenousness, right standing with God and right doing, untuk memuliakan dan memuji Allah. (ay 11). Lihatlah efek domino dalam artian positif yang akan terjadi ketika kita memulainya dengan sebuah keputusan benar.

Ada sebuah kata bijak yang berkata "our lives are made by the choices we make." Dan itu benar adanya. Kita harus terus bertumbuh dalam kasih hingga mencapai kepenuhan dalam berbagai pengetahuan yang benar dan dalam segala pengertian, dan itulah yang akan memampukan kita untuk memilih segala sesuatu keputusan yang terbaik, yang sesuai dengan kebenaran yang telah digariskan oleh Tuhan. Itu akan berdampak kepada masa depan kita. Itu akan membentuk karakter kita hingga bisa tetap kudus tiada bercacat hingga akhir. Satu keputusan salah hari ini bisa berdampak negatif bagi masa depan kita, sebaliknya sebuah keputusan benar akan menjadi awal untuk menuai segala janji Tuhan. If you are to make choices or decisions today, make the excellent ones.

One excellent choice we make today can turn our future with blessings

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Sunday, September 19, 2010

Tepat Sesuai Ukuran

Ayat bacaan: Roma 12:3
======================
"Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing."

tepat sesuai ukuranSaya mempunyai sebuah kolam kecil di taman. Menyenangkan sekali melihat ikan-ikan hias dengan berbagai warna indah berenang kesana kemari. Karena kolamnya kecil, ikan yang saya isi di sana pun rata-rata berukuran kecil pula. Ada beberapa yang berukuran lebih besar, dan ikan-ikan ini akan terlihat sangat besar ketika berada dalam sebuah kolam kecil. Tetapi coba tempatkan di danau besar, maka ikan itu tidak lagi terlihat besar. Big fish in small pond looks small in a large ocean.

Itulah yang saya dapatkan ketika melihat kolam ikan saya pagi ini. Betapa relatifnya sebuah ukuran itu. Kita bisa terlihat hebat di dalam sebuah lingkungan kecil, tetapi menjadi biasa-biasa saja atau malah tidak ada apa-apanya jika ditempatkan dalam lingkungan yang lebih besar lagi. Adalah mudah bagi kita untuk kemudian menjadi sombong ketika berada dalam lingkaran kecil lingkungan kita dimana kita mungkin terlihat hebat, tetapi ketika kita ditempatkan dalam situasi yang lebih besar, dengan tekanan yang lebih besar, tingkat persaingan dan permintaan atau demands yang lebih tinggi, kita akan tersadar bahwa kita pun seperti ikan yang terlihat besar di kolam kecil saja. We can look like a big fish in a small pond, but we will shrink quickly when we are placed in a large ocean.

Saya bukan menganjurkan untuk merasa rendah diri, menganggap diri tidak ada apa-apanya. Sama sekali bukan demikian. Kita diciptakan Tuhan dengan sangat istimewa dengan mengambil gambar dan rupaNya sendiri dengan tujuan masing-masing. Untuk itu Tuhan pun telah memperlengkapi kita dengan talenta-talenta atau bakat tertentu yang akan sangat berguna demi menggenapi tujuan yang telah disediakan Tuhan untuk kita masing-masing. Talenta-talenta itu hendaknya disertai rasa syukur dan dipergunakan untuk menggenapi tujuan hidup kita dimana di dalamnya kita lakukan untuk memuliakan Tuhan, bukan untuk dipakai sebagai alasan untuk menjadi sombong dan tinggi hati. Betapa mudahnya bagi manusia untuk terjatuh ke dalam kesombongan apabila memiliki kelebihan akan sesuatu. Seseorang bisa merasa lebih tinggi dari orang lain bahkan bisa merasa bahwa merekalah yang paling hebat sehingga tidak butuh siapa-siapa lagi termasuk Tuhan. Dosa kesombongan adalah sebuah pelanggaran yang serius di mata Tuhan.

Paulus pun merasa perlu untuk mengingatkan jemaat di Roma akan hal ini. "Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing." (Roma 12:3). Paulus berpesan agar para jemaat jangan merasa lebih tinggi dari yang sebenarnya. Jangan menjadi sombong ketika menyadari sebuah karunia istimewa yang diberikan Tuhan kepada mereka. Tetapi jadilah orang-orang yang mampu menilai diri sendiri dengan kerendahan hati, masing-masing menilai dirinya menurut kemampuan yang diberikan Tuhan itu. Merasa rendah diri itu tidak baik, menjadi sombong juga tidak baik. Mengukur sesuai ukuran yang tepat seperti yang telah disediakan Tuhan, itulah yang baik.

Orang yang tinggi hati tidak akan pernah berkenan di hadapan Tuhan. Yakobus berkata: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." (Yakobus 4:6). Dan pesan yang sama disampaikan pula oleh Petrus dalam 1 Petrus 5:5. Kepada orang-orang yang rendah hati Tuhan siap memahkotainya dengan keselamatan, seperti apa yang bisa kita lihat dalam kitab Mazmur. "Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan." (Mazmur 149:4). Dalam Amsal pun kita bisa menemukan pesan akan pentingnya sebuah kerendahan hati ini. "Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan." (Amsal 18:12). Sikap sombong akan mendatangkan banyak kerugian hingga berakibat pada kehancuran, tetapi sebaliknya kerendahan hati akan menjadi awal hadirnya kehormatan.

Sadarilah bahwa besar dan kecil itu relatif. Kita bisa terlihat hebat di lingkungan kecil kita, tetapi kita akan menyusut seketika jika ditempatkan pada situasi atau lingkungan yang lebih besar. Karena itu tidak ada alasan bagi kita untuk menyombongkan diri, merasa lebih hebat dari yang lain dan perasaan-perasaan angkuh lainnya. Hendaknya kita menyadari benar-benar siapa kita menurut ukuran yang sebenarnya. Menyadari apa yang telah Tuhan berikan kepada kita dan bagaimana mempergunakannya demi kemuliaan Tuhan dengan didasari sikap bersyukur dan penuh kerendahan hati. Let's ask Him to help us see who we really are, to help us see ourselves as we really are. Dengan tuntunan Roh Kudus kita bisa belajar untuk membuang segala rasa kesombongan yang sia-sia itu dari dalam diri kita.

Kenali diri kita tepat sesuai ukuran

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Saturday, September 18, 2010

Re-Boot

Ayat bacaan: Kolose 1:14
=====================
"di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa."

rebootKomputer saya hanya memiliki memori yang kecil, hanya 256 Mb. Bisa dibayangkan apa yang terjadi ketika saya harus bekerja membuka begitu banyak aplikasi sekaligus dengan memori seperti ini. Dalam seketika komputer saya bisa menjadi sangat berat. Untuk membuka sesuatu pun menjadi butuh waktu yang sangat lama. Untunglah saya memakai sebuah aplikasi bernama deep freeze yang menyimpan settingan awal ketika diinstal. Artinya, saya tinggal mereboot ulang ketika komputer sudah terlalu berat, maka komputer saya akan kembali kepada situasi awal ketika pertama kali diinstal. Ketika komputer terjangkit virus pun demikian, saya tinggal mereboot ulang maka virusnya pun seperti tidak pernah menjangkiti komputer sama sekali.

Ada banyak orang yang sulit melanjutkan hidup mereka karena dosa di masa lalu yang masih membelenggu mereka.Terus tertuduh, merasa dihantui masa lalu, terus hidup dalam siksaan perasaan dan merasa tidak akan pernah bisa lepas dari rasa bersalah. Ini salah satu dampak berat yang bisa mengganggu hidup kita dari sebuah dosa besar yang pernah kita lakukan. Bagaikan narapidana yang akan terus menyandang status residivis tanpa pernah dipulihkan meski sudah menjalani hukuman secara penuh. Kita bisa dihantui memori kesalahan lalu gagal untuk bangkit. Kita bisa gelisah ketika tidur lalu tersentak bangun tengah malam ketika memori di masa lalu tiba-tiba seperti mengarahkan telunjuknya kepada diri kita. Maka ketika ini terjadi, kita pun akan berpikir, seandainya kita bisa melupakannya. Seandainya semua itu tidak pernah terjadi, tidak pernah kita lakukan. Seandainya kita bisa memulai lagi dari awal. Seandainya, hidup bisa semudah komputer yang tinggal di reboot ulang. Benarkah kita tidak bisa memulai lagi sebuah hidup baru dari awal ketika kita pernah membuat kesalahan besar dalam hidup kita?

Dengarlah, kita bisa! Tuhan memberikan kesempatan untuk itu dan telah Dia nyatakan berulang kali dalam sepanjang Alkitab. Meski sering ada konsekuensi di dunia yang masih harus kita tanggung akibat perbuatan salah kita di masa lalu, tetapi ketika kita mengakui dosa kita dan bertobat secara sungguh-sungguh, saat itu pula pengampunan turun atas diri kita. Ini penting untuk kita ingat agar kita tidak terus menjadi tertuduh seumur hidup kita. Iblis akan dengan senang hati memanfaatkan perasaan kita dan akan siap untuk terus menuduh kita hingga kita tidak akan pernah lagi bisa bertumbuh. Tuhan mengatakan bahwa Dia siap untuk "menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut." (Mikha 7:9). Tuhan siap menjauhkan kita dari pelanggaran kita sejauh timur dari barat (Mazmur 103:12), bahkan siap untuk tidak lagi mengingat-ingat alias melupakan dosa kita. (Yesaya 43:25). Tuhan siap untuk memutihkan kembali dosa kita yang semerah kirmizi atau kain kesumba sekalipun untuk kembali seputih salju atau bulu domba. (Yesaya 1:18).

Tuhan memberikan fasilitas "reboot" kepada kita, termasuk menyediakan waktu dan kesempatan lebih dari cukup bagi kita untuk bertobat dan meninggalkan semua dosa-dosa di masa lalu. Tuhan bahkan rela turun ke muka bumi ini untuk menebus dosa-dosa kita. Dan dalam Yesus kita mengalami penebusan, pengampunan atas dosa-dosa yang pernah kita buat sebelumnya. Firman Tuhan berkata "di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa." (Kolose 1:14). Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan: "In Whom we have our redemption through His blood, (which means) the forgiveness of our sins." Di dalam Dia, dengan darahNya, kita mendapatkan pengampunan atas dosa-dosa kita. Ini berbicara mengenai dosa secara keseluruhan. Bukan hanya satu atau dua dosa kecil saja, tetapi semua dosa, all of our sins.

Apakah anda masih memiliki ganjalan akan sebuah kesalahan di masa lalu sehingga sulit untuk bangkit kembali? Apakah ada diantara teman-teman yang masih dihantui perbuatan dosa di waktu lampau yang masih menghantui anda saat ini? Apakah anda masih merasa seperti tertuduh meski sudah berulangkali mengakui dosa dan bertobat? Mulai hari ini bangkitlah kembali, alami hari depan yang cerah tanpa rasa takut lagi, yakinlah bahwa Tuhan sudah mengampuni anda. Dia sudah mengampuni segala pelanggaran kita, menghapuskan "surat hutang" yang terus mendakwa dan mengancam kita, dan semua itu telah Dia tiadakan dengan memakukannya di atas kayu salib. (Kolose 2:13-14). Lewat darah Kristus kita sudah mengalami pengampunan dosa, dipulihkan bahkan dibenarkan, tidak peduli sebesar apapun dosa yang pernah anda lakukan di waktu lalu. Jangan terus biarkan anda merasa tertuduh dan sulit untuk bertumbuh. Ketika tuduhan kembali menyerang anda, katakanlah bahwa darah Yesus sudah mencuci bersih semua bangkai dosa yang pernah singgah dalam hidup anda. You are forgiven, the new dawn has come. Let's have a new fresh life!

Pengampunan Tuhan adalah pintu untuk memulai hidup yang baru

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Friday, September 17, 2010

Ilusi Rohani

Ayat bacaan: Maleakhi 2:17
=====================
"Kamu menyusahi TUHAN dengan perkataanmu. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menyusahi Dia?" Dengan cara kamu menyangka: "Setiap orang yang berbuat jahat adalah baik di mata TUHAN; kepada orang-orang yang demikianlah Ia berkenan--atau jika tidak, di manakah Allah yang menghukum?"

ilusi rohaniAda banyak "magician" tidak mau disebut sebagai pesulap. Mereka tidak mau dikategorikan seperti seorang yang dianggap hanya pintar mengeluarkan kelinci dari dalam topi. Maka ada banyak sebutan lain saat ini, seperti mentalis, atau ilusionis. Ilusionis mengandalkan tipuan mata untuk membuat sebuah suguhan yang mencengangkan. Mata kita akan seolah-olah melihat sesuatu yang real, padahal semua itu tetaplah trik yang bisa dipelajari oleh siapapun. Itulah yang juga kita kenal dengan sebutan ilusi mata atau visual illusion. Ilusi secara umum tidak hanya berbicara mengenai tipuan mata, tetapi bisa pula hadir dalam bentuk ilusi pikiran atau perasaan. Dan hal seperti ini bisa mengelabui pikiran kita untuk mengenal siapa Tuhan secara benar, hingga akhirnya bisa menghancurkan kita secara rohani, bahkan hingga fatal akibatnya.

Sebagai manusia yang sulit terlepas dari kenikmatan yang ditawarkan dunia, kita seringkali memberi toleransi kepada berbagai hal yang mampu meruntuhkan iman kita. Mulainya bisa saja kecil, tetapi biasanya kemudian akan diikuti oleh berbagai dosa lainnya dengan eskalasi yang semakin besar, hingga pada suatu ketika kita tidak lagi menyadari bahwa apa yang kita perbuat sebenarnya salah. Ketika itu terjadi, bisa dibayangkan betapa puasnya iblis yang berhasil membutakan mata hati kita sehingga kita tidak lagi bisa melihat mana yang baik dan benar, dan mana yang salah atau buruk. Seorang teman pernah berkata, "ah, tidak perlu sok rohanilah, yang penting kita hidup baik-baik saja.." Ini adalah salah satu bentuk ilusi rohani. Padahal Alkitab jelas berkata "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." (Efesus 2:8-9). Kita bukan diselamatkan OLEH perbuatan baik, namun kita diselamatkan UNTUK melakukan perbuatan baik. Tapi ada banyak orang yang berpendapat seperti teman saya itu, dan itulah salah satu bentuk ilusi yang akhirnya dipercaya oleh banyak orang.

Sebuah ilusi lain yang juga serius bisa kita baca dalam kitab Maleakhi. "Kamu menyusahi TUHAN dengan perkataanmu. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menyusahi Dia?" Dengan cara kamu menyangka: "Setiap orang yang berbuat jahat adalah baik di mata TUHAN; kepada orang-orang yang demikianlah Ia berkenan--atau jika tidak, di manakah Allah yang menghukum?" (Maleakhi 2:17). Perhatikanlah bagaimana orang bisa dipengaruhi oleh ilusinya sendiri, hingga berani menyangka bahwa Tuhan menganggap baik orang yang berbuat jahat, bahkan dikatakan berkenan. Dimana hukuman Allah kalau memang tidak demikian? Orang menyangka bahwa perbuatan jahat harus selalu diganjar langsung di tempat, seperti misalnya disambar petir atau lenyap seketika ditelan bumi. Tuhan tidak pernah berkenan terhadap perbuatan jahat, dan pada saatnya nanti semua harus dipertanggungjawabkan sepenuhnya. "Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab." (Ibrani 4:13). Cepat atau lambat, ganjaran akan datang, dan tidak akan pernah sebuah perbuatan jahat itu berkenan di mata Tuhan. Perhatikan bahwa bahkan dikatakan hal tersebut menyusahi Tuhan. Ilusi seperti apa yang dikatakan dalam Maleakhi di atas jelas merupakan sebuah ilusi yang akan sangat fatal akibatnya.

Hati kita merupakan pintu masuk buat berbagai pengaruh, mulai dari yang baik hingga yang buruk. Dalam Yeremia kita bisa membaca: "Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?" (Yeremia 17:9). Hati bisa begitu licik lebih dari apapun, dan apabila hati itu sudah membatu maka sulit bagi kita untuk bisa menimbang mana yang benar dan mana yang salah. Hati yang tidak terjaga akan mampu mendatangkan berbagai ilusi-ilusi yang salah mengenai pengenalan akan Tuhan. Itulah sebabnya kita harus selalu menjaga hati kita dengan benar, seperti apa yang diingatkan lewat Firman Tuhan "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Selain itu kita harus selalu mengisi hati kita dengan Firman Tuhan setiap hari. Menabur Firman itu di tanah yang gembur sehingga bisa tertanam baik, bertumbuh dan berbuah. "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16). Bagaimana kita bisa terhindar dari ilusi apabila kita tidak mengetahui apa-apa mengenai Firman yang berkuasa dan hidup, yang berasal dari Tuhan sendiri?

Ilusi yang salah bisa fatal akibatnya. Jangan sampai kita tergoda untuk memaksakan Firman Tuhan agar sesuai dengan keinginan pribadi kita, membuatnya sedemikian fleksibel sehingga menghilangkan esensi kebenaran yang terkandung dalam ayat demi ayat. Semua itu telah disediakan bagi kita sebagai penuntun, penunjuk jalan menuju keselamatan kekal. Berhentilah mentolerir dosa sekecil apapun. Berhati-hatilah dan jangan biarkan ilusi-ilusi negatif merusak iman kita.

Ilusi rohani bisa secara fatal mengancam keselamatan yang telah diberikan Tuhan pada kita

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Thursday, September 16, 2010

Gober Bebek

Ayat bacaan: Matius 6:19-20
======================
"Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya."

gober bebekSalah satu tokoh kartun yang menarik buat saya pada waktu kecil adalah Paman Gober, atau dalam bahasa Inggrisnya oleh Walt Disney dinamakan Uncle Scrooge. Nama Scrooge sepertinya diambil dari tokoh ciptaan Charles Dickens yang pelitnya minta ampun dalam bukunya A Christmas Carol. Hampir pada setiap kesempatan Paman Gober akan berurusan dengan kecintaannya yang luar biasa kepada gudang uangnya. Dia akan mempertahankannya dengan segala cara meski ancaman pencurian ia hadapi dari musuh-musuhnya. Di sisi lain, harta yang dimilikinya ternyata tidaklah membuat Paman Gober menjadi sosok murah hati. Justru sebaliknya, seperti nama Scrooge karya Charles Dickens, Paman Gober dikenal dengan kepelitannya yang luar biasa. Kita mungkin tertawa melihat tingkah Paman Gober ini, namun dalam kehidupan nyata ternyata ada banyak orang yang sikapnya sangat mirip. Uang, harta kekayaan, aset-aset mewah, semua itu menjadi sesuatu yang paling penting buat mereka. Dan tingkat kepuasan terhadap harta pun biasanya relatif. Artinya manusia akan cenderung tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya saat ini. Terus memburu harta, terus menimbunnya, lalu hidup stres karena selalu takut hartanya hilang atau musnah akibat berbagai hal. Bukannya bahagia, namun sebaliknya justru sulit tidur dan selalu ketakutan.

Tidak pernah ada kata cukup dalam kamus mereka yang mengejar harta. Apapun siap dikorbankan demi mengejarnya. Jujur atau curang, semua dihalalkan agar pundi-pundi bisa terus bertambah. Membantu orang? Itu artinya membuang uang. "Enak saja, kalau mau punya uang yang kerja sana.." dengan ringan mereka akan bisa berkata seperti itu tanpa melihat latar belakang kesulitan orang-orang yang kekurangan terlebih dahulu. Sadar atau tidak, ketika pola pikir menjadi berubah ke arah seperti ini, mereka sudah masuk ke dalam jebakan mamon. Dan kita tahu apa kata firman Tuhan mengenai hal ini. "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." (Matius 6:24). Memilih mengikut mamon, menghamba kepada uang berarti memilih untuk meninggalkan Tuhan.

Jika anda berpikir bahwa banyak uang akan membawa kebahagiaan, pikirkanlah sekali lagi. Kebahagiaan yang sejati hanyalah berasal dari Tuhan dan tidak akan pernah berasal dari harta. Harta yang ada jika tidak dikelola dengan baik sesuai apa yang diinginkan Tuhan justru hanya akan membawa kehancuran bagi kita. Berorientasi kepada harta hanyalah akan membuat kita menjadi tamak dan melupakan untuk apa sebenarnya Tuhan memberkati kita di dunia ini. Bukan uang lagi yang menjadi hamba kita, tetapi kitalah yang menjadi hamba uang.

Yesus mengingatkan kita agar jangan salah fokus dalam mengumpulkan harta. "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya." (Matius 6:19). Harta di bumi yang dikumpulkan, tidak peduli sebanyak apapun akan tetap beresiko lenyap cepat atau lambat. Ngengat dan karat bisa merusaknya, pencuri pun siap merebut semuanya. Ini adalah harta yang tidak kekal, sangat rentan terhadap kemusnahan. Lantas dimana seharusnya kita mengumpulkan harta? "Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya." (ay 20). Mengumpulkan harta di surga, itu artinya memberi dan menabur di dunia, bukan menimbun, seperti cara mengumpul harta duniawi. Terus mengasihi dan menjadi terang dan garam di dunia lebih dan lebih lagi hingga kita mendapati bahwa adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima. Paulus pun menyampaikan pesan ini sebagai sesuatu yang penting ketika ia menyampaikan salam perpisahan kepada para penatua Efesus. "Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." (Kisah Para Rasul 20:35). Surga adalah tempat yang teraman dalam mengumpulkan harta, dimana tidak ada satupun yang bisa merusak dan mencurinya, dan semua itu akan berlaku kekal bagi kita. Tidak ada investasi yang lebih menguntungkan selain di surga.

Dari tokoh Gober bebek kita bisa melihat bahwa timbunan harta dunia tidaklah serta merta membuat kita berbahagia. Fokus pengumpulan harta yang Alkitabiah bukanlah di dunia, melainkan di surga. Tuhan tidak menyuruh kita untuk hidup miskin serba kekurangan, karena Dia telah menjanjikan segalanya bagi kita, mulai dari janji untuk mencukupkan hingga memberi kelimpahan. Dia menjanjikan semuanya, bahkan yang tidak pernah terpikirkan oleh kita. "Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9). Namun ingatlah bahwa esensi dari berkat Tuhan turun atas kita bukanlah untuk ditimbun sendiri melainkan dipakai untuk memberkati orang lain atas nama Kerajaan Allah. Itu artinya kita sedang berinvestasi di surga dan itulah yang aman serta membawa manfaat kekal bagi kita. Di mana anda menimbun harta saat ini?

Berinvestasilah di surga dan bukan di dunia

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Wednesday, September 15, 2010

Berbohong

Ayat bacaan: Matius 5:37
===================
"Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat."

berbohong, dusta, pinokioKita tentu mengenal tokoh bernama Pinokio, sebuah boneka kayu yang kemudian menjadi hidup. Tokoh yang berasal dari cerita Italia yang sempat direka Walt Disney ke dalam film kartun yang klasik ini sangat terkenal dengan hidungnya yang akan memanjang apabila ia berbohong. Ada banyak orang tua yang mengajarkan anaknya untuk tidak berbohong dengan memakai kisah Pinokio ini, termasuk saya waktu kecil. Ketika itu saya percaya bahwa apabila saya berbohong maka hidung saya akan bertambah panjang. Lewat Pinokiolah saya belajar untuk tidak berbohong, dan itu baik. Manusia memang selalu cenderung untuk berbohong ketika melakukan sebuah kesalahan atau ketika terdesak. Lihatlah anak-anak kecil pun sudah pintar berbohong, padahal orang tua mereka tidak pernah mengajarkan demikian. Hingga dewasa kita akan terus hidup dalam satu kebohongan kepada kebohongan yang lain. Dalih seperti berbohong demi kebaikan atau dalam bahasa Inggris biasanya disebut "white lies" sering dipakai sebagai alasan membenarkan sebuah kebohongan. Atau ada pula yang berkata bahwa mereka terpaksa berbohong demi menjaga keutuhan sebuah hubungan, tidak ingin menyinggung dan sebagainya. Benarkah ada kondisi-kondisi tertentu yang memperbolehkan kita untuk berbohong? Tidak. Kebohongan dalam bentuk dan alasan apapun tidak akan pernah benar di mata Tuhan.

Sepanjang Alkitab mulai dari Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru kita akan menemukan begitu banyak ayat yang mengingatkan kita untuk tidak berkata bohong atau berdusta. Bahkan Yesus sendiri mengatakan hal itu secara langsung. "Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat." (Matius 5:37). Let your Yes be simply Yes, and your No be simply No, anything more than that comes from the evil one. Berasal dari iblis. Bagaimana bisa? Jelas, karena iblis memang disebut sebagai bapa segala dusta. (Yohanes 8:44). Artinya ketika kita berdusta, kita bukan sedang melakukan kehendak Bapa Surgawi melainkan sedang memuaskan keinginan-keinginan bapa segala dusta, yang di dalamnya tidak ada kebenaran seperti apa yang tertulis dalam ayat Yohanes 8:44 ini. Biasanya sebuah kebohongan akan diikuti oleh kebohongan-kebohongan lain yang lebih besar. Terbiasa berbohong akan membuat kita merasa biasa-biasa saja ketika berkata tidak jujur, dan itu bisa fatal akibatnya. Setidaknya suami istri Ananias dan Safira sudah mengalami konsekuensi berat akibat berbohong. (Bacalah Kisah Para Rasul 5:1-11).

Pembohong termasuk dalam kategori pendosa-pendosa yang akan mendapat ganjaran keras yang tidak akan mendapat tempat daalm Kitab Kehidupan. Dalam Wahyu kita bisa membaca Firman Tuhan yang berbunyi: "Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya (Yerusalem Baru) sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu." (Wahyu 21:27).  Lantas kemana para pembohong ini kelak? Pembohong berada dalam satu kumpulan bersama penjahat, pembunuh, tukang sihir, penyembah berhala, orang-orang tidak percaya yang akan dibuang ke dalam lautan api dan belerang. "Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua." (ay 8). Banyak orang yang beranggapan bahwa berbohong tidaklah sama seperti halnya berbuat kejahatan. Membunuh jelas salah, berbuat keji jelas salah, tapi berbohong kan wajar atau biasa saja? Di mata Tuhan semua itu ternyata sama saja. Dosa tetaplah dosa, apa yang bukan berasal daripadaNya berarti berasal dari si iblis, dan kepada orang yang melakukan keinginan-keinginan iblis tempatnya sudah jelas.

Sejak semula Tuhan sudah mengingatkan kita untuk tidak berdusta. Amsal Salomo pun telah menuliskan hal ini. "Saksi dusta tidak akan luput dari hukuman, orang yang menyembur-nyemburkan kebohongan akan binasa." (Amsal 19:9). Orang yang bersaksi dusta dan pembohong sama-sama tidak akan luput dari hukuman dan akan binasa. Sesungguhnya Tuhan memandang kebohongan itu sebagai sebuah dosa yang sangat serius. Alangkah sayangnya apabila kita tidak membunuh, tidak menyembah berhala, tidak menyiksa orang, tidak terlibat okultisme tetapi memiliki kebiasaan berbohong karena menganggap bahwa itu biasa saja.

Oleh sebab itu selagi kita masih punya kesempatan, hendaknya kita memperhatikan secara serius mengenai kejujuran kita. Jika kita tadinya berpikir bahwa berbohong itu manusiawi dan wajar, ingatlah bahwa Tuhan tidak memandangnya demikian. Itu bukan berasal dariNya melainkan dari si jahat, iblis, the evil one. Paulus mengingatkan hal ini dengan sangat baik. "Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya." (Kolose 3:9-10). Sebagai manusia baru kita sudah dianugerahkan Roh Kudus yang akan membantu kita untuk terus berproses agar semakin menyerupai gambaran Tuhan, dan bukan mengalami kemunduran. Kita akan terus menerus diperbaharui untuk lebih baik lagi dan bukan untuk bertambah buruk. Kebohongan atau dusta tidak memiliki tempat di sana.

Jika kepada semua orang saja kita tidak boleh berbohong apalagi kepada sesama anggota tubuh Kristus. Sifat kebiasaan membohong bukan saja dimiliki oleh orang-orang tidak percaya, tetapi di kalangan orang percaya pun hal ini terjadi, bahkan tidak tertutup kemungkinan di tengah pelayan-pelayan Tuhan sekalipun. Oleh karena itu Paulus pun sudah mengingatkan secara khusus akan hal ini. "Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota." (Efesus 4:25). A lie is a lie, no matter what. Tidak peduli apapun alasannya, sebuah kebohongan tetaplah sesuatu yang tidak berkenan di mata Tuhan dan akan sangat beresiko untuk melenyapkan kita dari Kitab Kehidupan. Mulailah hari ini juga untuk menjaga benar kejujuran kita dan tidak membuka celah apapun sebagai pintu kesempatan bagi iblis untuk masuk. Kita tidak mengalami hidung yang bertambah panjang ketika berbohong seperti Pinokio, tetapi kita tidak perlu mengalami demikian apabila kita mau mendengarkan baik Firman Tuhan hari ini. Belajarlah menghidupi kejujuran, belajarlah hidup dalam kebenaran mulai saat ini juga.

Kebohongan merupakan dosa yang serius di mata Tuhan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho