tag:blogger.com,1999:blog-30640084030193830872024-03-04T22:43:33.246-08:00Air SurgawiLebih Dalam lagi Mengenal Hati Tuhan di Setiap waktuRenungan Harianhttp://www.blogger.com/profile/12308658208660836499noreply@blogger.comBlogger510125tag:blogger.com,1999:blog-3064008403019383087.post-65386228930983199392011-03-08T17:02:00.001-08:002011-03-08T17:02:33.040-08:00Belajar dari Kisah Zakheus (2)<h3 class="post-title entry-title"> <br />
</h3>(sambungan)<br />
<br />
Kedua, <b>Tuhan bukanlah Pribadi yang hanya berpangku tangan, tetapi lebih daripada itu Dia adalah Sosok yang bersikap Pro-Aktif.</b> Dalam beberapa kesempatan Tuhan menunjukkan betapa Dia rela mengulurkan tanganNya terlebih dahulu untuk menggugah kita agar segera bertobat dan kembali ke jalanNya. Dalam kasus Zakheus Yesus menunjukkan hal itu. Dia mau menyapa dan mendatangi orang yang berdosa seperti apapun dan membuka kesempatan untuk bertobat. Dalam kisah kemunculan Yesus di kolam Betesda (Yohanes 5:1-18) Dia mendatangi seseorang yang tampaknya sudah kehilangan harapan karena tidak mampu bersaing dengan para pesakitan lainnya dan menawarkan kesembuhan juga keselamatan.<i> "<b>Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi</b>, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk."</i> (ay 14).Dalam kisah perjumpaan Yesus dengan wanita Samaria di sumur (Yohanes 4:1-42) kita kembali menyaksikan reaksi yang sama. Seorang wanita dari bangsa yang dianggap hina oleh bangsa Yahudi Dia hampiri dan diberikan air hidup. (ay 10), dimana <i>"..barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal."</i> (ay 14).<br />
<br />
Tuhan selalu mau menjangkau kita terlebih dahulu sebelum kita menjangkauNya. Bahkan Yesus sendiri telah mati ketika kita sendiri masih bergelimang dosa. (Roma 5:8). Dia begitu mengasihi kita dan tidak pernah ingin siapapun dari kita untuk binasa. Dia ingin kita semua selamat, itu kerinduanNya, dan untuk itu Dia tidak segan-segan untuk menjamah kita terlebih dahulu. Firman Tuhan berkata:<b><i> "Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku."</i></b> (Wahyu 3:20). Yesus tidak hanya berpangku tangan, menunggu dan membiarkan kita untuk terus mengarah kepada jurang kebinasaan, tetapi Dia mau mengetuk pintu hati kita agar mau menerimaNya lalu menerima keselamatan daripadaNya. Tidak ada kata terlambat, kesempatan selalu terbuka bagi kita selama kita masih hidup. Dan Tuhan tidak sungkan untuk bertindak terlebih dahulu untuk itu. <br />
<br />
Hal ketiga yang bisa kita jadikan pelajaran dari kisah Zakheus adalah,<b> jika Tuhan saja mau menjangkau orang berdosa, yang tertolak atau yang dianggap hina dimata masyarakat, mengapa kita tidak mau melakukannya?</b> Mengapa kita tega ikut-ikutan menganggap bahwa mereka memang tidak pantas diselamatkan, tidak jarang pula ada yang tega mengutuki mereka? Seperti halnya kita, mereka pun merupakan ciptaan Tuhan yang Dia kasihi, dan sama-sama Dia inginkan untuk selamat. Aliran kasih Tuhan bisa tersalur kepada mereka lewat kita, representatif Kerajaan Allah di muka bumi pada saat ini. Begitu pentingnya pesan ini maka Yesus pun menyatakan "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Matius 25:40).<br />
<br />
<br />
<br />
Keempat, lihatlah bahwa<b> pertobatan kita bisa berdampak luas bukan saja kepada diri kita sendiri tapi bisa menjangkau seisi rumah atau keluarga kita. </b>Yesus dengan jelas berkata kepada Zakheus: <i>"Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi <b>keselamatan kepada rumah ini</b>, karena orang inipun anak Abraham."</i> (Lukas 19:9). Lihatlah bahwa pertobatan satu orang Zakheus ternyata membawa keselamatan kepada seluruh keluarganya. Kembali hal yang sama bisa kita saksikan atas kepala penjara Filipi yang memenjarakan dan memasung Paulus dan Silas. (Kisah Para Rasul 16:19-40). Dalam kisah itu si kepala penjara menyaksikan sendiri bagaimana kuasa tangan Tuhan melepaskan Paulus dan Silas sebagai jawaban atas doa dan puji-pujian yang mereka panjatkan sepanjang malam. Menyaksikan itu, ia pun terhenyak dan ingin bertobat. Paulus dan Silas menjawab:<b><i> "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu."</i></b> (ay 31). Pertobatan kita bisa menjamah hati seisi keluarga, dan Tuhan bisa memakai pertobatan kita untuk membawa keselamatan secara luas bagi keluarga kita. Bagaimana di jaman ini? Seorang Pendeta baru saja memberi kesaksian, bahwa lewat pertobatan seorang wanita, seluruh keluarga besarnya kemudian bertobat dengan Jumlah mencapai lebih dari 100 orang. <br />
<br />
Sebuah kasih yang sejati dari Allah memiliki kuasa yang sangat besar untuk membawa transformasi baik kepada pribadi orang per-orang bahkan kepada kota, negara bahkan dunia. Kasih sejati dari Allah itu sanggup menyentuh hati dan mengubah hidup. Tidak peduli seberapa besar dosa kita di masa lalu, selalu ada pengampunan untuk itu. <i>"Marilah, baiklah kita berperkara! --firman TUHAN--Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba."</i> (Yesaya 1:18). Kepada salah seorang yang disalibkan di sebelah Yesus, Dia berkata<i> "..sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."</i> (Lukas 23:43). Tuhan selalu membuka pintu selebar-lebarnya untuk menerima pertobatan dan mengampuni kita, lebih dari itu Dia pun tidak segan-segan bertindak pro-aktif untuk menjangkau kita terlebih dahulu. Begitu besar kasih karunia Tuhan kepada kita, sehingga sudah seharusnya kita pun tidak menutup mata dari orang-orang yang mungkin dikucilkan dari masyarakat atau yang merasa tidak lagi punya pengharapan. Merekapun dikasihi Tuhan sama seperti kita, dan itu harus kita sampaikan kepada mereka. Marilah kita bersyukur atas kebaikan Tuhan yang terus mencurahkan berkat dan kasih karuniaNya kepada kita, dan marilah kita salurkan semua itu kepada orang lain. <br />
<br />
<b>Kasih yang tulus mampu menyentuh hati dan membawa transformasi hidup</b>Renungan Harianhttp://www.blogger.com/profile/12308658208660836499noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3064008403019383087.post-81915209936458974292011-03-08T17:01:00.003-08:002011-03-08T17:01:48.581-08:00Belajar dari Kisah Zakheus (1)<h3 class="post-title entry-title"> <br />
</h3><b>Ayat bacaan:</b> Lukas 19:5<br />
==================<br />
<i>"Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu."</i><br />
<br />
Sampai sebatas mana besar dosa kita agar masih punya kesempatan untuk diampuni? Ini merupakan pertanyaan yang mungkin sering muncul di pikiran banyak orang. Saya sudah bertemu dengan banyak orang yang merasa dirinya tidak lagi pantas untuk diselamatkan. Mereka terus merasa tertuduh akibat segala perbuatan mereka yang menyimpang di masa lalu dan merasa sulit untuk lepas dari trauma masa lalunya. Tidak jarang di antara mereka berpikir bahwa Tuhan jijik terhadap mereka dan kesempatan buat mereka sudah tertutup. Menjadi orang yang terbuang sepanjang masa, seperti yang mungkin sudah mereka alami sehari-hari dari sikap sesama manusia yang menolak mereka. Apakah Alkitab menyatakan demikian? Apakah Tuhan pada suatu ketika akan merasa putus asa dan berhenti mengasihi seseorang karena dosa-dosanya di waktu lalu? Tidak, Alkitab tidak pernah menyatakan demikian. Tuhan selalu menantikan anak-anakNya untuk segera berbalik dan kembali kepadaNya. Dia akan segera menyambut dengan penuh sukacita, bersama seisi Surga ketika satu anakNya melakukan pertobatan. <b>Perumpamaan Anak yang Hilang</b> dalam Lukas 15:1-32 menggambarkan hati Bapa itu dengan sangat jelas. Tapi hari ini tidak akan membahas perumpamaan ini. Saya ingin mengajak teman-teman sekalian untuk melihat apa yang terjadi pada Zakheus, seorang pemungut cukai yang dibenci masyarakat. <br />
<br />
Mari kita baca Lukas 19:1-10. Zakheus adalah seorang yang kaya raya, dengan kekayaan yang ia peroleh dari sebuah pekerjaan yang dibenci rakyat yaitu sebagai kepala pemungut cukai atau penagih pajak alias tax collector. Itu sebuah pekerjaan yang sangat tidak terpuji di mata rakyat. Bekerja pada penjajah, seorang pengkhianat yang memeras saudara-saudara sebangsanya sendiri demi kekayaan penjajah termasuk memperkaya dirinya sendiri. Meski kaya raya, ia dikatakan bertubuh pendek. Itulah sebabnya ia kesulitan untuk bisa melihat seperti apa Yesus itu ketika berkunjung ke kotanya. Ia kesulitan menembus kerumunan orang dan kalah tinggi dibanding kerumunan orang pada umumnya. Sebuah pertanyaan muncul di pikiran saya: seandainya ia memang kaya raya, mengapa ia tidak memakai hartanya untuk mendapat fasilitas lebih? Dengan kekayaannya mungkin ia bisa menyewa karpet merah atau menutup jalan. Saya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada saat itu. Mungkin ia sudah begitu dibenci orang sehingga ia bisa celaka jika melakukan hal-hal seperti itu, atau bisa jadi ia sudah mulai menyesali perbuatannya pada waktu itu dan tidak mau melakukan sesuatu yang bisa membuatnya semakin buruk. Keinginannya untuk melihat Yesus, itu bisa menjadi dasar pemikiran saya bahwa pada saat itu Zakheus sudah mulai menyesali pekerjaannya tetapi merasa ragu apakah ia masih layak diampuni atau tidak. Keingintahuannya akan Yesus kemudian membuatnya melakukan demikian:<i> "Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ."</i> (ay 4). Perhatikan usahanya. Ia berlari dan segera memanjat pohon agar ia bisa punya kesempatan untuk melihat Yesus, sebab dengan ukuran tubuhnya ditambah kebencian orang terhadapnya, tidak akan ada peluang baginya untuk bersaing dengan kerumunan orang banyak. Tidak akan ada orang yang mau memberinya jalan, jadi buat apa bersusah payah? Lebih baik memanjat pohon, dengan resiko terjatuh sekalipun, agar saya bisa melihat Yesus. Itu mungkin yang ada di pikirannya.<br />
<br />
Lalu Yesus pun melihatnya sedang bertengger di atas pohon sendirian. Sebuah pemandangan yang lucu bagi kita, tapi tidak bagi Yesus. Yesus berkata: <b><i>"Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu."</i></b>(ay 5). Dari sekian banyak orang disana, mengapa Yesus malah menyapa Zakheus yang dibenci sebagai lintah dan penghianat bangsa, bahkan meminta untuk menumpang di rumahnya? Tetapi itulah yang dilakukan Yesus. Maka Zakheus pun segera turun dan menyambut Yesus dengan penuh sukacita. (ay 6). Yesus tidak peduli meski begitu banyak orang yang kemudian mencibir terhadap keputusanNya tersebut. Selanjutnya kita tahu bahwa Zakheus bertobat. <i>"Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat."</i> (ay 8). Dan saat itu juga keselamatan pun menjadi milik Zakheus berserta seluruh keluarganya.<i> "Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi <b>keselamatan kepada rumah ini</b>, karena orang inipun anak Abraham."</i> (ay 9). Zakheus yang dibenci orang banyak, tertolak bahkan disebut sebagai "orang berdosa" (ay 7), tetapi <b>pertobatannya membuatnya mengalami keselamatan beserta keluarganya</b>. <br />
<br />
Dari kisah ini kita bisa melihat beberapa hal. Pertama, <b>Tuhan memang membenci dosa, tetapi Dia jelas tidak membenci orang berdosa</b>. Justru sebaliknya, Tuhan mengasihi orang-orang seperti ini dan semua manusia tanpa terkecuali, termasuk anda dan saya. Dan justru untuk orang-orang yang berdosa seperti kitalah Yesus rela turun ke dunia dan menanggung semuanya demi membebaskan kita. Semua karena kasihNya yang begitu besar kepada kita. Yesus berkata: "Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." (ay 10). Pada saat berbeda Yesus juga menyatakan:<b><i> "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit...Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."</i></b> (ay 12-13) juga berkata <b><i>"..sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya."</i></b> (Yohanes 12:47). Zakheus memang mengambil pilihan yang keliru pada mulanya. Ia berbuat dosa sama seperti kita juga yang tidak luput dari kesalahan. Tetapi yang membedakan adalah bagaimana kita menyikapi dosa itu. Apakah kita mau bertobat dan berhenti melakukannya atau masih terus memilih untuk menjalaninya. Zakheus mengambil pilihan tepat dengan melakukan pertobatan, dan ia pun selamat. Bukan hanya dirinya tetapi seisi rumahnya juga menerima anugerah keselamatan itu, tanpa memandang besar kecilnya dosa yang pernah ia perbuat. Jika kepada Zakheus kasih karunia Tuhan yang besar itu bisa turun, mengapa tidak pada kita? Selama kita mau mengakui kesalahan dan bertobat, maka saat itu juga pengampunan diberikan Tuhan dengan sambutan yang penuh sukacita.Tuhan siap menganugerahkan keselamatan kepada orang yang mau datang kepadaNya. <br />
<br />
(bersambung)Renungan Harianhttp://www.blogger.com/profile/12308658208660836499noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3064008403019383087.post-25930472467420783892011-03-08T17:01:00.001-08:002011-03-08T17:01:10.989-08:00Bersabarlah<h3 class="post-title entry-title"> <br />
</h3><b>Ayat bacaan: </b>1 Tesalonika 5:14<br />
==================<br />
<i>"sabarlah terhadap semua orang."</i><br />
<br />
<img align="left" alt="sabar" src="http://i276.photobucket.com/albums/kk28/renunganharianonline/sabar-1.jpg" />Pernahkah anda bertemu dengan orang-orang yang memakai fasilitas umum sesuka mereka? Saya rasa ini adalah sesuatu yang kita alami sehari-hari. Misalnya ketika mengantri di ATM, selalu saja ada orang yang tidak peduli dengan antrian panjang dibelakangnya. Mereka santai di dalam sehingga membuat orang-orang dibelakangnya kesal. Itupun setelah keluar sama sekali tidak merasa bersalah. Jangankan minta maaf, rona mukanya pun tidak menunjukkan apa-apa. Mengantri di bank pun demikian. Selalu saja ada orang yang berlama-lama ketika sudah mendapat giliran. Demikian pula di antrian-antrian lainnya. Atau bagaimana dengan orang yang berkendara di jalan tapi tidak mematuhi tata tertib berlalu lintas? Contoh kecil saja, berjalan pelan di tengah jalan, membuat kendaraan di belakangnya harus tersendat semua. Atau setelah lampu hijau tapi tidak segera maju, parkir di tengah jalan dan sebagainya. Masalah-masalah kecil seperti ini biasa kita hadapi, dan sedikit banyak bisa membuat kita kehilangan kesabaran. Kita merasa kesal, menggerutu, dan lama-lama mengutuk dan sebagainya. Saya aslinya merupakan orang yang gampang tersulut emosinya. Dan butuh waktu yang tidak sedikit bagi saya untuk pelan-pelan merubah sifat itu. Menjadi sabar bukanlah perkara yang mudah. Tidak peduli seberapa besar keinginan saya dahulu untuk berubah, kerap kali saya gagal. Apa yang membuat saya akhirnya bisa berubah adalah dengan terlebih dahulu <b>merubah pola pikir saya</b>, mengisi hati dan pikiran saya dengan<b> kasih</b>. Ada kalanya saya masih bisa kesal tentu saja, tetapi setidaknya sebuah pandangan untuk mengasihi orang lain akan cepat membuat saya reda sehingga saya tidak harus terjebak pada berbagai jebakan di balik emosi atau kemarahan.<br />
<br />
Pesan untuk menjadi orang yang sabar berulangkali disampaikan dalam Alkitab, baik di Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Yakobus mengingatkan <i>"Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga <b>lambat untuk marah</b>; sebab <b>amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.</b>"</i> (Yakobus 1:19-20). Janganlah cepat emosi, jangan cepat beradu argumen, tetapi dengarkanlah dahulu apa kata orang, atau cobalah <b>berpikir hal-hal yang positif</b> sebelum kita buru-buru berkomentar. Paulus dalam suratnya kepada jemaat Filipi berkata <i>"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."</i> (Filipi 4:8). Dan itu adalah baik untuk diterapkan agar kita tidak cepat emosi. Orang lama di ATM misalnya, itu bisa mengesalkan kita. Berpikir positiflah tentang itu. Mungkin ada banyak yang harus ia kerjakan, mungkin ia sedang dalam kesulitan, dan pikiran-pikiran seperti itu mampu menjauhkan kita dari ungkapan-ungkapan sesaat akibat kekesalan namun seperti yang dikatakan dalam ayat Yakobus di atas, itu tidaklah mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.<br />
<br />
Kesabaran itu harus bisa mengisi hari-hari kita. Kekristenan selalu berbicara soal kesabaran dalam menanggung segala sesuatu. Bukankah Tuhan sendiri begitu sabar menghadapi kita? Bayangkan apabila sedikit saja salah kita langsung dibinasakan, apa jadinya kita? Tapi Tuhan bukanlah Pribadi yang seperti itu. Dia selalu sabar menghadapi kita, dan selalu menyambut kita dengan penuh sukacita ketika kita datang kepadaNya. Jika Bapa saja seperti itu, masa kita anak-anakNya malah menunjukkan sikap yang bertolak belakang? Dan Alkitab memang berbicara soal kesabaran dalam menanggung segala sesuatu secara luas. Dalam situasi paling sulit pun kita harus bersabar, apalagi dalam situasi-situasi kecil saja, itu seharusnya tidaklah susah untuk diatasi. Bagaimana Tuhan bisa begitu bersabar kepada kita? Jawabannya hanya satu: <b>karena Dia sungguh sangat mengasihi kita.</b> Kasih punya kekuatan besar untuk mentransformasi manusia dan membawa perbedaan nyata ke arah kebaikan secara luas. Dan Firman Tuhan pun sudah menyatakan demikian.<br />
<br />
Dalam 1 Korintus 13:4-7 Paulus merinci secara lengkap mengenai hal-hal yang tercakup dalam kasih, dan <b>sabar</b> itu merupakan satu di dalamnya, bahkan disebutkan paling depan. <b><i>"Kasih itu sabar..."</i></b> (ay 3). Jadi menerapkan kasih seharusnya bisa membuat kita menjadi pribadi-pribadi yang lebih sabar. Itu sudah saya buktikan dan ternyata berhasil. Kemudian membiarkan diri kita hidup dipimpin oleh Roh, itupun akan mampu menghasilkan buah-buah Roh dimana salah satunya adalah kesabaran.<i> "<b>Tetapi buah Roh ialah:</b> kasih, sukacita, damai sejahtera, <b>kesabaran</b>, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu."</i> (Galatia 5:22-23). Hidup oleh kasih dan dipimpin oleh Roh akan membuat kita menjadi pribadi-pribadi yang baik seperti yang diharapkan Tuhan.<br />
<br />
Seruan untuk menjadi orang-orang yang sabar berulang kali diserukan di dalam Alkitab. Dalam Efesus tertulis: <i>"Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan<b> sabar</b>. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu."</i> (Efesus 4:2). Serangkaian nasihat sebelum Paulus menutup suratnya kepada jemaat Tesalonika pun berisi pesan agar kita bisa menjadi orang-orang yang sabar.<b><i> "sabarlah terhadap semua orang." </i></b>(1 Tesalonika 5:14). <br />
<br />
Kita tidak bisa menghindari persinggungan dengan orang-orang yang sulit ataupun situasi sulit. Membiarkan diri kita gampang kesal hingga emosi tidaklah baik buat diri kita maupun bagi orang-orang disekitar kita. Kita tidak bisa mengelak dari bertemu dengan kondisi-kondisi seperti itu, tapi kita bisa merubah paradigma berpikir kita dengan hal-hal positif, dan mengisi hati kita dengan sikap yang mengasihi orang lain. Kedua hal ini akan mampu membuat diri kita teduh, sejuk dan dengan demikian kita tidak harus kehilangan sukacita dan bisa tetap menikmati hari demi hari secara maksimal. Jika anda berhadapan dengan orang-orang atau situasi yang berpotensi mengesalkan anda, andalkanlah Tuhan. Rohnya ada didalam anda, sehingga buah-buah yang dihasilkan Roh itu akan mampu membuat anda memandang situasi atau orang tersebut dengan pandangan yang berbeda.Miliki pandangan atas dasar kasih dan buah-buah Roh, itu akan membuat kita menjadi orang-orang yang jauh lebih sabar dalam menghadapi situasi apapun.<br />
<br />
<b>Hiduplah dalam kasih dan hasilkanlah buah-buah Roh </b>Renungan Harianhttp://www.blogger.com/profile/12308658208660836499noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3064008403019383087.post-82885019638203300822011-03-08T17:00:00.002-08:002011-03-08T17:00:39.665-08:00Bersama Tuhan<h3 class="post-title entry-title"> <br />
</h3><b>Ayat bacaan:</b> Amsal 3:6<br />
================<br />
<i>"Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu."</i><br />
<br />
<img align="left" alt="bersama Tuhan" src="http://i276.photobucket.com/albums/kk28/renunganharianonline/bersama-Tuhan.jpg" />Pernahkah anda merasa kesulitan untuk merubah sifat atau perilaku buruk? Ada banyak orang yang memiliki masalah dengan hal ini. Mereka tahu apa yang mereka perbuat itu salah, tetapi mereka tidak kunjung berhasil untuk memperbaikinya. Ada yang sudah berhasil untuk beberapa saat, tetapi kemudian jatuh lagi ke dalam lubang yang sama. Seorang teman pernah berkata sambil tertawa, "orang bisa mengaku berhenti merokok apabila sudah berhasil tidak melakukannya setidaknya 6 tahun." Apa yang ia katakan menggambarkan sulitnya bagi kita manusia untuk membenahi hal-hal buruk dan bertahan untuk tidak kembali lagi hingga jangka waktu yang lama. Hari ini seorang teman saya bertanya bagaimana agar ia bisa mengatasi sebuah kebiasaan buruknya. Ia tahu itu salah, tetapi tidak tahu bagaimana mengatasinya, dan mengaku tidak sanggup. Ayat yang menjadi ayat bacaan hari inilah yang selanjutnya muncul di dalam hati saya. Sebagai manusia biasa memang kemampuan kita terbatas, tetapi bersama Tuhan kita bisa.<br />
<br />
Hidup di dunia akan selalu membuat kita penuh godaan. Di jaman ketika semuanya masih kuno saja sudah sulit, apalagi di jaman serba modern seperti sekarang ini. Ada banyak tips tentu yang bisa dipakai untuk bisa berhenti terjatuh pada lubang yang sama, seperti salah satunya dengan berhati-hati memilih teman. Sebab firman Tuhan berkata <i>"Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang"</i> (Amsal 13:20), dan lihat pula ayat berikut:<i> "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik."</i> (1 Korintus 15:33). Kita butuh dukungan pula dari sahabat-sahabat yang baik, yang peduli terhadap diri kita dan bukan justru semakin menjerumuskan atau menghancurkan. Itu tentu akan sangat membantu dalam usaha kita melepaskan diri dari kebiasaan, sifat atau perbuatan kita yang buruk.<br />
<br />
Ada kalanya kita sulit memperhatikan langkah apa yang seharusnya kita tempuh. Kita sulit untuk tidak kembali lagi kepada kesalahan yang sama karena seringkali godaan itu terlihat begitu nikmat dan menyenangkan. Kita mungkin bisa berkata, "ah, sekali-kali kan tidak apa-apa, asal jangan keterusan.." Tetapi siapa yang bisa menjamin bahwa kita tidak kebablasan setelah bermain-main kembali pada dosa yang sama? Itulah sebabnya firman Tuhan mengingatkan kita agar tidak memberi toleransi kepada iblis, bapa dari segala penipu. <i>"dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis."</i> (Efesus 4:27). <br />
<br />
Lalu bagaimana jika kita sudah bertekad penuh tetapi masih juga sering gagal? Tuhan mengajak kita semua untuk <b>mengandalkanNya</b>. <b><i>"Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu."</i></b> (Amsal 3:6). Mengakui Tuhan dalam segala perbuatan kita, artinya berjalan bersama dengan Tuhan, mengingatNya dalam segala yang kita lakukan, maka Tuhan sendiri yang akan meluruskan jalan kita. Bagaimana bayi yang baru belajar berjalan bisa berjalan lurus apabila ia melakukannya sendiri dengan kemampuannya? Tentu sulit. Tapi ketika orangtuanya memegang tangannya dan mengajarinya berjalan, maka bayi itu pun akan sampai kepada saat dimana ia bisa berjalan dengan baik dan lurus tanpa terjatuh lagi. Seperti itu pula Tuhan siap membantu mengatasi segala kelemahan kita sehingga kita mampu berjalan lurus untuk seterusnya. <br />
<br />
Firman Tuhan mengajak kita untuk<b> tetap mengerjakan keselamatan kita dengan rasa takut dan gentar akan Dia.</b> (Filipi 2:12). Apa yang diinginkan Tuhan jelas. Dia ingin agar kita selalu ingat kepadaNya dan selalu menyertakan Tuhan dalam segala sesuatu yang kita perbuat. Jika kita mau memutuskan untuk taat dan mengakuiNya dalam kehidupan kita, maka Tuhan akan bekerja untuk menjaga dan melindungi kita. <b><i>"Karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya."</i></b> (ay 13). <br />
<br />
Terus berpaut erat dengan firman Tuhan pun akan mampu memberi kekuatan kepada kita. Ini dikatakan Tuhan kepada Yosua dan saya percaya pesan yang sama diberikan kepada kita semua hari ini juga. <i>"Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung."</i> (Yosua 1:8). <b>Memperkatan, merenungkan dan melakukan firman Tuhan</b> terus menerus, itu akan membuat kita bisa berhasil dalam usaha kita dan beruntung karenanya. Jangan lupa pula pesan berikutnya, <i>"Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, <b>sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi.</b>"</i> (ay 9). Kuatkan dan teguhkan hati dan tolaklah semua godaan, jangan kecut dan menyerah, karena sesungguhnya Tuhan selalu berjalan bersama kita. Dia berjanji untuk terus menyertai kita kemanapun kiat pergi, dan itu artinya Dia selalu siap untuk meluruskan jalan-jalan yang masih bengkok. Oleh sebab itu ingatlah untuk selalu mengandalkan Tuhan dalam melakukan apapun, termasuk untuk lepas dari kebiasaan, perbuatan atau sifat-sifat buruk yang masih ada di dalam diri kita.<br />
<br />
Sebuah transformasi sudah dianugerahkan Tuhan ketika kita menerima Kristus. <i>"Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."</i> (2 Korintus 5:17). Selanjutnya adalah tugas kita untuk menjaga agar transformasi itu tidak berhenti atau mundur, tetapi terus bertahan bahkan meningkat ke arah yang lebih baik dari hari ke hari. Mengandalkan manusia mungkin sulit, tetapi keberadaan Tuhan yang selalu dekat dengan kita menjelaskan bahwa kita bisa selalu mengandalkanNya. Jika ada di antara teman-teman yang masih sulit lepas dari hal-hal buruk, mulailah hari ini untuk mengandalkanNya. Sesulit apapun itu, ingatlah bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah yang berkuasa di atas segala-galanya.<br />
<br />
<b>Berjalanlah bersama Tuhan dan andalkan Dia untuk terus maju</b>Renungan Harianhttp://www.blogger.com/profile/12308658208660836499noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3064008403019383087.post-86953432760720638892011-03-08T17:00:00.000-08:002011-03-08T17:00:05.404-08:00Wanita<h3 class="post-title entry-title" style="text-align: justify;"> <br />
</h3><b>Ayat bacaan:</b> Titus 2:3<br />
================<br />
<i>"Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah"</i><br />
<br />
<img align="left" alt="wanita, sepadan, sederajat, istimewa" src="http://i276.photobucket.com/albums/kk28/renunganharianonline/wanita.jpg" />Suatu kali ada seorang teman yang bercerita bahwa ia merasa tersisih dalam keluarganya semasa kecil. Orangtuanya ternyata lebih sayang kepada adiknya laki-laki, yang dianggap sebagai penerus silsilah. "Saya cuma perempuan..tidak ada nilainya sama sekali.." katanya sedih. Dalam adat di beberapa suku bangsa mungkin demikian. Status wanita bagi sebagian kalangan dianggap lebih rendah dibanding pria. Hak-hak mereka terbatas dalam banyak hal. Padahal sosok ibu sangatlah mulia bagi kita semua. Ungkapan "surga ada dibawah telapak kaki ibu", penyebutan ibu kota, ibu pertiwi, motherland dan sebagainya menunjukkan penghargaan yang begitu besar bagi ibu yang notabene adalah wanita. Meski demikian, saya sudah bertemu dengan beberapa wanita yang kemudian mengalami banyak masalah dengan kepercayaan diri mereka berawal dari apa yang mereka alami dalam keluarganya sejak kecil. Apakah Tuhan menciptakan wanita untuk berada di bawah nilai pria, atau hanya berfungsi sebagai pelengkap penderita saja dan tidak layak untuk mendapat kehormatan? Atau haruskah anda yang wanita menyesal dilahirkan bukan sebagai pria, seperti halnya teman saya itu? Saya yakin tidak. Di mata Tuhan semua manusia ciptaanNya sama berharga, dan sama dikasihiNya. Tidak ada perbedaan gender dalam curahan kasih yang berasal dari Allah. Dan Alkitab pun banyak mencatat bahwa wanita memiliki peran-peran yang luar biasa penting bagi kelangsungan hidup manusia. Bukan saja sebagai sosok yang melahirkan, tetapi punya peranan yang luar biasa vital pula dalam perkembangan manusia termasuk di dalamnya dari segi spiritual. <br />
<br />
Sejak awal kitab Kejadian Tuhan sudah menyatakan peran penting figur wanita. Perhatikan ayat berikut: "TUHAN Allah berfirman: <i>"Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan <b>penolong</b> baginya, yang <b>sepadan</b> dengan dia."</i> (Kejadian 2:18). IT IS NOT GOOD, kata Tuhan, bagi pria untuk hidup sendirian. Maka wanita pun Dia ciptakan dengan fungsi sebagai penolong. Bukan pelengkap penderita, tetapi <b>penolong</b>. Lalu penolong yang bagaimana? Yang <b>sepadan</b>. Bukan dibawah, tetapi sepadan, sederajat. Kata penolong dan sepadan menunjukkan dengan jelas bagaimana pentingnya arti wanita di mata Tuhan. <br />
<br />
Dalam Titus kita bisa menemukan pesan penting lainnya buat wanita. Demikian bunyinya:<i> "Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka <b>hidup sebagai orang-orang beribadah..</b>"</i> (Titus 2:3). Wanita yang dewasa diingatkan agar hidup sebagai orang-orang yang beribadah. Ayat ini kemudian dilanjutkan dengan peringatan <i>"jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik."</i> Ini penting untuk diingat agar para wanita dewasa mampu <i>"mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya."</i> (ay 4-5). Dan semua ini dilakukan <b><i>"agar Firman Allah jangan dihujat orang."</i></b> Itu artinya peran yang diemban wanita sungguhlah penting. Bukan hanya bagi diri mereka sendiri dan keluarga, tetapi lebih dari itu juga penting untuk merepresentasikan Kerajaan Allah di muka bumi ini. <b>Seorang wanita yang mengemban tugas dengan baik dan menjalankan fungsi mereka seperti yang dikehendaki Tuhan akan menjadi kesaksian tersendiri di muka bumi ini. </b><br />
<br />
Kembali kepada ayat bacaan kita di atas, para wanita diminta untuk menunjukkan kehidupan sebagai orang-orang beribadah. Kata beribadah bukanlah sekedar ke gereja atau menyanyikan puji-pujian, tetapi lebih dari itu, sebuah ibadah sejati haruslah menyangkut segala aspek kehidupan kita, termasuk mempersembahkan diri kita sendiri sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan bagi Allah. <i>"Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu <b>mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah:</b> itu adalah <b>ibadahmu yang sejati.</b>"</i> (Roma 12:1). <br />
<br />
Bayangkan bagaimana gersangnya hidup tanpa adanya sentuhan wanita didalamnya. Bayangkan bagaimana dunia tanpa adanya kehadiran para wanita. Hari ini secara khusus saya ingin memberikan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada anda, kaum wanita. Bersyukurlah jika anda dilahirkan sebagai wanita, sebab anda istimewa di mataNya. Embanlah tugas dan fungsi seperti yang telah dipesankan Tuhan dengan sebaik-baiknya, dan jadilah kesaksian yang indah yang akan memuliakan Tuhan di mata dunia. Bagikan kehidupan yang bermakna yang mampu memperkenalkan kasih Tuhan yang begitu besar bagi manusia, karena saya tidak bisa membayangkan apa jadinya hidup ini tanpa kehadiran anda.<br />
<br />
<b>Setumpuk tugas penting yang diemban menunjukkan betapa penting atau vitalnya figur wanita dalam kehidupan</b>Renungan Harianhttp://www.blogger.com/profile/12308658208660836499noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3064008403019383087.post-92001399384514113712011-03-08T16:59:00.000-08:002011-03-08T16:59:03.177-08:00Menjaga Lidah<h3 class="post-title entry-title"> <br />
</h3>Ayat bacaan: Yakobus 3:5<br />
===================<br />
<i>"Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar."</i><br />
<br />
<img align="left" alt="menjaga lidah, perdamaian" src="http://i276.photobucket.com/albums/kk28/renunganharianonline/menjaga-lidah.jpg" />Menjalankan perdamaian merupakan harapan semua orang tetapi sering sulit untuk diterapkan. Kita tidak hidup sendirian, setiap saat kita berhadapan dengan begitu banyak orang dengan tingkah, polah dan gayanya sendiri-sendiri. Gesekan bisa terjadi kapan saja dan perselisihan pun bisa timbul. Seringkali penyebabnya bukanlah masalah besar tetapi dimulai dari hal-hal yang kecil atau sepele, namun kemudian meluas sehingga pada akhirnya sulit untuk dikendalikan. Lihatlah bagaimana hutan beribu-ribu hektar bisa terbakar hanya dari akibat sepercik api kecil. Ketika api masih kecil tentu mudah dipadamkan, tetapi bagaimana ketika api itu sudah begitu besar? Itulah sebabnya kita dianjurkan untuk bersabar dan bisa menahan diri, tidak terbujuk atau terpengaruh oleh emosi sesaat yang pada akhirnya kita sesali juga tetapi sudah terlanjur menghancurkan banyak hal. Hubungan pertemanan, hubungan dalam keluarga, dalam lingkungan, atau bahkan antar negara, semua ini sering berawal dari percikan api emosi kecil yang dibiarkan meluas hingga tidak lagi bisa dikendalikan.<br />
<br />
Tidak ada tempat bagi kebencian apalagi dendam dalam Kekristenan. Kita selalu diminta untuk mengasihi, mengadopsi bagaimana kasih Tuhan yang tanpa batas itu untuk diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Apakah orang yang bersalah itu mau mengakui kesalahannya atau tidak, kita diminta untuk bisa memberi pengampunan. Firman Tuhan berkata: <i>"Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni." </i>(Lukas 6:37). Jika itu kita terapkan, maka kita bisa berharap untuk melihat perdamaian semakin bertumbuh di dunia ini. Tetapi perhatikanlah betapa seringnya kita memakai hukum sebab akibat sebagai alasan pembenaran atas permusuhan yang terjadi antara kita dengan orang lain. "Bukan salah saya, tapi dia yang mulai..." atau "dia jual, saya beli.." itu merupakan alasan-alasan yang umum dipakai sebagai landasan dalam sebuah perselisihan. Ada banyak yang mungkin bisa menjadi penyebab sebuah perselisihan, itu benar. Tapi firman Tuhan jelas berkata:<i> "Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!"</i> (Roma 12:18). Mengapa harus ada ayat ini? Karena kita seringkali lupa, bahwa <b>keputusan untuk berdamai atau bertikai seringkali bukan tergantung dari orang, tetapi justru dari diri kita sendiri</b>. Baiklah, mungkin memang orang lain yang memulai, tetapi bukankah keputusan untuk mengampuni atau tidak itu datangnya dari diri kita sendiri? Apa yang harus kita jaga adalah memiliki kasih dalam diri kita, dan ada elemen kecil yang seharusnya kita perhatikan namun sangat sering luput dari perhatian kita, yaitu <b>lidah</b>.<br />
<br />
Alkitab mengingatkan dengan jelas mengenai potensi bahaya yang bisa ditimbulkan oleh lidah yang ukurannya relatif kecil dibanding tubuh kita. Yakobus mengatakan:<i> "Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar."</i> (Yakobus 3:5). Ini adalah sebuah analogi yang sungguh tepat. Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, sepercik api itu sangatlah kecil dan sama sekali tidak kita anggap berbahaya. Tapi apa jadinya jika percikan itu mulai membakar lalu meluas hingga membumi hanguskan hutan yang besar? Itu sangatlah mungkin bahkan sudah sangat sering terjadi. Yakobus melanjutkan: <i>"<b>Lidahpun adalah api</b>; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka.Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat manusia, tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; <b>ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan.</b>"</i> (ay 6-8). Jika Yakobus menyorot tentang kebuasan lidah, yang begitu sulit dijinakkan, tak terkuasai dan penuh racun, demikianlah faktanya. Kita sudah terlalu sering melihat kehancuran hubungan antar manusia, antar suku bangsa bahkan negara yang berasal dari kebuasan lidah yang tak terkendali ini. Mau tahu bagaimana parahnya lidah ini? Bacalah ayat selanjutnya:<i> "Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi."</i> (ay 9-10). <br />
<br />
Lidah hanyalah bagian kecil dari keseluruhan tubuh kita, tetapi kehancuran yang bisa ditimbulkan lidah yang tidak terkawal bisa begitu hebat. Bukan saja menghancurkan diri kita, tetapi bisa berdampak jauh lebih besar daripada itu. Masa depan orang lain bahkan kelangsungan kehidupan manusia secara luas bisa berakhir hanya karena lidah yang tidak terkendali. Sejarah mencatat banyak peristiwa yang mengubah kehidupan manusia menjadi porak poranda, dimana dibutuhkan puluhan bahkan ratusan tahun untuk bisa pulih dari kerusakan yang berawal dari lidah. Untuk itulah kita perlu menyerahkan lidah kita ke dalam tangan Tuhan, mengisi hati kita sebagai sumber kehidupan dengan firman Tuhan dan menghidupi kasih secara nyata dalam diri kita. Kemampuan manusia tidak akan sanggup menguasai lidah, tetapi kita bisa belajar untuk mengandalkan Tuhan dalam mengendalikannya. Sebuah pesan yang tidak kalah penting mungkin baik pula untuk diangkat dalam menyikapi kebuasan lidah ini. <b><i>"Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah"</i></b> (Yakobus 1:20). Jangan terburu-buru melempar kata-kata, apalagi dalam keadaan yang gampang tersulut emosi. Jangan sampai emosi sesaat yang terlontar lewat perkataan itu menjadi sesuatu yang kita sesali kelak, yang bisa jadi sudah terlambat untuk diperbaiki. Sebuah <i>"amarah manusia tidak mengajarkan kebenaran di hadapan Allah"</i> (ay 20), karena dampak yang ditimbulkan bisa sangat parah dimana lidah biasanya menjadi ujung tombak dalam mewakili kemarahan ini. Disamping itu peran lidah sebagai "output" dari produk kemarahan juga menunjukkan gagalnya kasih Kristus bertahta dalam diri kita. Oleh karena itu, marilah kita waspadai dengan secermat-cermatnya segala sesuatu yang keluar dari mulut kita. Jangan sampai ada kutuk dalam bentuk apapun yang keluar dari mulut kita, jangan sampai lidah kita berlaku begitu bebas berlaku buas dan membunuh masa depan banyak orang. Pakailah lidah untuk memuji dan menyembah Tuhan, dan pakai pula untuk memberkati sesama. Di tangan manusia lidah mungkin tidak bisa dikendalikan, tetapi Tuhan bisa pakai lidah kita untuk menjadi terang dan garam bagi dunia.<br />
<br />
<b>Tanpa mengawal lidah, jangan bermimpi untuk melihat perdamaian secara luas</b>Renungan Harianhttp://www.blogger.com/profile/12308658208660836499noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3064008403019383087.post-27259871835068135762011-03-08T08:00:00.000-08:002011-03-08T17:06:47.192-08:00Menjaga LidahAyat bacaan: Yakobus 3:5<br />===================<br /><i>"Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar."</i><br /><br /><img align="left" alt="menjaga lidah, perdamaian" src="http://i276.photobucket.com/albums/kk28/renunganharianonline/menjaga-lidah.jpg" />Menjalankan perdamaian merupakan harapan semua orang tetapi sering sulit untuk diterapkan. Kita tidak hidup sendirian, setiap saat kita berhadapan dengan begitu banyak orang dengan tingkah, polah dan gayanya sendiri-sendiri. Gesekan bisa terjadi kapan saja dan perselisihan pun bisa timbul. Seringkali penyebabnya bukanlah masalah besar tetapi dimulai dari hal-hal yang kecil atau sepele, namun kemudian meluas sehingga pada akhirnya sulit untuk dikendalikan. Lihatlah bagaimana hutan beribu-ribu hektar bisa terbakar hanya dari akibat sepercik api kecil. Ketika api masih kecil tentu mudah dipadamkan, tetapi bagaimana ketika api itu sudah begitu besar? Itulah sebabnya kita dianjurkan untuk bersabar dan bisa menahan diri, tidak terbujuk atau terpengaruh oleh emosi sesaat yang pada akhirnya kita sesali juga tetapi sudah terlanjur menghancurkan banyak hal. Hubungan pertemanan, hubungan dalam keluarga, dalam lingkungan, atau bahkan antar negara, semua ini sering berawal dari percikan api emosi kecil yang dibiarkan meluas hingga tidak lagi bisa dikendalikan.<br /><br />Tidak ada tempat bagi kebencian apalagi dendam dalam Kekristenan. Kita selalu diminta untuk mengasihi, mengadopsi bagaimana kasih Tuhan yang tanpa batas itu untuk diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Apakah orang yang bersalah itu mau mengakui kesalahannya atau tidak, kita diminta untuk bisa memberi pengampunan. Firman Tuhan berkata: <i>"Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni." </i>(Lukas 6:37). Jika itu kita terapkan, maka kita bisa berharap untuk melihat perdamaian semakin bertumbuh di dunia ini. Tetapi perhatikanlah betapa seringnya kita memakai hukum sebab akibat sebagai alasan pembenaran atas permusuhan yang terjadi antara kita dengan orang lain. "Bukan salah saya, tapi dia yang mulai..." atau "dia jual, saya beli.." itu merupakan alasan-alasan yang umum dipakai sebagai landasan dalam sebuah perselisihan. Ada banyak yang mungkin bisa menjadi penyebab sebuah perselisihan, itu benar. Tapi firman Tuhan jelas berkata:<i> "Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!"</i> (Roma 12:18). Mengapa harus ada ayat ini? Karena kita seringkali lupa, bahwa <b>keputusan untuk berdamai atau bertikai seringkali bukan tergantung dari orang, tetapi justru dari diri kita sendiri</b>. Baiklah, mungkin memang orang lain yang memulai, tetapi bukankah keputusan untuk mengampuni atau tidak itu datangnya dari diri kita sendiri? Apa yang harus kita jaga adalah memiliki kasih dalam diri kita, dan ada elemen kecil yang seharusnya kita perhatikan namun sangat sering luput dari perhatian kita, yaitu <b>lidah</b>.<br /><br />Alkitab mengingatkan dengan jelas mengenai potensi bahaya yang bisa ditimbulkan oleh lidah yang ukurannya relatif kecil dibanding tubuh kita. Yakobus mengatakan:<i> "Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar."</i> (Yakobus 3:5). Ini adalah sebuah analogi yang sungguh tepat. Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, sepercik api itu sangatlah kecil dan sama sekali tidak kita anggap berbahaya. Tapi apa jadinya jika percikan itu mulai membakar lalu meluas hingga membumi hanguskan hutan yang besar? Itu sangatlah mungkin bahkan sudah sangat sering terjadi. Yakobus melanjutkan: <i>"<b>Lidahpun adalah api</b>; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka.Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat manusia, tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; <b>ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan.</b>"</i> (ay 6-8). Jika Yakobus menyorot tentang kebuasan lidah, yang begitu sulit dijinakkan, tak terkuasai dan penuh racun, demikianlah faktanya. Kita sudah terlalu sering melihat kehancuran hubungan antar manusia, antar suku bangsa bahkan negara yang berasal dari kebuasan lidah yang tak terkendali ini. Mau tahu bagaimana parahnya lidah ini? Bacalah ayat selanjutnya:<i> "Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi."</i> (ay 9-10). <br /><br />Lidah hanyalah bagian kecil dari keseluruhan tubuh kita, tetapi kehancuran yang bisa ditimbulkan lidah yang tidak terkawal bisa begitu hebat. Bukan saja menghancurkan diri kita, tetapi bisa berdampak jauh lebih besar daripada itu. Masa depan orang lain bahkan kelangsungan kehidupan manusia secara luas bisa berakhir hanya karena lidah yang tidak terkendali. Sejarah mencatat banyak peristiwa yang mengubah kehidupan manusia menjadi porak poranda, dimana dibutuhkan puluhan bahkan ratusan tahun untuk bisa pulih dari kerusakan yang berawal dari lidah. Untuk itulah kita perlu menyerahkan lidah kita ke dalam tangan Tuhan, mengisi hati kita sebagai sumber kehidupan dengan firman Tuhan dan menghidupi kasih secara nyata dalam diri kita. Kemampuan manusia tidak akan sanggup menguasai lidah, tetapi kita bisa belajar untuk mengandalkan Tuhan dalam mengendalikannya. Sebuah pesan yang tidak kalah penting mungkin baik pula untuk diangkat dalam menyikapi kebuasan lidah ini. <b><i>"Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah"</i></b> (Yakobus 1:20). Jangan terburu-buru melempar kata-kata, apalagi dalam keadaan yang gampang tersulut emosi. Jangan sampai emosi sesaat yang terlontar lewat perkataan itu menjadi sesuatu yang kita sesali kelak, yang bisa jadi sudah terlambat untuk diperbaiki. Sebuah <i>"amarah manusia tidak mengajarkan kebenaran di hadapan Allah"</i> (ay 20), karena dampak yang ditimbulkan bisa sangat parah dimana lidah biasanya menjadi ujung tombak dalam mewakili kemarahan ini. Disamping itu peran lidah sebagai "output" dari produk kemarahan juga menunjukkan gagalnya kasih Kristus bertahta dalam diri kita. Oleh karena itu, marilah kita waspadai dengan secermat-cermatnya segala sesuatu yang keluar dari mulut kita. Jangan sampai ada kutuk dalam bentuk apapun yang keluar dari mulut kita, jangan sampai lidah kita berlaku begitu bebas berlaku buas dan membunuh masa depan banyak orang. Pakailah lidah untuk memuji dan menyembah Tuhan, dan pakai pula untuk memberkati sesama. Di tangan manusia lidah mungkin tidak bisa dikendalikan, tetapi Tuhan bisa pakai lidah kita untuk menjadi terang dan garam bagi dunia.<br /><br /><b>Tanpa mengawal lidah, jangan bermimpi untuk melihat perdamaian secara luas</b><br /><br />Follow us on twitter: <a href="http://twitter.com/dailyrho">http://twitter.com/dailyrho</a>Renungan Harianhttp://www.blogger.com/profile/12308658208660836499noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3064008403019383087.post-26489236031834508312011-03-07T19:10:00.000-08:002011-03-07T19:10:29.247-08:00Hidup Yang Penuh Harapan<h3 class="post-title entry-title" style="text-align: justify;"> <br />
</h3><span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">I Petrus 1: 3b</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Tiba-tiba pintu ruang bersalin terbuka. Seorang dokter dengan pakaian khusus keluar. "Istri Anda dalam keadaan baik. Namun sayang keadaan bayinya membahayakan jiwa istri Anda. Ada satu hal yang harus Anda putuskan, keselamatan istri Anda atau bayinya. Saya tahu hal ini sulit, namun kami telah berusaha sekuat mungkin. Akhirnya kami harus menemui Anda, sebab keputusan Anda amat menentukan. Jika Anda sudah siap, silahkan kami dihubungi dan menandatangani formulir ini", setelah berkata demikian dokter tersebut memeluk bahu pria yang diajak bicara.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Sorot matanya di balik kaca mata yang tebal memberi semangat pada pria yang tubuhnya gemetar.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Rata Penuh</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Pria yang sedari tadi gelisah, sekarang bertambah gemetar setelah menerima berita yang meluncur dari mulut dokter yang memeluknya.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Wajahnya jadi pucat seperti mayat. Butiran keringat dingin sebesar kacang kedelai bermunculan di dahinya. Mulutnya menganga, lidahnya kelu.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Matanya nanar. Setelah berusaha menelan ludahnya, ia berusaha mengeluarkan kata-kata.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">"Dokkkkter, .....mmm. bbberi kesempatan saaaya untuk berdoa".</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Kepala dokter tersebut menggangguk, tanda setuju.</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Ruangan tunggu kelahiran bayi malam itu sepi menggigit, sinar lampunya nampak pudar.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Suasana saat itu bisu dingin menutupi tembok sekeliling ruangan itu. Pria itu kemudian tertunduk. Wajahnya ditenggelamkan atas kedua telapak tangannya yang menopangnya. Suara tangis tertahan bercampur kepedihan dan rasa takut menimbulkan suara yang keluar dari mulutnya seperti suara berguman, tidak jelas. Suasa kembali sunyi . Kemudian ia perlahan bangkit, berjalan menuju perawat yang berdiri menunggunya.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">"Suster, katakan kepada dokter, istri saya perlu diselamatkan, sedapat-dapatnya selamatkan juga anak saya. Saya telah melihat harapan."</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Suster itu hanya menggangguk, kemudian menyodorkan sehelai lembaran formulir. Setelah ditandatangani. Ia kembali menunggu.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Persalinan berlangsung sulit. Dokter berupaya mengeluarkan bayi dari dalam rahim wanita yang sudah mulai kehabisan tenaga. Dengan alat khusus, dokter tersebut mengupayakan kepala sang bayi dapat keluar terlebih dahulu. Namun tiba-tiba, crot.., darah segar muncrat disertai bola mata yang masih terikat ototnya keluar mengelantung, baru kemudian kepala bayi. Merasa berpacu dengan waktu, dokter makin berusaha keras untuk mengeluarkan seluruh tubuh bayi itu. Bunyi gemeretak tulang rawan bayi yang patah karena proses tersebut. Akhirnya, tubuh bayi yang mirip seonggok daging tersebut utuh keluar dari dalam rahim. Persalinanpun berjalan sampai tuntas.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Dokter segera memerintahkan seorang perawat agar membersihkan tubuh bayi tersebut dan segera dimasukkan kantong mayat. Namun Tuhan yang mendengar doa bertindak lain. Tubuh bayi yang masih berlumuran darah dibersihkan terlebih dahulu oleh perawat. Saat tangan sang perawat membersihkan tubuh bayi di bagian dada sebelah kiri, nampak denyut jantung yang lemah. Tanda kehidupan. Rupanya denyut yang lemah terlihat oleh sang perawat tersebut. Segera bayi tersebut di kirim ke ruang khusus.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Empat tahun kemudian, bayi itu tumbuh menjadi seorang anak mirip monster hidup. Ia di beri nama William Cutts. Jika bayi normal, diusia sebelas tahun telah belajar berjalan, tidak demikian dengan William Cutts. Ia baru belajar merangkak seperti anjing. Kepala bagian kanan agak besar, matanya yang kanan rusak berat, tidak mungkin bisa melihat.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Bahunya miring. Menjelang remaja, jalannya miring seperti tiang hampir roboh. Dan kata dokter, otaknya tak akan sanggup berkembang alias tidak mungkin bisa belajar seperti manusia normal.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Sudut pandang dokter rupanya beda dengan kedua orang tuanya, mereka melihat harapan. Orangtuanya terus membesarkannya dengan penuh kasih sayang. "Kelak anakku akan dipakai Tuhan secara luar biasa, sebab aku yakin harapan itu ada", demikian doa kedua orangtuanya, setiap kali melihat William Cutts yang selalu kesulitan dengan menyelaraskan jalannya dengan bahunya. Tuhanpun mewujudkan harapan anak-anakNya.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Tepat pada waktuNya, William Cutts bersimpuh di kaki- Nya, satu ayat yang dipegangnya yang menjadi dasar panggilannya, "Justru di dalam kelemahan kuasa-Ku menjadi sempurna", II Korintus 12: 9. Inilah sumber pengharapan baginya.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Tuhan tidak pernah menyia-nyiakan orang yang berharap kepada-Nya.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Tuhan pun membuktikan janjiNya. Apa yang tidak dipandang oleh dunia, dipakai Allah secara luar biasa. Dengan segala keterbatasannya, William Cutts maju untuk taat. Harapan demi harapan terkuak setelah ia taat melangkah.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Setelah menyelesaikan sarjananya di sekolah theologia, ia menjadi utusan misi ke Irian Jaya, Indonesia. Tuhan meneguhkan janjiNya, dalam kelemahan kuasa-Nyata nyata. Tiap langkah pelayanan William Cutts, Tuhan meneguhkan dengan mujizat-Nya. Semua ini diawali dengan orang yang melihat harapan dan mempercayai harapan di dalam Yesus itu pasti ada dan tidak pernah sia-sia.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">William Cutts telah menyaksikan apa makna hidup di dalam pengharapan yang berlimpah di dalam Kristus!</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Sesungguhnya harapan di dalam Kristus itu, adalah;</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Harapan selalu memperlihatkan pada orang percaya bahwa di ujung jalan yang gelap ada terang.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Harapan selalu dapat menopang kehidupan orang percaya yang telah patah semangat dan tak berdaya.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Harapan selalu memberikan peluang, kemungkinan dan kepastian ada pemulihan kembali saat kehidupan dirasa seperti buluh yang patah atau sumbu hanya tinggal asap.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Jadi harapan itu selalu memberikan kehidupan, semangat, gairah dan kesegaran baru. Dan ..</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Orang yang berharap kepada Tuhan tak pernah dibiarkan malu tersipu-sipu!</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Harapan yang Tuhan Yesus berikan bukan harapan seperti yang Anda dipikirkan atau dunia tawarkan. Harapan di dalam Kristus bukan harapan yang terbatas, tidak pasti dan bersifat temporer. Harapan di dalam Kristus adalah harapan yang melimpah, pasti, dan berlimpah bak sungai.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Harapan yang demikian selalu ada di dalam diri orang percaya.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Dan harapan itu amat nyata secara khusus bagi orang-orang percaya yang mengalami berbagai-bagai dukacita karena pencobaan (ay. 6).</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Jika demikian mengapa Anda berkata , "tidak ada harapan bagiku?"</span></span><br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Ambillah selangkah lagi, lihat tangan-Nya terbuka siap memeluk Anda.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: verdana;">Source : from eliastories</span></span>Renungan Harianhttp://www.blogger.com/profile/12308658208660836499noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3064008403019383087.post-19975772187666492782011-03-07T19:03:00.001-08:002011-03-07T19:03:35.084-08:00Tulang Rusuk yang Hilang<h3 class="post-title entry-title" style="text-align: justify;"> <br />
</h3><div> </div><div class="post-footer" style="text-align: justify;"> <div class="post-footer-line post-footer-line-1"> <span class="post-author vcard"> posted by <span class="fn">Berta Nia 陈水禽</span> </span> <span class="post-timestamp">on 20 April 2009</span> </div><div class="post-footer-line post-footer-line-2"> <span class="post-labels"> Labels: <a href="http://www.blogger.com/goog_1105692110" rel="tag">kasih</a><a href="http://www.blogger.com/goog_1105692110">, </a>renungan </span> <span class="post-comment-link"> </span> </div></div><div style="text-align: justify;"> <strong></strong><br />
<strong></strong>Seorang wanita menanyakan kepada kekasihnya, “yang paling kamu cintai di dunia ini siapa?”<br />
“Kamu Dong!!!” balas sang kekasih dengan cepat. “Menurut kamu, aku ini siapa?” sambil berpikir sejenak kekasihnya menjawab sambil menatap mata dengan lembut kemudian menjawab, “Kamu tulang rusukku.”<br />
“Ketika Tuhan melihat Adam kesepian, dengan diam-diam pada saat Adam tertidur dengan pulas, Dia mengambil tulang rusuk Adam dan diciptakan Hawa”<br />
“Saat ini semua pria mencari tulang rusuknya yang hilang… dan saat menemukan wanita untuknya, dia tidak lagi merasakan sakit hati…”<br />
<br />
Setelah Menikah, pasangan itu mengalami masa yang indah dan manis untuk sesaat.<br />
Setelah itu, pasangan muda ini mulai tenggelam dalam kesibukan masing-masing dan kepenatan hidup yang ada. Hidup mereka menjadi membosankan. Kenyataan hidup yang kejam membuat merekan mulai menyisihkan impian dan cinta satu sama lain. Mereka mulai bertengkar… dan pertengkaran itu mulai menjadi semakin panas. Sampai pada suatu hari akhir dari sebuah pertengkaran, wanitanya lari keluar rumah. Saat tiba di seberang jalam, dia berteriak, “Kamu tidak mencintai ku lagi!”<br />
<br />
Pria itu sangat membenci dengan ketidak-dewasaaan yang ditunjukan wanitanya dan dengan spontan membalasnya,<br />
“Aku menyesal kita menikah! Ternyata, Kamu bukan tulang rusukku!!!”<br />
Terdiam dan berdiri terpaku wanita itu mendengar kekasihnya mengucapkan kata-kata seperti itu.<br />
Kekasihnya sadar dan menyesal dengan apa yang sudah diucapkannya, tetapi seperti air yang sudah tumpah dan tidak mungkin diambil kembali. Dengan berlinang air mata, wanita tersebut kembali ke rumah dan mengambil barang-barangnya, bertekad untuk berpisah. “Kalau aku bukan tulung rusukmu biarkan aku pergi”<br />
<br />
Lima tahun berlalu…<br />
Pria itu tidak menikah lagi, tetapi berusaha tahu akan kehidupan wanitanya. Wanita itu pernah keluar negeri tetapi sudah kembali lagi. Dia pernah menikah dengan seorang asing dan kemudian bercerai. Pria itu kecewa karena wanita itu tidak menunggunya kembali. Dan ditengah malam yangsunyi dia meminum kopinya dan merasakan sakit di hatinya. Tetapi dia tidak sanggup mengakui bahwa dia merindukannya.<br />
<br />
Suatu hari…mereka akhirnya bertemu…di airport, tempat dimana bayak terjadi pertemuan dan perpisahan.<br />
Mereka dipisahkan hanya oleh sebuah dinding pembatas. “Apa kabar mu?”<br />
“Baik…apakah kamu sudah menemukan tulang rusuk mu yang hilang?” “Belum..” “Aku terbang ke New York dengan penerbangan berikutnya” “Aku akan kembali 2 minggu lagi. Telpon aku kalo kamu sempat. Kamu tahu nomor telpon kita, tidak ada yang berubah” Wanita itu tersenyum manis, lalu berlalu. “Bye…”<br />
<br />
Seminggu kemudian dia mendengar bahwa wanitanya adalah salah satu korban Menara WTC. Malam itu…sekali lagi pria itu mereguk kopinya… dan kembali merasakan sakit dihatinya. Akhirnya dia sadar bahwa sakit itu adalah karena wanitanya,<br />
tulang rusuknya sendiri yang telah dengan bodohnya dia patahkan.<br />
<br />
“Kita melampiaskan 99% kemarahan justru kepada orang yang paling kita cintai. Dan akibatnya seringkali adalah fatal”<br />
<br />
<span id="profile_status"><span id="status_text">O be careful little mouth what you say,</span></span><br />
<span id="profile_status"><span id="status_text">O be careful little mouth what you say,</span></span><br />
<span id="profile_status"><span id="status_text">There's a Father up above,</span></span><br />
<span id="profile_status"><span id="status_text">And He's looking down in love,</span></span><br />
<span id="profile_status"><span id="status_text">So, be careful little mouth what </span></span>you say...</div>Renungan Harianhttp://www.blogger.com/profile/12308658208660836499noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3064008403019383087.post-50861836978600337812011-03-07T08:00:00.000-08:002011-03-08T17:06:47.233-08:00Wanita<b>Ayat bacaan:</b> Titus 2:3<br />================<br /><i>"Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah"</i><br /><br /><img align="left" alt="wanita, sepadan, sederajat, istimewa" src="http://i276.photobucket.com/albums/kk28/renunganharianonline/wanita.jpg" />Suatu kali ada seorang teman yang bercerita bahwa ia merasa tersisih dalam keluarganya semasa kecil. Orangtuanya ternyata lebih sayang kepada adiknya laki-laki, yang dianggap sebagai penerus silsilah. "Saya cuma perempuan..tidak ada nilainya sama sekali.." katanya sedih. Dalam adat di beberapa suku bangsa mungkin demikian. Status wanita bagi sebagian kalangan dianggap lebih rendah dibanding pria. Hak-hak mereka terbatas dalam banyak hal. Padahal sosok ibu sangatlah mulia bagi kita semua. Ungkapan "surga ada dibawah telapak kaki ibu", penyebutan ibu kota, ibu pertiwi, motherland dan sebagainya menunjukkan penghargaan yang begitu besar bagi ibu yang notabene adalah wanita. Meski demikian, saya sudah bertemu dengan beberapa wanita yang kemudian mengalami banyak masalah dengan kepercayaan diri mereka berawal dari apa yang mereka alami dalam keluarganya sejak kecil. Apakah Tuhan menciptakan wanita untuk berada di bawah nilai pria, atau hanya berfungsi sebagai pelengkap penderita saja dan tidak layak untuk mendapat kehormatan? Atau haruskah anda yang wanita menyesal dilahirkan bukan sebagai pria, seperti halnya teman saya itu? Saya yakin tidak. Di mata Tuhan semua manusia ciptaanNya sama berharga, dan sama dikasihiNya. Tidak ada perbedaan gender dalam curahan kasih yang berasal dari Allah. Dan Alkitab pun banyak mencatat bahwa wanita memiliki peran-peran yang luar biasa penting bagi kelangsungan hidup manusia. Bukan saja sebagai sosok yang melahirkan, tetapi punya peranan yang luar biasa vital pula dalam perkembangan manusia termasuk di dalamnya dari segi spiritual. <br /><br />Sejak awal kitab Kejadian Tuhan sudah menyatakan peran penting figur wanita. Perhatikan ayat berikut: "TUHAN Allah berfirman: <i>"Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan <b>penolong</b> baginya, yang <b>sepadan</b> dengan dia."</i> (Kejadian 2:18). IT IS NOT GOOD, kata Tuhan, bagi pria untuk hidup sendirian. Maka wanita pun Dia ciptakan dengan fungsi sebagai penolong. Bukan pelengkap penderita, tetapi <b>penolong</b>. Lalu penolong yang bagaimana? Yang <b>sepadan</b>. Bukan dibawah, tetapi sepadan, sederajat. Kata penolong dan sepadan menunjukkan dengan jelas bagaimana pentingnya arti wanita di mata Tuhan. <br /><br />Dalam Titus kita bisa menemukan pesan penting lainnya buat wanita. Demikian bunyinya:<i> "Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka <b>hidup sebagai orang-orang beribadah..</b>"</i> (Titus 2:3). Wanita yang dewasa diingatkan agar hidup sebagai orang-orang yang beribadah. Ayat ini kemudian dilanjutkan dengan peringatan <i>"jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik."</i> Ini penting untuk diingat agar para wanita dewasa mampu <i>"mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya."</i> (ay 4-5). Dan semua ini dilakukan <b><i>"agar Firman Allah jangan dihujat orang."</i></b> Itu artinya peran yang diemban wanita sungguhlah penting. Bukan hanya bagi diri mereka sendiri dan keluarga, tetapi lebih dari itu juga penting untuk merepresentasikan Kerajaan Allah di muka bumi ini. <b>Seorang wanita yang mengemban tugas dengan baik dan menjalankan fungsi mereka seperti yang dikehendaki Tuhan akan menjadi kesaksian tersendiri di muka bumi ini. </b><br /><br />Kembali kepada ayat bacaan kita di atas, para wanita diminta untuk menunjukkan kehidupan sebagai orang-orang beribadah. Kata beribadah bukanlah sekedar ke gereja atau menyanyikan puji-pujian, tetapi lebih dari itu, sebuah ibadah sejati haruslah menyangkut segala aspek kehidupan kita, termasuk mempersembahkan diri kita sendiri sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan bagi Allah. <i>"Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu <b>mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah:</b> itu adalah <b>ibadahmu yang sejati.</b>"</i> (Roma 12:1). <br /><br />Bayangkan bagaimana gersangnya hidup tanpa adanya sentuhan wanita didalamnya. Bayangkan bagaimana dunia tanpa adanya kehadiran para wanita. Hari ini secara khusus saya ingin memberikan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada anda, kaum wanita. Bersyukurlah jika anda dilahirkan sebagai wanita, sebab anda istimewa di mataNya. Embanlah tugas dan fungsi seperti yang telah dipesankan Tuhan dengan sebaik-baiknya, dan jadilah kesaksian yang indah yang akan memuliakan Tuhan di mata dunia. Bagikan kehidupan yang bermakna yang mampu memperkenalkan kasih Tuhan yang begitu besar bagi manusia, karena saya tidak bisa membayangkan apa jadinya hidup ini tanpa kehadiran anda.<br /><br /><b>Setumpuk tugas penting yang diemban menunjukkan betapa penting atau vitalnya figur wanita dalam kehidupan</b><br /><br />Follow us on twitter: <a href="http://twitter.com/dailyrho">http://twitter.com/dailyrho</a>Renungan Harianhttp://www.blogger.com/profile/12308658208660836499noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3064008403019383087.post-82129110822364408802011-03-07T00:23:00.000-08:002011-03-07T00:25:37.922-08:00Siapakah Yesus??<span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica;"> Pada pendapat anda, siapakah ...<br />
</span><br />
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td valign="baseline" width="42"><br />
</td><td valign="top" width="100%"><span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica;">Tokoh yang ulung sekali sepanjang zaman? </span></td></tr>
<tr><td valign="baseline" width="42"><br />
</td><td valign="top" width="100%"><span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica;">Pemimpin yang agung? </span></td></tr>
<tr><td valign="baseline" width="42"><br />
</td><td valign="top" width="100%"><span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica;">Guru yang agung? </span></td></tr>
<tr><td valign="baseline" width="42"> </td><td valign="top" width="100%"><span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica;">Orang yang banyak sekali membuat kebajikan untuk manusia? </span></td></tr>
<tr><td valign="baseline" width="42"><br />
</td><td valign="top" width="100%"><span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica;">Orang yang telah menjalani hidup yang paling suci?</span></td><td valign="top" width="100%"></td><td valign="top" width="100%"></td><td valign="top" width="100%"></td><td valign="top" width="100%"></td></tr>
</tbody></table><span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica;"> </span> <span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica;"> </span> <span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica;"> </span> <span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica;"> </span> <span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica;"> </span><br />
<div align="justify"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica; font-size: small;">Lawatlah ke mana-mana pun dan berbicaralah dengan penganut agama apa pun. Jika mereka mengetahui sejarah, mereka akan mengaku bahawa tidak pernah ada peribadi seperti Yesus dari Nazaret, tidak kira betapa komited mereka terhadap agama itu. Dia adalah tokoh yang unik sepanjang zaman.</span></div><span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica; font-size: small;"> </span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica; font-size: small;">Yesus telah mengubah haluan sejarah. Malah tarikh pada suratkhabar harian pun membuktikan bahawa Yesus telah hidup kira-kira 2,000 tahun dahulu. B.C. bererti "Sebelum Masihi" dan A.D. Anno Domino, "Setelah Masihi".</span></div><span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica; font-size: small;"> </span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica; font-size: small;">Kedatangan-Nya telah dinubuatkan</span></div><span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica; font-size: small;"> </span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica; font-size: small;">Beratus tahun sebelum kelahiran Yesus, Alkitab mencatatkan nubuat para nabi Israel tentang kedatangan-Nya. Perjanjian Lama yang ditulis oleh ramai orang dalam jangka masa lebih kurang 1,500 tahun, mengandungi lebih daripada 300 nubuat tentang kedatangan-Nya. Semua butir nubuat terjadi dengan tepat. Kehidupan Yesus, mukjizat-mukjizat yang dilakukan-Nya, kata-kata-Nya, kematian-Nya di atas salib, kebangkitan-Nya, dan kenaikan-Nya ke Syurga -- semua ini menunjukkan bahawa Dia lebih daripada manusia. Yesus sendiri mendakwa, " Aku dan Bapa adalah satu." (Yohanes 10:30), "Orang yang sudah melihat Aku, sudah melihat Bapa" (Yohanes 14:9), dan "Akulah jalan untuk mengenal Tuhan dan untuk mendapat hidup. Tidak seorangpun dapat datang kepada Bapa kecuali melalui Aku." (Yohanes 14:6)</span></div><span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica; font-size: small;"> </span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica; font-size: small;">Hidup dan kata-kata-Nya menyebabkan perubahan</span></div><span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica; font-size: small;"> </span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica; font-size: small;"><img align="right" height="120" hspace="5" src="http://www.greatcom.org/malay/images/5000.jpg" vspace="5" width="160" />Perhatikan hidup dan pengaruh Yesus Kristus sepanjang sejarah, dan anda akan melihat bahawa Dia dan kata-kata-Nya sentiasa membawa perubahan yang besar dalam hidup manusia dan bangsa. Ke mana saja ajaran dan pengaruh-Nya disebarkan, kesucian dalam perkawinan, hak asasi wanita dan suara rakyat diterima. Sekolah-sekolah dan universiti-universiti didirikan; undang-undang untuk melindungi kanak-kanak diluluskan; perhambaan dihapuskan, dan banyak lagi perubahan telah dilakukan untuk kebaikan manusia.<br />
<br />
Individu-individu juga mengalami perubahan yang dramatik. Contohnya, Lew Wallace. Dia adalah seorang jeneral yang terkenal dan seorang sasterawan genius yang pernah tidak percaya pada Tuhan. Wallace meluangkan masa selama dua tahun di perpustakaan terkenal di Eropah dan Amerika untuk mencari maklumat yang dapat menghancurkan agama Kristian selama-lamanya. Ketika dia menulis bab kedua, tiba-tiba dia mendapati dirinya berlutut dan berteriak mengakui Yesus sebagai Tuhannya.<br />
<br />
Kerana bukti yang tidak dapat dipertikaikan, dia tidak dapat lagi menyangkal bahawa Yesus Kristuslah Anak Tuhan. Kemudian, Wallace telah menulis "Ben Hur", salah sebuah novel Inggeris termasyur yang pernah ditulis mengenai zaman Kristus.<br />
<br />
Begitu juga dengan mendiang C.S. Lewis. Bertahun-tahun lamanya, profesor di Universiti Oxford ini menyangkal keilahian Yesus. Tetapi dia juga secara jujur menyerahkan hidupnya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Penyelamatnya, setelah mempelajari bukti yang kukuh tentang keilahian Yesus.</span></div><span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica; font-size: small;"> </span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica; font-size: small;">Pembohong atau orang gila?</span></div><span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica; font-size: small;"> </span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica; font-size: small;">Di dalam bukunya yang terkenal, "Mere Christianity", Lewis menyatakan, "Seorang manusia biasa yang mengatakan hal-hal seperti yang Yesus ucapkan, tidak mungkin adalah seorang guru moral yang agung. Dia mungkin seorang gila atau syaitan dari neraka. Anda harus memilih -- apakah Yesus adalah Anak Allah, seorang gila, atau lebih teruk daripada itu. Anda boleh menganggap Yesus sebagai seorang gila, atau berlutut di kaki-Nya dan mengakui Dia sebagai Allah. Tetapi janganlah kita menghina Yesus dengan mengatakan bahawa Dia seorang guru yang agung. Pilihan itu langsung tidak wujud."<br />
<br />
Siapakah Yesus bagi anda? Jawapan anda akan menentukan hidup anda di dunia ini dan hidup selama-lamanya.<br />
<br />
Kebanyakan agama adalah diasaskan oleh manusia dan berdasarkan falsafah buatan manusia, dan kebiasaan tingkah laku. Singkirkan pengasas-pengasas agama dari amalan praktik agama masing-masing, sedikit sahaja akan berubah. Tetapi singkirkan Yesus dari agama Kristian, tidak ada apapun akan tertinggal. Agama Kristian bukan sekadar falsafah hidup, etika piawai atau ketaatan mengerjakan suruhan agama. Agama Kristian yang benar adalah berasaskan kepentingan hubungan peribadi dengan Penyelamat yang hidup, Yesus Kristus.</span></div><span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica; font-size: small;"> </span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica; font-size: small;">Pengasas yang telah bangkit</span></div><span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica; font-size: small;"> </span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica; font-size: small;">Agama Kristian adalah unik -- Yesus disalibkan, dikuburkan, dan tiga hari selepas itu bangkit dari kematian. Sebarang perdebatan tentang kesahan agama Kristian adalah bergantung kepada bukti kebangkitan Yesus dari kematian.<br />
<br />
Sepanjang zaman, kebanyakan cendekiawan hebat yang pernah mempertimbangkan bukti-bukti kebangkitan Yesus, percaya bahawa Yesus hidup. Setelah memeriksa bukti kebangkitan seperti yang dinyatakan oleh penulis-penulis Kitab Injil, mendiang Simon Greenleaf, seorang yang berwibawa tentang isu-isu perundangan di Harvard Law School membuat kesimpulan: "Adalah mustahil mereka dapat terus menegaskan bahawa apa yang mereka katakan itu benar jika Yesus tidak betul-betul bangkit dari kematian, dan mereka tidak pasti tentang fakta ini." John Singleton Copley yang diiktirafkan sebagai salah seorang intelek guaman terkemuka dalam sejarah British, memberi komen begini, "Saya pasti apa yang dimaksudkan bukti. Saya beritahu anda, bukti sebegini belum pernah tumpas."</span></div><span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica; font-size: small;"> </span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica; font-size: small;">Mengapa anda percaya</span></div><span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica; font-size: small;"> </span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica; font-size: small;">Kebangkitan Kristus adalah pokok iman seorang Kristian. Ada beberapa sebab mengapa mereka yang mempelajari kebangkitan, percaya bahawa itu benar :</span></div><span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica; font-size: small;"> </span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica; font-size: small;"><img align="left" height="120" hspace="5" src="http://www.greatcom.org/malay/images/inaboat.jpg" vspace="5" width="160" />Nubuat: Pertama, Yesus sendiri yang menubuatkan tentang kematian dan kebangkitan-Nya, dan hal-hal itu terjadi dengan tepat seperti apa yang telah Dia nubuatkan (<a href="http://www.biblegateway.com/passage/?search=luke%2018:31-33&version=31" target="_blank">Lukas 18:31-33</a>). </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica; font-size: small;">Kubur yang kosong: Kedua, hanya kebangkitan dapat menjelaskan dengan munasabah kubur-Nya yang kosong. Membaca kisah Alkitab itu dengan teliti akan menunjukkan bahawa kubur di mana mereka meletakkan tubuh Yesus dijaga dengan ketat oleh askar-askar Roma dan ditutup dengan batu yang sangat besar. Jika Yesus tidak mati tetapi hanya menjadi lemah, seperti yang dikatakan oleh sesetengah orang, maka para pengawal dan batu tersebut akan menghalang Dia daripada melarikan diri -- begitu juga dengan sebarang usaha pengikut-pengikut untuk menyelamatkan-Nya. Musuh-musuh Yesus tidak akan menyembunyikan tubuh Yesus sebab kehilangan tubuh-Nya hanya akan menguatkan lagi kepercayaan tentang kebangkitan-Nya.<br />
<br />
Pertemuan-pertemuan peribadi: Ketiga, hanya kebangkitan dapat menjelaskan mengapa Yesus dapat menampakkan diri kepada murid-murid-Nya. Setelah kebangkitan-Nya, Yesus menampakkan diri sekurang-kurangnya 10 kali kepada mereka yang mengenali Dia, dan pada suatu ketika kepada lebih daripada 500 orang. Tuhan membuktikan bahawa semua penampakan ini bukanlah halusinasi: Dia makan dan berbual-bual dengan mereka dan mereka menjamah tubuh-Nya. ( <a href="http://www.biblegateway.com/passage/?search=1%20john%201:1;&version=31;" target="_blank">I Yohanes 1:1</a>)<br />
<br />
Kelahiran gereja: Keempat, hanya kebangkitan dapat menjelaskan dengan munasabah permulaan gereja Kristian. Gereja Kristian merupakan institusi terbesar yang wujud atau pernah wujud di sepanjang sejarah dunia. Lebih daripada setengah khutbah-khutbah awal yang pernah disampaikan adalah berkaitan dengan kebangkitan (<a href="http://www.biblegateway.com/passage/?search=acts%202:14-36;&version=31;" target="_blank">Kisah Para Rasul 2:14-36</a>). Ketara sekali gereja awal mengetahui bahawa kebangkitanlah dasar khutbah. Musuh-musuh Yesus dan para pengikut-Nya boleh menghentikan mereka daripada berkhutbah demikian sekira mereka dapat mengeluarkan tubuh Yesus.<br />
<br />
Hidup yang berubah: Kelima, hanya kebangkitan dapat menjelaskan dengan munasabah hidup murid-murid yang berubah. Mereka meninggalkan Dia sebelum kebangkitan-Nya. Setelah kematian-Nya mereka menjadi kecewa dan takut. Mereka tidak sangka bahawa Yesus akan bangkit dari kematian <a href="http://www.blogger.com/goog_1857319129">(</a><a href="http://www.blogger.com/goog_1857319129" target="_blank">Lukas 24:1-11</a>).<br />
<br />
Walaupun demikian, setelah kebangkitan Yesus dan pengalaman mereka pada hari Pentakosta, murid-murid yang kecewa dan takut ini berubah kerana kuasa kebangkitan Kristus. Dalam nama Yesus, mereka menyebabkan dunia tunggang-terbalik. Ramai mati kerana iman mereka; yang lainnya dianiaya dengan kejam. Mereka pasti tidak akan berani macam ini jika mereka tidak yakin bahawa Yesus benar-benar telah dibangkitkan dari kematian - suatu kebenaran yang berbaloi untuk mati. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica; font-size: small;">Saya pernah bekerja dengan para cendekiawan dari universiti seluruh dunia selama 40 tahun. Tetapi, saya belum pernah bertemu dengan satu orangpun yang tidak percaya bahawa Yesus memanglah Anak Allah, Mesias yang telah dijanjikan, setelah mereka mempertimbangkan bukti-bukti secara jujur. Walaupun sesetengah orang tidak percaya, mereka dengan jujur mengakui bahawa mereka tidak meluangkan masa untuk membaca Alkitab atau mempertimbangkan fakta-fakta sejarah tentang Yesus. </span></div><span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica; font-size: small;"><img align="left" height="120" hspace="5" src="http://www.greatcom.org/malay/images/jesusandgirl.jpg" vspace="5" width="160" />Tuhan yang hidup: Kerana kebangkitan Yesus, para pengikut-Nya yang sebenar tidak lagi sekadar mematuhi etika seorang pengasas yang telah mati, tetapi memiliki suatu hubungan peribadi dengan Tuhan yang hidup. Yesus Kristus hidup hari ini dan Dia setia memberkati mereka yang mempercayai dan mentaati Dia. Berabad-abad lamanya, ramai orang telah mengakui kebenaran tentang Yesus, termasuk mereka yang telah banyak mempengaruhi dunia.</span><br />
<span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica; font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica; font-size: small;"> Ahli falsafah Perancis, Blaise Pascal, mengatakan tentang keperluan manusia terhadap Yesus: "Terdapat suatu kekosongan yang diciptakan oleh Allah di dalam hati setiap orang. Kekosongan ini hanya boleh diisi oleh Allah sendiri melalui anak-Nya, Yesus Kristus."</span><br />
<span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica; font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-family: Comic Sans MS,Arial,Helvetica; font-size: small;"> Mahukah anda mengenali Yesus Kristus secara peribadi sebagai Penyelamat yang hidup? Sesungguhnya anda dapat! Yesus begitu ingin menjalin hubungan peribadi yang penuh kasih dengan anda, sehingga Dia sudah menguruskan segala yang perlu.</span>Renungan Harianhttp://www.blogger.com/profile/12308658208660836499noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3064008403019383087.post-7504271569310981242011-03-06T19:46:00.000-08:002011-03-06T19:46:09.142-08:00Diburu, Tetap Bersyukur<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td class="judul"><b></b> </td> <td class="ayat"><b>Bacaan hari ini: </b> Mazmur 57<br />
<b>Ayat mas hari ini: </b> Mazmur 57:2<br />
<b>Bacaan Alkitab Setahun: </b> Yosua 10-12</td><td class="ayat"></td><td class="ayat"><br />
</td><td class="ayat"><br />
</td><td class="ayat"><br />
</td><td class="ayat"><br />
</td><td class="ayat"></td></tr>
</tbody></table><br />
<br />
<br />
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Ada banyak hal yang bisa membuat tempat kerja tidak menyenangkan. Mungkin sang atasan yang bersikap otoriter, atau gemar merendahkan bawahan. Atau, rekan kerja yang suka bergosip, menggunjingkan teman sendiri. Atau, senior yang suka menekan. Atau, alasan lain yang lebih khusus. Jika Anda merasa demikian, mari belajar dari Daud.<br />
Lembaga Alkitab Indonesia memberi judul menarik untuk Mazmur 57: “Diburu Musuh, tetapi Ditolong Allah”. Mazmur ini ditulis ketika Daud diburu Saul dan harus melarikan diri ke gua-gua. Ketika itu Daud berseru memohon belas kasihan Allah (ayat 2-4). Ia menceritakan kesulitan yang ia hadapi (ayat 5,7). Dan, yang menjadi kunci kemenangan Daud adalah: ia terus ber-syukur serta berharap kepada kemuliaan, kasih setia, dan kebaikan Tuhan (ayat 6,7-12).</span></div><div> </div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Kita mungkin tidak diburu musuh, tetapi diburu atasan yang otoriter, rekan kerja yang tidak mau bekerja sama, atau hal-hal lain yang membuat kita tak nyaman bekerja. Sikap mengomel, menyalahkan keadaan, dan memprotes tidak akan memperbaiki keadaan, bahkan kerap kali justru memperburuk. Ketika kita “diburu” hal-hal demikian, contohlah Daud. Ia berseru kepada Tuhan dan mengandalkan Dia. Ia bersyukur dan berharap pada kasih setia Tuhan. Pada waktu-Nya, Dia mengangkat Daud menjadi Raja Israel.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Kalau Tuhan sanggup menolong Daud, tentu Dia sanggup menolong kita juga. Namun, sudahkah kita mencontoh sikap Daud? Tetap bersikap benar, menjagai hati, dan terus memuliakan Tuhan di tempat kerja? Tidak berkecil hati, dan tetap berpaut kepada Tuhan?</span></div><br />
<div align="center" style="font-size: 14px;"> <strong><span style="font-size: small;">TEMPAT KERJA ADALAH LADANG DI MANA TUHAN MEMINTA KITA <br />
TAK HANYA MENCARI PENGHIDUPAN TETAPI JUGA MEMPRAKTiKKAN IMAN</span></strong> </div>Renungan Harianhttp://www.blogger.com/profile/12308658208660836499noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3064008403019383087.post-43005352412664407662011-03-06T08:00:00.000-08:002011-03-08T17:06:47.261-08:00Bersama Tuhan<b>Ayat bacaan:</b> Amsal 3:6<br />================<br /><i>"Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu."</i><br /><br /><img align="left" alt="bersama Tuhan" src="http://i276.photobucket.com/albums/kk28/renunganharianonline/bersama-Tuhan.jpg" />Pernahkah anda merasa kesulitan untuk merubah sifat atau perilaku buruk? Ada banyak orang yang memiliki masalah dengan hal ini. Mereka tahu apa yang mereka perbuat itu salah, tetapi mereka tidak kunjung berhasil untuk memperbaikinya. Ada yang sudah berhasil untuk beberapa saat, tetapi kemudian jatuh lagi ke dalam lubang yang sama. Seorang teman pernah berkata sambil tertawa, "orang bisa mengaku berhenti merokok apabila sudah berhasil tidak melakukannya setidaknya 6 tahun." Apa yang ia katakan menggambarkan sulitnya bagi kita manusia untuk membenahi hal-hal buruk dan bertahan untuk tidak kembali lagi hingga jangka waktu yang lama. Hari ini seorang teman saya bertanya bagaimana agar ia bisa mengatasi sebuah kebiasaan buruknya. Ia tahu itu salah, tetapi tidak tahu bagaimana mengatasinya, dan mengaku tidak sanggup. Ayat yang menjadi ayat bacaan hari inilah yang selanjutnya muncul di dalam hati saya. Sebagai manusia biasa memang kemampuan kita terbatas, tetapi bersama Tuhan kita bisa.<br /><br />Hidup di dunia akan selalu membuat kita penuh godaan. Di jaman ketika semuanya masih kuno saja sudah sulit, apalagi di jaman serba modern seperti sekarang ini. Ada banyak tips tentu yang bisa dipakai untuk bisa berhenti terjatuh pada lubang yang sama, seperti salah satunya dengan berhati-hati memilih teman. Sebab firman Tuhan berkata <i>"Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang"</i> (Amsal 13:20), dan lihat pula ayat berikut:<i> "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik."</i> (1 Korintus 15:33). Kita butuh dukungan pula dari sahabat-sahabat yang baik, yang peduli terhadap diri kita dan bukan justru semakin menjerumuskan atau menghancurkan. Itu tentu akan sangat membantu dalam usaha kita melepaskan diri dari kebiasaan, sifat atau perbuatan kita yang buruk.<br /><br />Ada kalanya kita sulit memperhatikan langkah apa yang seharusnya kita tempuh. Kita sulit untuk tidak kembali lagi kepada kesalahan yang sama karena seringkali godaan itu terlihat begitu nikmat dan menyenangkan. Kita mungkin bisa berkata, "ah, sekali-kali kan tidak apa-apa, asal jangan keterusan.." Tetapi siapa yang bisa menjamin bahwa kita tidak kebablasan setelah bermain-main kembali pada dosa yang sama? Itulah sebabnya firman Tuhan mengingatkan kita agar tidak memberi toleransi kepada iblis, bapa dari segala penipu. <i>"dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis."</i> (Efesus 4:27). <br /><br />Lalu bagaimana jika kita sudah bertekad penuh tetapi masih juga sering gagal? Tuhan mengajak kita semua untuk <b>mengandalkanNya</b>. <b><i>"Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu."</i></b> (Amsal 3:6). Mengakui Tuhan dalam segala perbuatan kita, artinya berjalan bersama dengan Tuhan, mengingatNya dalam segala yang kita lakukan, maka Tuhan sendiri yang akan meluruskan jalan kita. Bagaimana bayi yang baru belajar berjalan bisa berjalan lurus apabila ia melakukannya sendiri dengan kemampuannya? Tentu sulit. Tapi ketika orangtuanya memegang tangannya dan mengajarinya berjalan, maka bayi itu pun akan sampai kepada saat dimana ia bisa berjalan dengan baik dan lurus tanpa terjatuh lagi. Seperti itu pula Tuhan siap membantu mengatasi segala kelemahan kita sehingga kita mampu berjalan lurus untuk seterusnya. <br /><br />Firman Tuhan mengajak kita untuk<b> tetap mengerjakan keselamatan kita dengan rasa takut dan gentar akan Dia.</b> (Filipi 2:12). Apa yang diinginkan Tuhan jelas. Dia ingin agar kita selalu ingat kepadaNya dan selalu menyertakan Tuhan dalam segala sesuatu yang kita perbuat. Jika kita mau memutuskan untuk taat dan mengakuiNya dalam kehidupan kita, maka Tuhan akan bekerja untuk menjaga dan melindungi kita. <b><i>"Karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya."</i></b> (ay 13). <br /><br />Terus berpaut erat dengan firman Tuhan pun akan mampu memberi kekuatan kepada kita. Ini dikatakan Tuhan kepada Yosua dan saya percaya pesan yang sama diberikan kepada kita semua hari ini juga. <i>"Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung."</i> (Yosua 1:8). <b>Memperkatan, merenungkan dan melakukan firman Tuhan</b> terus menerus, itu akan membuat kita bisa berhasil dalam usaha kita dan beruntung karenanya. Jangan lupa pula pesan berikutnya, <i>"Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, <b>sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi.</b>"</i> (ay 9). Kuatkan dan teguhkan hati dan tolaklah semua godaan, jangan kecut dan menyerah, karena sesungguhnya Tuhan selalu berjalan bersama kita. Dia berjanji untuk terus menyertai kita kemanapun kiat pergi, dan itu artinya Dia selalu siap untuk meluruskan jalan-jalan yang masih bengkok. Oleh sebab itu ingatlah untuk selalu mengandalkan Tuhan dalam melakukan apapun, termasuk untuk lepas dari kebiasaan, perbuatan atau sifat-sifat buruk yang masih ada di dalam diri kita.<br /><br />Sebuah transformasi sudah dianugerahkan Tuhan ketika kita menerima Kristus. <i>"Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."</i> (2 Korintus 5:17). Selanjutnya adalah tugas kita untuk menjaga agar transformasi itu tidak berhenti atau mundur, tetapi terus bertahan bahkan meningkat ke arah yang lebih baik dari hari ke hari. Mengandalkan manusia mungkin sulit, tetapi keberadaan Tuhan yang selalu dekat dengan kita menjelaskan bahwa kita bisa selalu mengandalkanNya. Jika ada di antara teman-teman yang masih sulit lepas dari hal-hal buruk, mulailah hari ini untuk mengandalkanNya. Sesulit apapun itu, ingatlah bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah yang berkuasa di atas segala-galanya.<br /><br /><b>Berjalanlah bersama Tuhan dan andalkan Dia untuk terus maju</b><br /><br />Follow us on twitter: <a href="http://twitter.com/dailyrho">http://twitter.com/dailyrho</a>Renungan Harianhttp://www.blogger.com/profile/12308658208660836499noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3064008403019383087.post-66992117168767448912011-03-05T08:00:00.000-08:002011-03-08T17:06:47.290-08:00Bersabarlah<b>Ayat bacaan: </b>1 Tesalonika 5:14<br />==================<br /><i>"sabarlah terhadap semua orang."</i><br /><br /><img align="left" alt="sabar" src="http://i276.photobucket.com/albums/kk28/renunganharianonline/sabar-1.jpg" />Pernahkah anda bertemu dengan orang-orang yang memakai fasilitas umum sesuka mereka? Saya rasa ini adalah sesuatu yang kita alami sehari-hari. Misalnya ketika mengantri di ATM, selalu saja ada orang yang tidak peduli dengan antrian panjang dibelakangnya. Mereka santai di dalam sehingga membuat orang-orang dibelakangnya kesal. Itupun setelah keluar sama sekali tidak merasa bersalah. Jangankan minta maaf, rona mukanya pun tidak menunjukkan apa-apa. Mengantri di bank pun demikian. Selalu saja ada orang yang berlama-lama ketika sudah mendapat giliran. Demikian pula di antrian-antrian lainnya. Atau bagaimana dengan orang yang berkendara di jalan tapi tidak mematuhi tata tertib berlalu lintas? Contoh kecil saja, berjalan pelan di tengah jalan, membuat kendaraan di belakangnya harus tersendat semua. Atau setelah lampu hijau tapi tidak segera maju, parkir di tengah jalan dan sebagainya. Masalah-masalah kecil seperti ini biasa kita hadapi, dan sedikit banyak bisa membuat kita kehilangan kesabaran. Kita merasa kesal, menggerutu, dan lama-lama mengutuk dan sebagainya. Saya aslinya merupakan orang yang gampang tersulut emosinya. Dan butuh waktu yang tidak sedikit bagi saya untuk pelan-pelan merubah sifat itu. Menjadi sabar bukanlah perkara yang mudah. Tidak peduli seberapa besar keinginan saya dahulu untuk berubah, kerap kali saya gagal. Apa yang membuat saya akhirnya bisa berubah adalah dengan terlebih dahulu <b>merubah pola pikir saya</b>, mengisi hati dan pikiran saya dengan<b> kasih</b>. Ada kalanya saya masih bisa kesal tentu saja, tetapi setidaknya sebuah pandangan untuk mengasihi orang lain akan cepat membuat saya reda sehingga saya tidak harus terjebak pada berbagai jebakan di balik emosi atau kemarahan.<br /><br />Pesan untuk menjadi orang yang sabar berulangkali disampaikan dalam Alkitab, baik di Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Yakobus mengingatkan <i>"Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga <b>lambat untuk marah</b>; sebab <b>amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.</b>"</i> (Yakobus 1:19-20). Janganlah cepat emosi, jangan cepat beradu argumen, tetapi dengarkanlah dahulu apa kata orang, atau cobalah <b>berpikir hal-hal yang positif</b> sebelum kita buru-buru berkomentar. Paulus dalam suratnya kepada jemaat Filipi berkata <i>"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."</i> (Filipi 4:8). Dan itu adalah baik untuk diterapkan agar kita tidak cepat emosi. Orang lama di ATM misalnya, itu bisa mengesalkan kita. Berpikir positiflah tentang itu. Mungkin ada banyak yang harus ia kerjakan, mungkin ia sedang dalam kesulitan, dan pikiran-pikiran seperti itu mampu menjauhkan kita dari ungkapan-ungkapan sesaat akibat kekesalan namun seperti yang dikatakan dalam ayat Yakobus di atas, itu tidaklah mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.<br /><br />Kesabaran itu harus bisa mengisi hari-hari kita. Kekristenan selalu berbicara soal kesabaran dalam menanggung segala sesuatu. Bukankah Tuhan sendiri begitu sabar menghadapi kita? Bayangkan apabila sedikit saja salah kita langsung dibinasakan, apa jadinya kita? Tapi Tuhan bukanlah Pribadi yang seperti itu. Dia selalu sabar menghadapi kita, dan selalu menyambut kita dengan penuh sukacita ketika kita datang kepadaNya. Jika Bapa saja seperti itu, masa kita anak-anakNya malah menunjukkan sikap yang bertolak belakang? Dan Alkitab memang berbicara soal kesabaran dalam menanggung segala sesuatu secara luas. Dalam situasi paling sulit pun kita harus bersabar, apalagi dalam situasi-situasi kecil saja, itu seharusnya tidaklah susah untuk diatasi. Bagaimana Tuhan bisa begitu bersabar kepada kita? Jawabannya hanya satu: <b>karena Dia sungguh sangat mengasihi kita.</b> Kasih punya kekuatan besar untuk mentransformasi manusia dan membawa perbedaan nyata ke arah kebaikan secara luas. Dan Firman Tuhan pun sudah menyatakan demikian.<br /><br />Dalam 1 Korintus 13:4-7 Paulus merinci secara lengkap mengenai hal-hal yang tercakup dalam kasih, dan <b>sabar</b> itu merupakan satu di dalamnya, bahkan disebutkan paling depan. <b><i>"Kasih itu sabar..."</i></b> (ay 3). Jadi menerapkan kasih seharusnya bisa membuat kita menjadi pribadi-pribadi yang lebih sabar. Itu sudah saya buktikan dan ternyata berhasil. Kemudian membiarkan diri kita hidup dipimpin oleh Roh, itupun akan mampu menghasilkan buah-buah Roh dimana salah satunya adalah kesabaran.<i> "<b>Tetapi buah Roh ialah:</b> kasih, sukacita, damai sejahtera, <b>kesabaran</b>, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu."</i> (Galatia 5:22-23). Hidup oleh kasih dan dipimpin oleh Roh akan membuat kita menjadi pribadi-pribadi yang baik seperti yang diharapkan Tuhan.<br /><br />Seruan untuk menjadi orang-orang yang sabar berulang kali diserukan di dalam Alkitab. Dalam Efesus tertulis: <i>"Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan<b> sabar</b>. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu."</i> (Efesus 4:2). Serangkaian nasihat sebelum Paulus menutup suratnya kepada jemaat Tesalonika pun berisi pesan agar kita bisa menjadi orang-orang yang sabar.<b><i> "sabarlah terhadap semua orang." </i></b>(1 Tesalonika 5:14). <br /><br />Kita tidak bisa menghindari persinggungan dengan orang-orang yang sulit ataupun situasi sulit. Membiarkan diri kita gampang kesal hingga emosi tidaklah baik buat diri kita maupun bagi orang-orang disekitar kita. Kita tidak bisa mengelak dari bertemu dengan kondisi-kondisi seperti itu, tapi kita bisa merubah paradigma berpikir kita dengan hal-hal positif, dan mengisi hati kita dengan sikap yang mengasihi orang lain. Kedua hal ini akan mampu membuat diri kita teduh, sejuk dan dengan demikian kita tidak harus kehilangan sukacita dan bisa tetap menikmati hari demi hari secara maksimal. Jika anda berhadapan dengan orang-orang atau situasi yang berpotensi mengesalkan anda, andalkanlah Tuhan. Rohnya ada didalam anda, sehingga buah-buah yang dihasilkan Roh itu akan mampu membuat anda memandang situasi atau orang tersebut dengan pandangan yang berbeda.Miliki pandangan atas dasar kasih dan buah-buah Roh, itu akan membuat kita menjadi orang-orang yang jauh lebih sabar dalam menghadapi situasi apapun.<br /><br /><b>Hiduplah dalam kasih dan hasilkanlah buah-buah Roh </b><br /><br />Follow us on twitter: <a href="http://twitter.com/dailyrho">http://twitter.com/dailyrho</a>Renungan Harianhttp://www.blogger.com/profile/12308658208660836499noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3064008403019383087.post-19691293892001270182011-03-04T08:00:00.000-08:002011-03-08T17:06:47.317-08:00Belajar dari Kisah Zakheus (2)(sambungan)<br /><br />Kedua, <b>Tuhan bukanlah Pribadi yang hanya berpangku tangan, tetapi lebih daripada itu Dia adalah Sosok yang bersikap Pro-Aktif.</b> Dalam beberapa kesempatan Tuhan menunjukkan betapa Dia rela mengulurkan tanganNya terlebih dahulu untuk menggugah kita agar segera bertobat dan kembali ke jalanNya. Dalam kasus Zakheus Yesus menunjukkan hal itu. Dia mau menyapa dan mendatangi orang yang berdosa seperti apapun dan membuka kesempatan untuk bertobat. Dalam kisah kemunculan Yesus di kolam Betesda (Yohanes 5:1-18) Dia mendatangi seseorang yang tampaknya sudah kehilangan harapan karena tidak mampu bersaing dengan para pesakitan lainnya dan menawarkan kesembuhan juga keselamatan.<i> "<b>Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi</b>, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk."</i> (ay 14).Dalam kisah perjumpaan Yesus dengan wanita Samaria di sumur (Yohanes 4:1-42) kita kembali menyaksikan reaksi yang sama. Seorang wanita dari bangsa yang dianggap hina oleh bangsa Yahudi Dia hampiri dan diberikan air hidup. (ay 10), dimana <i>"..barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal."</i> (ay 14).<br /><br />Tuhan selalu mau menjangkau kita terlebih dahulu sebelum kita menjangkauNya. Bahkan Yesus sendiri telah mati ketika kita sendiri masih bergelimang dosa. (Roma 5:8). Dia begitu mengasihi kita dan tidak pernah ingin siapapun dari kita untuk binasa. Dia ingin kita semua selamat, itu kerinduanNya, dan untuk itu Dia tidak segan-segan untuk menjamah kita terlebih dahulu. Firman Tuhan berkata:<b><i> "Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku."</i></b> (Wahyu 3:20). Yesus tidak hanya berpangku tangan, menunggu dan membiarkan kita untuk terus mengarah kepada jurang kebinasaan, tetapi Dia mau mengetuk pintu hati kita agar mau menerimaNya lalu menerima keselamatan daripadaNya. Tidak ada kata terlambat, kesempatan selalu terbuka bagi kita selama kita masih hidup. Dan Tuhan tidak sungkan untuk bertindak terlebih dahulu untuk itu. <br /><br />Hal ketiga yang bisa kita jadikan pelajaran dari kisah Zakheus adalah,<b> jika Tuhan saja mau menjangkau orang berdosa, yang tertolak atau yang dianggap hina dimata masyarakat, mengapa kita tidak mau melakukannya?</b> Mengapa kita tega ikut-ikutan menganggap bahwa mereka memang tidak pantas diselamatkan, tidak jarang pula ada yang tega mengutuki mereka? Seperti halnya kita, mereka pun merupakan ciptaan Tuhan yang Dia kasihi, dan sama-sama Dia inginkan untuk selamat. Aliran kasih Tuhan bisa tersalur kepada mereka lewat kita, representatif Kerajaan Allah di muka bumi pada saat ini. Begitu pentingnya pesan ini maka Yesus pun menyatakan "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Matius 25:40).<br /><br /><br /><br />Keempat, lihatlah bahwa<b> pertobatan kita bisa berdampak luas bukan saja kepada diri kita sendiri tapi bisa menjangkau seisi rumah atau keluarga kita. </b>Yesus dengan jelas berkata kepada Zakheus: <i>"Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi <b>keselamatan kepada rumah ini</b>, karena orang inipun anak Abraham."</i> (Lukas 19:9). Lihatlah bahwa pertobatan satu orang Zakheus ternyata membawa keselamatan kepada seluruh keluarganya. Kembali hal yang sama bisa kita saksikan atas kepala penjara Filipi yang memenjarakan dan memasung Paulus dan Silas. (Kisah Para Rasul 16:19-40). Dalam kisah itu si kepala penjara menyaksikan sendiri bagaimana kuasa tangan Tuhan melepaskan Paulus dan Silas sebagai jawaban atas doa dan puji-pujian yang mereka panjatkan sepanjang malam. Menyaksikan itu, ia pun terhenyak dan ingin bertobat. Paulus dan Silas menjawab:<b><i> "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu."</i></b> (ay 31). Pertobatan kita bisa menjamah hati seisi keluarga, dan Tuhan bisa memakai pertobatan kita untuk membawa keselamatan secara luas bagi keluarga kita. Bagaimana di jaman ini? Seorang Pendeta baru saja memberi kesaksian, bahwa lewat pertobatan seorang wanita, seluruh keluarga besarnya kemudian bertobat dengan Jumlah mencapai lebih dari 100 orang. <br /><br />Sebuah kasih yang sejati dari Allah memiliki kuasa yang sangat besar untuk membawa transformasi baik kepada pribadi orang per-orang bahkan kepada kota, negara bahkan dunia. Kasih sejati dari Allah itu sanggup menyentuh hati dan mengubah hidup. Tidak peduli seberapa besar dosa kita di masa lalu, selalu ada pengampunan untuk itu. <i>"Marilah, baiklah kita berperkara! --firman TUHAN--Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba."</i> (Yesaya 1:18). Kepada salah seorang yang disalibkan di sebelah Yesus, Dia berkata<i> "..sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."</i> (Lukas 23:43). Tuhan selalu membuka pintu selebar-lebarnya untuk menerima pertobatan dan mengampuni kita, lebih dari itu Dia pun tidak segan-segan bertindak pro-aktif untuk menjangkau kita terlebih dahulu. Begitu besar kasih karunia Tuhan kepada kita, sehingga sudah seharusnya kita pun tidak menutup mata dari orang-orang yang mungkin dikucilkan dari masyarakat atau yang merasa tidak lagi punya pengharapan. Merekapun dikasihi Tuhan sama seperti kita, dan itu harus kita sampaikan kepada mereka. Marilah kita bersyukur atas kebaikan Tuhan yang terus mencurahkan berkat dan kasih karuniaNya kepada kita, dan marilah kita salurkan semua itu kepada orang lain. <br /><br /><b>Kasih yang tulus mampu menyentuh hati dan membawa transformasi hidup</b><br /><br />Follow us on twitter: <a href="http://twitter.com/dailyrho">http://twitter.com/dailyrho</a>Renungan Harianhttp://www.blogger.com/profile/12308658208660836499noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3064008403019383087.post-49527383154487911742011-03-03T08:00:00.000-08:002011-03-08T17:06:47.357-08:00Belajar dari Kisah Zakheus (1)<b>Ayat bacaan:</b> Lukas 19:5<br />==================<br /><i>"Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu."</i><br /><br />Sampai sebatas mana besar dosa kita agar masih punya kesempatan untuk diampuni? Ini merupakan pertanyaan yang mungkin sering muncul di pikiran banyak orang. Saya sudah bertemu dengan banyak orang yang merasa dirinya tidak lagi pantas untuk diselamatkan. Mereka terus merasa tertuduh akibat segala perbuatan mereka yang menyimpang di masa lalu dan merasa sulit untuk lepas dari trauma masa lalunya. Tidak jarang di antara mereka berpikir bahwa Tuhan jijik terhadap mereka dan kesempatan buat mereka sudah tertutup. Menjadi orang yang terbuang sepanjang masa, seperti yang mungkin sudah mereka alami sehari-hari dari sikap sesama manusia yang menolak mereka. Apakah Alkitab menyatakan demikian? Apakah Tuhan pada suatu ketika akan merasa putus asa dan berhenti mengasihi seseorang karena dosa-dosanya di waktu lalu? Tidak, Alkitab tidak pernah menyatakan demikian. Tuhan selalu menantikan anak-anakNya untuk segera berbalik dan kembali kepadaNya. Dia akan segera menyambut dengan penuh sukacita, bersama seisi Surga ketika satu anakNya melakukan pertobatan. <b>Perumpamaan Anak yang Hilang</b> dalam Lukas 15:1-32 menggambarkan hati Bapa itu dengan sangat jelas. Tapi hari ini tidak akan membahas perumpamaan ini. Saya ingin mengajak teman-teman sekalian untuk melihat apa yang terjadi pada Zakheus, seorang pemungut cukai yang dibenci masyarakat. <br /><br />Mari kita baca Lukas 19:1-10. Zakheus adalah seorang yang kaya raya, dengan kekayaan yang ia peroleh dari sebuah pekerjaan yang dibenci rakyat yaitu sebagai kepala pemungut cukai atau penagih pajak alias tax collector. Itu sebuah pekerjaan yang sangat tidak terpuji di mata rakyat. Bekerja pada penjajah, seorang pengkhianat yang memeras saudara-saudara sebangsanya sendiri demi kekayaan penjajah termasuk memperkaya dirinya sendiri. Meski kaya raya, ia dikatakan bertubuh pendek. Itulah sebabnya ia kesulitan untuk bisa melihat seperti apa Yesus itu ketika berkunjung ke kotanya. Ia kesulitan menembus kerumunan orang dan kalah tinggi dibanding kerumunan orang pada umumnya. Sebuah pertanyaan muncul di pikiran saya: seandainya ia memang kaya raya, mengapa ia tidak memakai hartanya untuk mendapat fasilitas lebih? Dengan kekayaannya mungkin ia bisa menyewa karpet merah atau menutup jalan. Saya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada saat itu. Mungkin ia sudah begitu dibenci orang sehingga ia bisa celaka jika melakukan hal-hal seperti itu, atau bisa jadi ia sudah mulai menyesali perbuatannya pada waktu itu dan tidak mau melakukan sesuatu yang bisa membuatnya semakin buruk. Keinginannya untuk melihat Yesus, itu bisa menjadi dasar pemikiran saya bahwa pada saat itu Zakheus sudah mulai menyesali pekerjaannya tetapi merasa ragu apakah ia masih layak diampuni atau tidak. Keingintahuannya akan Yesus kemudian membuatnya melakukan demikian:<i> "Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ."</i> (ay 4). Perhatikan usahanya. Ia berlari dan segera memanjat pohon agar ia bisa punya kesempatan untuk melihat Yesus, sebab dengan ukuran tubuhnya ditambah kebencian orang terhadapnya, tidak akan ada peluang baginya untuk bersaing dengan kerumunan orang banyak. Tidak akan ada orang yang mau memberinya jalan, jadi buat apa bersusah payah? Lebih baik memanjat pohon, dengan resiko terjatuh sekalipun, agar saya bisa melihat Yesus. Itu mungkin yang ada di pikirannya.<br /><br />Lalu Yesus pun melihatnya sedang bertengger di atas pohon sendirian. Sebuah pemandangan yang lucu bagi kita, tapi tidak bagi Yesus. Yesus berkata: <b><i>"Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu."</i></b>(ay 5). Dari sekian banyak orang disana, mengapa Yesus malah menyapa Zakheus yang dibenci sebagai lintah dan penghianat bangsa, bahkan meminta untuk menumpang di rumahnya? Tetapi itulah yang dilakukan Yesus. Maka Zakheus pun segera turun dan menyambut Yesus dengan penuh sukacita. (ay 6). Yesus tidak peduli meski begitu banyak orang yang kemudian mencibir terhadap keputusanNya tersebut. Selanjutnya kita tahu bahwa Zakheus bertobat. <i>"Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat."</i> (ay 8). Dan saat itu juga keselamatan pun menjadi milik Zakheus berserta seluruh keluarganya.<i> "Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi <b>keselamatan kepada rumah ini</b>, karena orang inipun anak Abraham."</i> (ay 9). Zakheus yang dibenci orang banyak, tertolak bahkan disebut sebagai "orang berdosa" (ay 7), tetapi <b>pertobatannya membuatnya mengalami keselamatan beserta keluarganya</b>. <br /><br />Dari kisah ini kita bisa melihat beberapa hal. Pertama, <b>Tuhan memang membenci dosa, tetapi Dia jelas tidak membenci orang berdosa</b>. Justru sebaliknya, Tuhan mengasihi orang-orang seperti ini dan semua manusia tanpa terkecuali, termasuk anda dan saya. Dan justru untuk orang-orang yang berdosa seperti kitalah Yesus rela turun ke dunia dan menanggung semuanya demi membebaskan kita. Semua karena kasihNya yang begitu besar kepada kita. Yesus berkata: "Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." (ay 10). Pada saat berbeda Yesus juga menyatakan:<b><i> "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit...Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."</i></b> (ay 12-13) juga berkata <b><i>"..sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya."</i></b> (Yohanes 12:47). Zakheus memang mengambil pilihan yang keliru pada mulanya. Ia berbuat dosa sama seperti kita juga yang tidak luput dari kesalahan. Tetapi yang membedakan adalah bagaimana kita menyikapi dosa itu. Apakah kita mau bertobat dan berhenti melakukannya atau masih terus memilih untuk menjalaninya. Zakheus mengambil pilihan tepat dengan melakukan pertobatan, dan ia pun selamat. Bukan hanya dirinya tetapi seisi rumahnya juga menerima anugerah keselamatan itu, tanpa memandang besar kecilnya dosa yang pernah ia perbuat. Jika kepada Zakheus kasih karunia Tuhan yang besar itu bisa turun, mengapa tidak pada kita? Selama kita mau mengakui kesalahan dan bertobat, maka saat itu juga pengampunan diberikan Tuhan dengan sambutan yang penuh sukacita.Tuhan siap menganugerahkan keselamatan kepada orang yang mau datang kepadaNya. <br /><br />(bersambung)Renungan Harianhttp://www.blogger.com/profile/12308658208660836499noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3064008403019383087.post-79101703500286939132011-03-02T08:00:00.000-08:002011-03-08T17:06:47.383-08:00Menghargai Berkat<b>Ayat bacaan:</b> Yohanes 6:12<br />====================<br /><i>"Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang."</i><br /><br /><img align="left" alt="membuang makanan" src="http://i276.photobucket.com/albums/kk28/renunganharianonline/makanan-sisa.jpg" />Ada seorang teman saya yang setiap kali makan benar-benar tanpa sisa. Sehabis makan piringnya bisa kelihatan mengkilat seperti tidak pernah disentuh makanan. Kalau makan ikan benar-benar sampai bagian yang sama sekali tidak bisa dimakan. Begitu juga kalau makan daging bertulang atau ayam. Karenanya saya selalu tertarik melihatnya makan sampai selesai. Suatu kali saya menanyakan kenapa dia sampai makan seperti itu. Ia pun bercerita sebuah pengalaman ketika masih kecil. Pada suatu hari ia mengambil makanan begitu banyak. Ibunya membiarkan saja ia mengambil berlebih seperti itu. Tentu saja akhirnya makanan itu bersisa banyak. Disaat itulah kemudian ibunya memarahi dan kemudian mengharuskannya menghabiskan semuanya sampai tuntas. Ia menangis dan dengan terpaksa makan semua yang telah ia ambil sambil ditunggui ibunya. Sejak saat itu ia belajar untuk tidak lagi membuang-buang makanan. Ini pelajaran yang mungkin keras bagi anak kecil, tetapi itu adalah sebuah ajaran yang baik karena membuang-buang makanan bukanlah hal yang bagus untuk dilakukan, terlebih Tuhan pun tidak ingin kita melakukannya.<br /><br />Kemarin kita sudah melihat bagaimana dua kali Tuhan mengabulkan permintaan bangsa Israel akan makanan dalam Ulangan 16:1-36. Dalam dua kali kesempatan ketika Tuhan menurunkan roti dan burung puyuh, dua kali pula Tuhan berpesan agar mereka <b>mengambil secukupnya sesuai kebutuhan</b> dan <b>tidak membuang-buang sisanya</b>, yaitu pada ayat 4 dan 13. Tuhan tidak suka jika berkatNya kita buang sia-sia. Disaat orang lain ada yang membutuhkan, ada yang mati kelaparan, bagaimana mungkin kita tega membuang makanan tanpa peduli akan nasib mereka? Jika itu kita lakukan, bagaimana kita bisa menjadi terang dan garam, dan bagaimana kita bisa mengaku mengenal Tuhan? <br /><br />Sebuah contoh lain mengenai ketidaksukaan Tuhan terhadap membuang-buang berkat atau dalam skala kecil salah satunya membuang-buang sisa makanan bisa kita lihat dalam kisah Yesus menggandakan lima roti dan dua ikan. Yang harus diberi makan pada saat itu bukan hanya puluhan, bukan ratusan tetapi ribuan orang. Apa yang dipergunakan Yesus pada saat itu tidak lain adalah <b>sisa makanan yang ada pada seorang anak, yaitu lima roti dan dua ikan</b>. Itulah yang kemudian mampu mengenyangkan ribuan orang dan masih bersisa. Berkat yang berkelimpahan dijanjikan Tuhan, dan itu bisa kita lihat kembali pada kisah ini seperti halnya kepada bangsa Israel di jaman Musa di atas. Tapi lihatlah apa kata Yesus mengenai makanan sisa ini. "Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya:<i> "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang."</i> (Yohanes 6:12). Begitu pentingnya pesan ini, sehingga keempat Penulis Injil menuliskan hal tersebut yaitu dalam Matius 14:20, Markus 6:43 dan Lukas 9:17. <br /><br />Membuang-buang sisa makanan itu sama artinya dengan tidak menghargai Pemberi berkat.Untuk disimpan sendiri saja sudah salah, apalagi jika kita buang-buang? Tidakkah kita seharusnya sedih dan merasa tergerak melihat begitu banyaknya gelandangan, orang terlantar dan anak-anak yang kelaparan bahkan hingga mati di berbagai tempat, termasuk di sekitar kita? Ketika kita menghamburkan uang untuk membeli sesuatu yang hanya kita buang sia-sia dalam waktu singkat atau hidup dalam limpahan kemewahan berlebihan, sudahkah kita peduli bahwa ada anak yang tengah menangis kelaparan pada saat yang sama? Kita bisa berpikir bahwa itu hak kita, karena uang yang kita pakai pun adalah hasil jerih payah kita bekerja. Tetapi jangan lupa bahwa semua itu berasal dari Tuhan yang memberkati pekerjaan kita. Intinya seperti yang saya katakan kemarin, kita tidak boleh lupa bahwa kita diberkati untuk memberkati. Tuhan tidak ingin anak-anakNya menjadi tamak, egois dan serakah atas berkatNya. Dia mau kita menjadi terang dan garam, menjadi saluran berkat bagi orang lain, dan dengan demikian semakin banyak pula orang yang akan memuliakan Tuhan. Firman Tuhan juga berkata:<i> "Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."</i> (Lukas 6:38). Ini adalah sesuatu yang harus pula kita ingat baik-baik.<br /><br />Ketika kita berdoa meminta Tuhan memberkati usaha kita dan memberi kelimpahan buat kita, ingatlah bahwa ada kewajiban yang harus kita lakukan disana. Apakah kita sudah menghargai berkat Tuhan secara benar dan menjalankan kewajiban kita seperti yang Dia kehendaki? Ingatlah bahwa semua yang kita miliki bukanlah atas hasil jerih payah kita semata, tetapi itu merupakan berkat yang indah dari Tuhan. Kita semua punya hak untuk memakai uang yang kita peroleh dari pekerjaan kita, itu benar, tetapi Tuhan mengingatkan kita untuk memakai secukupnya dan tidak melupakan orang lain yang pada saat yang sama. Tuhan tidak pernah terbatas untuk melimpahkan berkatNya bagi kita, jadi tidak ada yang perlu kita takutkan. Kita harus terus melatih diri kita hingga kita bisa merasakan kebahagiaan ketika kita memberi, sampai firman Tuhan berikut ini bisa tertanam di dalam diri kita: <i>"Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima."</i> (Kisah Para Rasul 20:35). Agar kita bisa menghargai berkat Tuhan secara baik kita bisa mulai dari yang kecil, seperti tidak membuang-buang makanan misalnya. Mari kita lihat ke sekeliling kita, adakah tetangga yang sedang kesusahan? Maukah kita membagi berkat kepada mereka?<br /><br /><b>Bersyukurlah atas berkat Tuhan dengan membagikannya kepada sesama</b><br /><br />Follow us on twitter: <a href="http://twitter.com/dailyrho">http://twitter.com/dailyrho</a>Renungan Harianhttp://www.blogger.com/profile/12308658208660836499noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3064008403019383087.post-14910445545621015422011-03-01T08:00:00.000-08:002011-03-08T17:06:47.408-08:00Hidup dengan Rasa Cukup<b>Ayat bacaan:</b> Ulangan 16:16<br />====================<br /><i>"Beginilah perintah TUHAN: Pungutlah itu, tiap-tiap orang menurut keperluannya; masing-masing kamu boleh mengambil untuk seisi kemahnya, segomer seorang, menurut jumlah jiwa."</i><br /><br /><img align="left" alt="hidup dengan rasa cukup" src="http://i276.photobucket.com/albums/kk28/renunganharianonline/hidup-cukup.jpg" />Seorang teman dalam status di akun jejaring sosialnya menulis: "Bumi cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh manusia tetapi tidak cukup untuk mencukupi satu orang tamak." Apa yang ia tuliskan ini tampaknya diambil dari sebuah kutipan kata-kata bijak <b>Mahatma Gandhi</b> yang berbunyi: <b><i>“Earth provides enough to satisfy every man's need, but not every man's greed"</i></b>. Apa yang dikatakan oleh Mahatma Gandhi ini sesungguhnya mengandung makna penting agar kita bisa bersyukur dengan apa yang kita miliki karena Tuhan telah menyediakan segalanya dengan baik dan cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh manusia di bumi ini. Betapa seringnya kita terus merasa tidak puas dengan apa yang kita miliki. Kita terus ingin lebih dan lebih lagi, sering iri melihat apa yang dimiliki oleh orang lain, bahkan tidak sedikit yang berani menuduh Tuhan pilih kasih atau tidak adil. Mudah bagi kita untuk menginginkan lebih banyak tetapi sulit bagi kita untuk merasa cukup dan bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini. <br /><br />Sebuah kisah mengenai cukup dan tamak diperlihatkan oleh bangsa Israel pada masa pengembaraan mereka dibawah pimpinan Musa menuju tanah yang dijanjikan Tuhan kepada mereka. Bangsa Israel adalah bangsa keras kepala yang selalu sulit untuk bersyukur. Meski sudah berkali-kali mereka menyaksikan langsung bagaimana penyertaan dan mukjizat Tuhan turun atas mereka, tetapi mereka tetap saja bersungut-sungut dan terus menuntut. Dalam Keluaran 16:1-36 kita bisa melihat sebuah contoh mengenai sifat mereka ini. Pada bagian ini diceritakan ketika bangsa Israel berangkat dari Elim dan tiba di padang gurun Sin, setelah satu setengah bulan berada dalam perjalanan. Karena kelaparan dan mungkin bekal mereka habis, mulailah mereka bersungut-sungut dan berkata <i>"Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan."</i> (ay 3). Tuhan mengasihi mereka lalu menjawab permintaan mereka dengan mengirimkan hujan roti dari langit. "Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: <i>"Sesungguhnya Aku akan menurunkan dari langit hujan roti bagimu; maka bangsa itu akan keluar dan <b>memungut tiap-tiap hari sebanyak yang perlu untuk sehari</b>, supaya mereka Kucoba, apakah mereka hidup menurut hukum-Ku atau tidak."</i> (ay 4). Perhatikan bahwa dalam ayat ini meski Tuhan mengabulkan permintaan mereka, namun ada sebuah pesan penting dari Tuhan agar mereka memungut secukupnya saja. Tapi mereka merasa belum juga cukup. Tuhan pun kembali menurunkan burung puyuh sampai menutupi perkemahan mereka. (ay 13). Dan kembali Tuhan memberi pesan: <i>"Pungutlah itu, tiap-tiap orang menurut keperluannya; masing-masing kamu boleh mengambil untuk seisi kemahnya, segomer seorang, menurut jumlah jiwa."</i> (ay 16). Dari kisah ini kita bisa melihat bahwa meski Tuhan bisa memberkati kita secara berkelimpahan, tetapi kita tidak boleh terjebak kepada nafsu ketamakan. <b>Hidup sederhana atau secukupnya</b> merupakan gaya hidup yang diinginkan Tuhan untuk dimiliki oleh anak-anakNya.<br /><br />Ada banyak orang yang salah kaprah dalam menyikapi berkat yang diberikan Tuhan. Mereka berpikir bahwa semua itu adalah untuk membuat mereka bisa hidup mewah, berfoya-foya menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang tidak perlu benar. Kita harus ingat bahwa Tuhan memberi berkat bukan untuk kita simpan sendiri tetapi untuk memberkati orang lain. Kita diberkati untuk memberkati. Dalam kitab Yehezkiel dikatakan:<i> "Kalau seseorang adalah orang benar dan ia melakukan keadilan dan kebenaran..tidak menindas orang lain, ia mengembalikan gadaian orang, tidak merampas apa-apa, memberi makan orang lapar, memberi pakaian kepada orang telanjang, tidak memungut bunga uang atau mengambil riba, menjauhkan diri dari kecurangan.."</i> dan sebagainya. (bacalah Yehezkiel 18:5-9) Dalam Perjanjian Baru pun pesan seperti ini disampaikan beberapa kali, misalnya lewat Yakobus. <i>"Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: "Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!", tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?"</i> (Yakobus 2:15-16). Perhatikanlah bahwa Tuhan menginginkan kita untuk menjadi saluran berkatNya dan bukan untuk membuat kita menjadi orang-orang yang serakah. <br /><br />Dalam kisah turunnya hujan roti dan burung puyuh di atas kita melihat dua kali pesan Tuhan berbunyi sama, agar mereka mengambil secukupnya saja. Jika hari ini ada diantara anda yang merasa masih hidup dalam kekurangan, ingatlah bahwa sesungguhnya Tuhan telah memberikan segala sesuatu di muka bumi ini secara cukup untuk kita olah, manfaatkan dan maksimalkan. Kita harus terus belajar untuk hidup dengan rasa cukup. Apa yang dikatakan cukup oleh firman Tuhan? <b><i>"Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah." </i></b>(1 Timotius 6:8). Dan ingatlah bahwa <b><i>"Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar."</i></b> (ay 6). Sebaliknya apabila anda diberkati hari ini dengan penghasilan yang besar, bersyukurlah dan pergunakan untuk memberkati sesama. Membantu yang kekurangan, menolong yang kelaparan, memberi pakaian bagi yang kurang mampu, semua itu adalah tugas dan kewajiban kita sebagai orang percaya. Apa yang dikatakan Gandhi benar. Bumi ini sudah diciptakan Tuhan dengan begitu baik sehingga cukup untuk semua manusia, terlebih ketika kita orang percaya bisa berfungsi secara benar sesuai panggilan Tuhan. Tetapi dunia dan segala isinya ini tidak akan pernah cukup bagi orang-orang yang tamak atau serakah, yang ingin selalu memiliki lebih dan lebih lagi tanpa pernah merasa bersyukur. Hendaklah kita semua hidup dengan rasa cukup dan tidak dikuasai oleh sifat serakah. Dalam keadaan apapun tetaplah bersyukur dan ingatlah bahwa di atas segalanya Tuhan sendiri yang akan memelihara hidup kita.<br /><br /><b>Hiduplah dengan rasa cukup dan hindari sifat tamak</b><br /><br />Follow us on twitter: <a href="http://twitter.com/dailyrho">http://twitter.com/dailyrho</a>Renungan Harianhttp://www.blogger.com/profile/12308658208660836499noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3064008403019383087.post-27511131364350228022011-02-28T08:00:00.000-08:002011-03-08T17:06:47.442-08:00Teamwork<b>Ayat bacaan:</b> Ibrani 10:24<br />==================<br /><i>"Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik."</i><br /><br /><img align="left" alt="teamwork, kerja sama" src="http://i276.photobucket.com/albums/kk28/renunganharianonline/teamwork.jpg" />Saya baru saja pulang dari sebuah pertemuan informal di sebuah cafe dengan beberapa unsur terkait dalam dunia musik. Sebuah sesi obrolan santai selama 4 jam penuh canda tawa, tetapi tetap dipenuhi tukar pikiran dari masing-masing yang hadir. Ada hal yang saya tahu, ada banyak pula yang saya tidak tahu. Dengan obrolan yang hanya berlangsung selama beberapa jam itu saja ada begitu banyak ide yang terlontar, ide-ide, saling memberi masukan dan sebagainya. Saya membayangkan bagaimana seandainya masing-masing berjalan sendiri-sendiri, tentu akan sulit bagi kita untuk bisa maju, setidaknya tidak akan bisa maksimal. Sejatinya manusia memang diciptakan bukan menjadi mahluk yang tahu segalanya. Kita diciptakan sebagai <b>mahluk sosial</b> yang harus saling <b>berinteraksi</b> dan <b>terintegrasi</b> dengan orang lain. Itu sejak awal sudah menjadi pandangan Tuhan, yang mengatakan <i>"Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja.."</i> (Kejadian 2:18). Dalam pekerjaan kita butuh rapat-rapat untuk melihat sampai sejauh mana denyut nadi perusahaan dalam jangka waktu tertentu, dalam berorganisasi kita butuh hal yang sama agar semua bisa berjalan seirama dan mengevaluasi sampai dimana pencapaian saat ini dan sebagainya. Kita adalah bagian dari masyarakat, pada suatu ketika kita akan menyadari bahwa kita butuh orang lain untuk bertahan hidup. <br /><br />Firman Tuhan dalam banyak kesempatan mengingatkan kita agar tidak berjalan sendiri-sendiri, menjadi manusia yang absolut dan merasa kita sanggup melakukan segalanya sendirian.<i> "Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya...Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan."</i> (Pengkotbah 4:9-10,12). Dalam hal-hal kerohanian pun demikian. Sebuah teamwork yang kokoh dibutuhkan bukan saja untuk kepentingan kita, kelompok atau sesama manusia secara umum, tetapi juga untuk menyatakan terang Allah dan memperluas KerajaanNya di muka bumi ini. <br /><br />Kita tidak bisa berjalan sendirian, karena tekanan dan godaan akan selalu ada disekitar kita setiap saat. Cepat atau lambat kita akan kehabisan bensin, kelelahan dan menjadi lemah. Disaat seperti itulah kita butuh dukungan dari teman-teman terutama yang seiman agar kita bisa kembali bangkit dari keterpurukan. Sebuah teamwork yang baik adalah kumpulan orang-orang yang memiliki tujuan yang sama, berjalan ke arah yang sama dan berisi orang-orang yang saling peduli satu sama lain dan tidak mementingkan diri sendiri serta diarahkan kepada tujuan-tujuan yang positif, baik dan membangun. Seperti itulah idealnya. Saling menasihati, memberi masukan, menegur jika perlu, dan saling mengulurkan tangan untuk membantu, itu akan membuat kita semua bisa bertumbuh dengan baik dan dapat kembali bangkit dari keterpurukan. Dikala kita butuh ada teman, dikala teman butuh ada kita. Tidakkah itu terdengar sangat indah? <br /><br />Dalam Ibrani kita bisa memperoleh ayat yang menyatakan hal ini dengan jelas. <b><i>"Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik."</i></b> (Ibrani 10:24) Inilah kuncinya. Saling memperhatikan, saling mendorong, dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Untuk itulah kita diingatkan agar tidak menjauh dari pertemuan-pertemuan dimana kita bisa saling mengisi dan menguatkan lewat firman Tuhan, saling mengingatkan akan janji-janji Tuhan termasuk apa yang harus kita lakukan untuk menuainya. Ayat selanjutnya berbunyi:<i> "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat."</i> (ay 25). Cara hidup jemaat mula-mula yang dicatat dalam Kisah Para Rasul 2:41-47 bisa kita jadikan cerminan akan hal ini. <br /><br />Untuk memperluas Kerajaan Allah dan menyatakan kemuliaanNya di muka bumi ini pun demikian. Kita tidak bisa melakukan segala sesuatunya sendirian. Masing-masing kita telah dikaruniai talenta atau bakat-bakat tersendiri yang akan bisa menjadi sesuatu yang luar biasa jika disinergikan dengan orang-orang lain yang memiliki talenta berbeda untuk mencapai tujuan yang sama, berjalan ke arah yang sama. Paulus telah mengingatkan hal tersebut dalam surat Roma.<i> "Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain. Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita.."</i> (Roma 12:4-6). Dan ingatlah bahwa kita semua adalah anggota-anggota tubuh dengan <b>Kristus sendiri sebagai Kepala</b> (Efesus 4:15), <i>"Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, --yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota--menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih."</i> (ay 16).<br /><br />Ke Gereja sekali seminggu itu tidaklah cukup, apalagi jika anda belum tertanam di satu Gereja pun untuk bertumbuh. Membaca firman Tuhan sekali-kali itu pun belum cukup. Kita perlu mengisi hari-hari kita dengan merenungkan firman Tuhan, membahasnya bersama teman-teman dalam persekutuan, saling mempehatikan lewat pertemuan, telepon, email, sms dan sebagainya agar kita tidak lemah dan bisa terus bertumbuh meski dalam kondisi apapun. Jangan abaikan kesempatan untuk saling berbagi dan menguatkan selagi kesempatan masih ada, dan temukanlah potensi-potensi yang telah diberikan Tuhan dalam hidup setiap kita, pergunakan dan kembangkanlah secara bersama-sama, sehingga masing-masing potensi yang berbeda itu bisa bersatu menjadi sebuah kekuatan yang luar biasa dimana Tuhan bisa kita permuliakan di dalamnya.<br /><br /><b>There's no superman, but there's superteam</b><br /><br />Follow us on twitter: <a href="http://twitter.com/dailyrho">http://twitter.com/dailyrho</a>Renungan Harianhttp://www.blogger.com/profile/12308658208660836499noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3064008403019383087.post-40786854613671437322011-02-27T08:00:00.000-08:002011-03-08T17:06:47.464-08:00Sportivitas<b>Ayat bacaan:</b> 2 Timotius 2:5<br />=====================<br /><i>"Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga."</i><br /><br /><img align="left" alt="paolo di canio, sportivitas, menjunjung tinggi peraturan" src="http://i276.photobucket.com/albums/kk28/renunganharianonline/sportivitas.jpg" />Bagi penggemar sepak bola, tentu nama <b>Paolo di Canio</b> tentu tidaklah asing meski ia sudah mengundurkan diri dari lapangan rumput tiga tahun yang lalu. Paolo dikenal memiliki tempramen meledak-ledak sehingga label <i>"bad boy"</i> pun sempat disematkan kepadanya. Tetapi uniknya, Paolo juga dikenang sebagai sosok dengan gelar <i>"A Gentlemen Conduct of Sportmanship"</i> dan membawanya memperoleh <i>FIFA Fair Play Award</i> di tahun 2001. Apa yang membawanya untuk memperoleh penghargaan itu? Kejadiannya di tahun 2000 ketika Paolo masih bermain untuk West Ham. Dalam sebuah pertandingan melawan Everton menjelang menit-menit akhir, Paolo mendapat sebuah umpan matang yang seharusnya tidak sulit untuk dia lesakkan ke gawang. Pada saat itu kiper Everton Paul Gerrard tengah tergeletak, sehingga gawang Everton kosong melompong tanpa penjaga. Situasi itu seharusnya sangat menguntungkan bagi Di Canio dan West Ham, karena hanya dengan sekali tendang saja ia bisa mencetak gol dengan mudah. Tetapi apa yang dilakukan Di Canio? Mencengangkan. Ia ternyata memilih untuk menangkap bola dan meminta agar pertandingan dihentikan dahulu untuk menolong kiper Everton yang cedera. Dengan keputusannya itu West Ham harus puas dengan hasil imbang 1-1. Kemenangan yang sudah didepan mata bisa diperoleh jika Paolo memanfaatkan situasi tersebut, tetapi lebih daripada menginginkan kemenangan, Paolo memilih untuk melakukan hal yang lebih penting yaitu bersikap sportif sesuai peraturan bermain bola dan tentu saja rasa keadilan. Apa yang ia lakukan tetap dikenang orang hingga hari ini. Sebuah iklan fair play yang begitu sering diputar pada saat Piala Dunia 2010 lalu pun kemudian menggambarkan peristiwa sportivitas Di Canio tersebut secara sangat mirip. <br /><br />Apa yang dilakukan Di Canio tersebut adalah sesuatu yang sangat langka. Pemain-pemain bola akan cenderung memanfaatkan situasi seperti apapun untuk bisa memenangkan pertandingan. Mereka akan berpura-pura jatuh ketika gawang terancam, mereka melebih-lebihkan pelanggaran yang dilakukan lawan agar mendapat keuntungan apabila lawannya mendapat kartu, dan tentu saja tidak akan melewatkan kesempatan jika ada situasi yang sangat menguntungkan seperti dalam peristiwa di atas. Tidak saja di lapangan sepak bola, tetapi di dunia secara umum pun demikian. Menghalalkan segala cara untuk bisa menang atau meraup keuntungan, memanfaatkan kesempatan untuk menang meski dengan cara yang tidak adil atau tidak sportif bukan saja menjadi kebiasaan di dunia olah raga saat ini tetapi itu juga menjadi cerminan apa yang dianggap wajar bagi banyak orang. Kita terbiasa sikut-sikutan untuk sukses dan tidak merasa bersalah jika harus mengorbankan orang lain demi mencapai tujuan kita. Banyak orang percaya bahwa apapun boleh dilakukan yang penting menang. Tetapi Alkitab berbicara lain. Sebuah kemenangan bukan saja tergantung dari hasil akhir, tetapi <b>proses dalam mencapainya</b> juga merupakan hal yang justru jauh lebih penting untuk kita perhatikan.<br /><br />Dalam suratnya kepada Timotius, Paulus mengingatkan agar kita menjunjung tinggi sportivitas, kejujuran dan keadilan sesuai dengan peraturan dalam berlomba.<b><i> "Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga."</i></b> (2 Timotius 2:5). Anda mungkin bukan seorang olahragawan profesional, tetapi pesan ini sangatlah penting untuk kita ingat dalam meniti hidup kita, karena sebuah kehidupan seyogyanya merupakan sebuah perlombaan. Ada garis <i>finish</i> yang akan dicapai oleh semua orang pada suatu ketika, dan menang atau tidak bukan saja tergantung dari bagaimana kita bisa menjaga diri kita untuk tampil baik hingga finish, tetapi juga bagaimana proses yang kita lakukan selama berlomba sampai ke garis akhir. Secara tegas Paulus mengatakan bahwa sebuah mahkota juara hanyalah bisa diperoleh apabila kita bertanding sesuai dengan peraturan-peraturan. Dengan kata lain, <b>kita hanya bisa dikatakan menang jika kita mengikuti aturan</b>. Peraturan-peraturan dibuat ternyata bukan saja untuk membuat segala sesuatu berjalan tertib dan teratur, tetapi juga untuk membuat kita bisa menang.<br /><br />Hidup adalah sebuah perlombaan. Apa yang akan kita peroleh kelak akan sangat tergantung dari bagaimana cara kita dalam menyikapi perlombaan. Apakah kita sudah cukup serius dalam melakukannya atau kita masih terus menyia-nyiakan kesempatan atau bahkan melakukan kecurangan serta pelanggaran akan peraturan-peraturan Tuhan yang telah Dia tetapkan sebelumnya. Penulis Ibrani mengatakan <i>"Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita."</i> (Ibrani 12:1) Adalah penting bagi kita untuk menanggalkan segala sesuatu yang bisa memberatkan langkah kita untuk mencapai garis akhir dengan kemenangan, dan selanjutnya hendaklah kita bertekun dalam menjalaninya. Sebuah kunci pun kemudian diberikan pada ayat berikutnya, yaitu <i>"..dengan mata yang tertuju kepada Yesus.."</i> (ay 2). Mengarahkan pandangan kepada Yesus, bukan kepada hal-hal lain yang merintangi kita seperti kesusahan, himpitan beban hidup dan sebagainya yang lambat laun akan membuat kita bisa bersikap menghalalkan segala sesuatu meski dengan cara yang tidak baik tanpa rasa bersalah sama sekali. Semua orang ingin menang, namun perhatikanlah setiap langkah yang kita peroleh untuk bisa mencapainya. <br /><br />Paulus mencapai garis akhirnya dengan gilang gemilang. Ia bisa berkata dengan kepala yang tegak:<i> "Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya."</i> (2 Timotius 4:7-8). Mampukah kita berkata sama? Ketaatan terhadap peraturan Tuhan merupakan hal yang tidak bisa kita abaikan. Yesus menang bukan lewat membumihanguskan orang-orang yang jahat, tetapi justru karena ketaatanNya terhadap kehendak Bapa. Ini bisa menjadi gambaran yang jelas bagi kita untuk memperhatikan betul bagaimana cara kita untuk mencapai keberhasilan demi keberhasilan dalam perlombaan hidup kita hingga mencapai garis akhir.<br /><br />Saya yakin hingga hari ini Paolo merasa sangat bangga mengambil keputusan bersikap sportif 11 tahun yang lalu, yang membuatnya dikenang banyak orang dengan indah dan tercatat dengan tinta emas dalam sejarah penerima <i>Fair Play award</i>. Marilah kita melakukan hal yang sama. Meski itu mungkin terlihat merugikan pada saat ini, namun suatu ketika nanti anda akan tersenyum bangga telah mengambil sebuah keputusan yang tepat. Sebuah sportivitas merupakan sikap yang menjunjung tinggi aturan dan taat kepada aturan, yang justru lebih bernilai ketimbang sebuah kemenangan itu sendiri. Ketika dunia berpikir bahwa adalah wajar untuk melakukan apapun asal bisa menang, orang-orang percaya seharusnya memperhatikan proses yang dilakukan untuk mencapainya. Sebab tanpa itu semua, kita tidak akan pernah bisa memperoleh mahkota kehidupan sebagai seorang juara di mata Tuhan.<br /><br /><b>Ketaatan akan membawa kita menjadi juara sejati</b><br /><br />Follow us on twitter: <a href="http://twitter.com/dailyrho">http://twitter.com/dailyrho</a>Renungan Harianhttp://www.blogger.com/profile/12308658208660836499noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3064008403019383087.post-13860530334446831992011-02-26T08:00:00.000-08:002011-03-08T17:06:47.492-08:00Kebebasan yang Bertanggungjawab<b>Ayat bacaan:</b> 1 Korintus 10:23<br />======================<br /><i>"Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun."</i><br /><br /><img align="left" alt="kebebasan bertanggungjawab" src="http://i276.photobucket.com/albums/kk28/renunganharianonline/kebebasan-bertanggungjawab.jpg" />Lebih baik atau tidakkah negara kita setelah reformasi yang telah berlangsung lebih dari satu dekade? Anda bisa punya jawaban sendiri-sendiri dengan argumen masing-masing. Keran kebebasan memang telah dibuka sejak kita memasuki era reformasi. Saya sendiri melihat ternyata tidak semua orang siap menghadapi arti reformasi. Bagi banyak orang, reformasi artinya bisa melakukan apapun semaunya tanpa batas, termasuk di dalamnya memaksakan kehendak, kalau perlu dengan kekerasan. Kata saling pengertian dan toleransi semakin lama semakin menghilang dari muka bumi Pertiwi ini. Menyuarakan aspirasi tentu saja tidak salah. Itu hak setiap warga negara. Tapi sebuah kemerdekaan tanpa rambu-rambu jelas akan membahayakan bahkan menghancurkan, bukan saja diri kita tetapi juga orang banyak atau bahkan negara. Kemerdekaan yang dijalankan atas kepentingan pribadi atau golongan akan menimbulkan banyak masalah. Bayangkan jika setiap orang merasa dirinya paling benar dan berhak menghancurkan yang tidak sepaham dengan mereka, apa jadinya dunia ini? Dunia ini merupakan sebuah titipan Tuhan kepada manusia. Kita diijinkan untuk menikmatinya, tetapi jangan lupa bahwa ada tugas penting bagi kita untuk mengelola bumi dengan segala isinya dengan sebaik-baiknya, dan itu sudah digariskan Tuhan sejak pada awal penciptaan. (Kejadian 1:26,28). Bagaimana bentuk pertanggungjawaban kita kelak seandainya kita malah ambil bagian dari proses kehancuran bumi yang semakin tua ini?<br /><br />Kebebasan bukanlah berarti bisa melakukan apapun seenaknya. Sebuah kebebasan seharusnya bisa dipertanggungjawabkan dan dipakai untuk tujuan-tujuan yang positif. Sebuah kebebasan seharusnya membuat kehidupan di muka bumi ini semakin damai dan sejahtera, bukannya semakin hancur tidak karu-karuan. Seperti apa bentuknya? Tampaknya masalah salah kaprah dalam menyikapi kebebasan dan kemerdekaan bukan saja menjadi isu bagi manusia di jaman sekarang, tetapi sudah berlangsung sejak dahulu kala. Kita bisa belajar dari apa yang dikatakan Paulus dalam surat 1 Korintus pasal 10. Paulus berkata:<b><i> "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun."</i></b> (1 Korintus 10:23). Dari ayat ini kita bisa belajar apa yang bisa kita jadikan sebuah dasar pertimbangan dalam menyikapi kebebasan, yaitu:<b> apakah kebebasan itu bermanfaat bagi kita dan sesama atau tidak? </b>Lalu berikutnya, <b>apakah kebebasan yang kita peroleh itu membangun kehidupan kita atau tidak?</b> Apakah itu memberkati kota dimana kita tinggal atau malah membuatnya semakin kacau? Ini merupakan hal yang penting untuk kita sikapi dalam alam kebebasan. Sebab apalah gunanya kita melakukan sesuatu apabila itu malah membuat kita semakin menjauh dari Tuhan, semakin menghancurkan hidup kita atau menyengsarakan orang lain? Apakah kita harus tega menghancurkan hidup orang lain hanya demi memuaskan hasrat yang ada dalam diri kita? Itu bukanlah gambaran sikap yang diinginkan Tuhan dalam memberikan kemerdekaan atau kebebasan bagi umatNya. <br /><br />Hal kedua yang tidak kalah penting bisa kita peroleh dari ayat berikutnya.<i> "Jangan seorangpun yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain."</i> (ay 24). Dari sini kita bisa melihat bahwa sebuah kebebasan yang kita miliki seharusnya tidak dipakai untuk kepentingan diri sendiri, tetapi <b>melihat apa yang bisa bermanfaat bagi orang lain.</b> Marilah kita pikirkan bersama segala sesuatu yang kita lakukan sehari-hari. Apakah itu memberkati orang lain atau malah mengganggu? Jangan sampai kita melakukan sesuatu yang kita anggap baik bagi diri kita tetapi itu mengganggu kepentingan orang lain atau bahkan merugikan mereka. Satu hal lagi yang bisa kita peroleh dari surat 1 Korintus pasal 10 ini adalah: <b>apakah segala sesuatu yang kita lakukan itu memuliakan Allah atau tidak?<i> </i></b><i>"Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah."</i> (ay 31). Perhatikanlah bahwa sudah menjadi kewajiban kita untuk memuliakan Allah, Sang Pencipta kita dalam segala sesuatu yang kita lakukan. Memaksakan kehendak dengan cara-cara yang tidak baik, memusuhi orang lain, menghakimi, memupuk dendam, berusaha membalas kejahatan dengan kejahatan dan lain-lain akan membuat kita justru menjadi batu sandungan yang malah akan mempermalukan Allah. <br /><br />Sebuah kesimpulan yang manis dalam menyikapi kebebasan bisa kita baca dalam surat Galatia.<b><i> "Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih."</i></b> (Galatia 5:13). Jangan pergunakan kemerdekaan atau kebebasan seenaknya sehingga kita merasa wajar untuk hidup dalam dosa, tetapi hendaklah itu kita pergunakan untuk melayani atas dasar kasih. Alangkah pentingnya memiliki kasih sejati dalam hidup kita, yang akan mampu membuat pola pikir kita berbeda dari pola pikir dunia terhadap arti sebuah kebebasan. Petrus berkata: <b><i>"Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah."</i></b> (1 Petrus 2:16). Sebuah kehidupan yang merdeka seharusnya dipakai untuk menjadi hamba Allah, yang akan memuliakanNya lebih lagi, dan bukan untuk berbuat berbagai kejahatan yang akan menghancurkan diri kita sendiri, keluarga kita dan orang lain. Dalam Kristus kita sudah menjadi ciptaan baru, dengan pola pikir yang seharusnya baru pula yang akan memampukan kita untuk menyikapi kebebasan dengan rasa penuh tanggung jawab. Kebebasan diberikan kepada kita bukan untuk membuat segalanya semakin buruk, tetapi justru agar kehidupan manusia bisa semakin baik. Meski mungkin dunia masih berpikir berbeda, janganlah kita malah ikut-ikutan. Mari nyatakan bagaimana bentuk kebebasan yang semestinya seperti apa yang dikatakan firman Tuhan. Inilah saatnya untuk menunjukkan bagaimana cara menyikapi kemerdekaan yang sebenarnya dengan penuh tanggungjawab seperti yang dikehendaki Tuhan. <br /><br /><b>Gunakanlah setiap kemerdekaan yang kita peroleh untuk memberkati orang lain</b><br /><br />Follow us on twitter: <a href="http://twitter.com/dailyrho">http://twitter.com/dailyrho</a>Renungan Harianhttp://www.blogger.com/profile/12308658208660836499noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3064008403019383087.post-56418664006145375582011-02-25T08:00:00.000-08:002011-03-08T17:06:47.514-08:00Pentingnya Memelihara Pikiran<b>Ayat bacaan:</b> Filipi 4:8<br />===================<br /><i>"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."</i><br /><br /><img align="left" alt="pikiran, berpikir positif" src="http://i276.photobucket.com/albums/kk28/renunganharianonline/pikiran.jpg" />Sadarkah anda bahwa keberhasilan kita akan sangat tergantung dari cara pandang atau pikiran kita? Ada keterkaitan kuat antara seberapa besar daya tahan, semangat, daya juang, mental kita dengan apa yang ada di pikiran kita. Seringkali pikiran-pikiran negatif menghambat kita untuk mengalami peningkatan dalam hidup. Bisa saja kita tetap percaya Tuhan, tetapi isi pikiran kita hanya dipenuhi hal-hal yang negatif, atau tidak jarang pula orang mengukur dirinya terlalu rendah di dalam pikirannya. "Ah, saya ini siapa, mana mungkin saya sanggup melakukan itu?" Ada banyak orang yang membatasi dirinya untuk maju karena merasa tidak sanggup. Akibatnya mereka pun membuang peluang yang sebenarnya sudah ada di depan mata. Tuhan selalu merencanakan yang terbaik bagi kita. Tuhan selalu membuka peluang atau jalan agar kita bisa menapak maju, terus naik dan bukan turun. Tetapi seringkali apa yang ada di dalam pikiran kitalah yang akan membawa pengaruh, apakah kita menangkap peluang-peluang itu atau malah terus menyia-nyiakannya, terus membiarkan semua itu berlalu dari hadapan kita dengan sia-sia. Ironisnya, mereka kemudian malah menyalahkan Tuhan pula. Hati, itu adalah sesuatu yang sangat penting untuk kita perhatikan, karena firman Tuhan dalam Amsal menyebutkan bahwa hati merupakan sumber kehidupan yang harus kita jaga. (Amsal 4:23). Itu sungguh benar. Namun disamping itu, pikiran kita pun harus bisa kita kendalikan. Jangan sampai pikiran-pikiran kita berjalan liar tanpa terkendali karena itu bisa sangat berbahaya. Disamping itu jika pikiran-pikiran kita hanya berisi hal-hal negatif, maka kita pun akan terus berjalan di tempat, atau bahkan mundur, karena pikiran kita terus membatasi kita untuk maju.<br /><br />Selain menyinggung soal hati, Alkitab pun banyak berbicara soal pikiran. Sebuah ayat dalam Amsal berkata: <i>"Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia."</i> (Amsal 23:7) Dalam versi KJV ayat ini bisa kita baca lebih jelas: <b><i>"For as he thinketh in his heart, so is he." </i></b>Seperti apa yang kita pikirkan, seperti itulah kita jadinya. Sebuah pepatah Latin pun pernah menyebutkan hal ini, yang kira-kira bunyinya: kenyataan yang kita alami akan sangat tergantung dari gambaran yang jelas yang terdapat dalam pikiran kita. Ayub berkata <b><i>"Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku."</i></b> (Ayub 3:25). Seperti itulah pikiran bisa menguasai kita. Pikiran akan sangat menentukan apa yang akan kita raih di masa depan. <br /><br />Ketika pikiran kita hanya berisi hal-hal negatif seperti kekhawatiran, ketakutan, kebencian, kemarahan, kepedihan, keluh kesah, kegagalan, trauma-trauma masa lalu, ketidakpercayaan diri dan sebagainya, hidup kita pun tidak akan pernah terasa indah. Tetapi sebaliknya, kita bisa merasakan keindahan hidup tanpa tergantung oleh keadaan kita apabila kita mengisi hal-hal yang positif dalam pikiran kita seperti kesabaran, optimisme, kesuksesan, percaya bahwa Tuhan tidak akan berpangku tangan dan akan menghargai segala yang kita lakukan atas namaNya dan sebagainya, maka hidup kita pun akan terasa jauh lebih indah. Memandang dari sisi positif, melihat hal-hal yang baik dari hal buruk, itu mungkin tidak semudah membalik telapak tangan untuk dilakukan, tetapi itu akan membuat kita leluasa untuk berusaha dengan giat. Pikiran bisa menjadi jendela hidup kita, yang akan sangat menentukan seterang apa hidup dalam pandangan kita, apakah cerah atau malah suram. <br /><br />Maka ayat bacaan hari ini akan sangat berguna untuk kita perhatikan. Paulus mengingatkan jemaat di Filipi sebagai berikut: <i>"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, <b>pikirkanlah semuanya itu.</b>"</i> (Filipi 4:8). Ini adalah sebuah anjuran yang sangat penting, karena mengingatkan kita untuk mendasari pikiran kita dengan segala hal-hal yang positif. Perhatikanlah ketika Paulus menuliskan hal ini, dia sendiri sebenarnya sedang dalam keadaan yang jauh dari baik. Paulus tengah dipenjara pada saat itu. Ia punya segudang alasan untuk mengeluh, merasa kecewa atau bahkan menyalahkan Tuhan, setidaknya ia punya alasan untuk tidak melayani buat sementara waktu. Dan mungkin kita akan maklum jika ia melakukan itu, karena kita pun mungkin akan berbuat seperti itu pada saat kita berada dalam keadaan sulit. Namun Paulus tidak mau membiarkan pikirannya dikuasai oleh hal-hal negatif. Dia menolak untuk terjebak. Meski situasi sedang buruk, Paulus tetap memancarkan ungkapan-ungkapan sukacita dan terus mengingatkan jemaat-jemaat lewat surat-suratnya agar tidak pernah menyerah dan kehilangan harapan. Paulus terus menggugah hati orang lain untuk tetap berpikir positif, meski situasi yang dihadapi semuanya berlawanan dengan itu sekalipun. <br /><br />Marilah kita terus mengisi pikiran kita dengan hal-hal yang positif dan tidak membiarkan berbagai hal negatif datang silih berganti atau malah tinggal diam di dalam pikiran kita. Isilah terus dengan damai sejahtera yang datang dari Allah, karena itulah yang akan mampu memelihara hati dan pikiran kita dalam Kristus.<b><i>"Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." </i></b>(Filipi 4:7) Segala pikiran negatif akan semakin menjauhkan kita dari Allah, menghilangkan damai dan sukacita dalam hidup kita dan akan membuat kita berjalan di tempat atau bahkan mengalami kemunduran. Pikiran memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan kita. Oleh karena itu mari kita awasi pikiran kita agar kita tidak terus membuang-buang berkat yang telah disediakan Tuhan bagi kita.<br /><br /><b>Apa yang kita pikirkan akan sangat menentukan masa depan kita </b><br /><br />Follow us on twitter: <a href="http://twitter.com/">http://twitter.com</a>Renungan Harianhttp://www.blogger.com/profile/12308658208660836499noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3064008403019383087.post-19143186745869731382011-02-24T08:00:00.000-08:002011-03-08T17:06:47.536-08:00Jendela Iman<b>Ayat bacaan:</b> Efesus 2:8<br />=================<br /><i>"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah"</i><br /><br /><img align="left" alt="jendela iman" src="http://i276.photobucket.com/albums/kk28/renunganharianonline/jendela-iman.jpg" />Ada kalanya kita mengeluh ketika matahari bersinar sangat terik menyinari bumi, tetapi sadarkah kita bahwa kehidupan di muka bumi ini tidak akan bisa berlangsung tanpa adanya sinar matahari? Salah satu aspek penting yang saya tekankan ketika mencari rumah setahun lebih yang lalu adalah banyaknya ventilasi atau jendela. Saya tidak menyukai rumah yang tertutup rapat, karena selain pengap dan gelap rumah itu akan terlihat jauh dari kesan cerah dan tentu saja tidak sehat. Rumah yang saya tempati saat ini adalah sebuah rumah dengan begitu banyak jendela, termasuk pintu menuju taman di belakang yang setengahnya terbuat dari kaca transparan. Begitu juga pintu di depan, kamar tidur dan dapur. Tidak perlu besar, tidak perlu mewah, tetapi banyaknya ventilasi merupakan hal yang saya anggap sangat penting. Matahari merupakan sebuah anugerah luar biasa dari Tuhan yang sangat bermanfaat bahkan vital dalam hampir semua aspek kehidupan. Tidak ada proses fotosintesis bisa berlangsung tanpa adanya matahari, energi pun bisa dihasilkan lewat panas matahari. Tidak usah jauh-jauh, bagaimana kita bisa menjemur pakaian tanpa itu? Saya pun tidak bisa membayangkan tinggal di dalam rumah tanpa adanya jendela yang cukup. Masuk tidaknya matahari ke dalam rumah itu tergantung dari banyaknya jendela atau ventilasi yang memadai. Sinar matahari itu bersinar untuk semuanya, tetapi hanya rumah dengan jendela yang bisa menerima sinarlah yang akan mampu memperolehnya. <br /><br />Seperti itu pula kasih karunia Tuhan bagi kita. Kasih karunia Tuhan itu diberikan kepada semua orang tanpa terkecuali, tetapi seperti ilustrasi di atas, hanya hati dengan "jendela"lah yang mampu menerimanya, dan itu tergantung dari kapasitas jendela kita dalam menampungnya. Pertanyaannya sekarang, jendela seperti apa yang harus kita miliki? Kita bisa mendapatkan jawabannya dalam surat Efesus. Disana Paulus menjelaskan bahwa apa yang kita butuhkan untuk menerima kasih karunia Tuhan tidak lain adalah <b>IMAN</b>.<i> "Sebab <b>karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman</b>; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah.."</i> (Efesus 2:8). Dalam versi BIS bunyinya: <i>"Allah mengasihi kalian, itu sebabnya Ia menyelamatkan kalian karena kalian percaya kepada Yesus.."</i> Iman kepada Yesus, itulah yang bisa mengalirkan kasih karunia ke dalam diri kita, seperti halnya jendela. Itulah sebabnya saya suka menyebutnya dengan <b>jendela iman.</b><br /><br />Bagaimana kita bisa membangun jendela iman? Kita bisa melihat jawabannya dalam surat Roma.<i> "Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."</i> (Roma 10:17). Jendela iman bisa kita bangun lewat pendengaran akan firman Tuhan. Ini bukan berarti cuma satu kali mendengar, tetapi harus menjadi sebuah proses terus menerus dalam mendengar firmanNya. Disanalah jendela akan terpasang, iman akan timbul. Ayat selanjutnya dalam Roma 10 itu kemudian mengatakan: <i>"Tetapi aku bertanya: Adakah mereka tidak mendengarnya? Memang mereka telah mendengarnya: "Suara mereka sampai ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi." Tetapi aku bertanya: Adakah Israel <b>menanggap</b>nya?"</i> (ay 18-19a). Ini mengingatkan kita agar tidak hanya berhenti pada mendengar saja, tetapi juga harus menanggapinya dengan menerapkan firman Tuhan itu dalam setiap sisi kehidupan kita. <br /><br /><b>Dalam kasih karunia itu ada kekuatan.</b> (2 Timotius 2:1). Tanpa kasih karunia kita tidak akan pernah bisa hidup tenang dan bahagia. Jika rumah tanpa sinar matahari akan terlihat kelam, demikian pula hidup tanpa kasih karunia. Jika kita menyadari seberapa besar arti kasih karunia Tuhan itu dan ingin memperolehnya, maka hendaklah kita membangun jendela iman yang mampu menerima curahan kasih karunia itu dengan baik. Tidak akan pernah cukup jika kita hanya mendengar firman Tuhan sekali seminggu di gereja, ini saatnya untuk terus memperlengkapi diri kita, mengisi hati kita terus menerus dengan firman Tuhan, dan kemudian menanggapinya lewat tindakan-tindakan nyata dalam hidup kita. Kasih karunia akan terus dicurahkan Tuhan kepada semua orang yang menginginkan semua orang bisa hidup penuh sukacita, tetapi hanya yang memiliki jendela imanlah yang mampu mendapatkannya. <br /><br /><b>Kasih karunia menyinari diri kita lewat jendela iman</b><br /><br />Follow us on twitter: <a href="http://twitter.com/dailyrho">http://twitter.com/dailyrho</a>Renungan Harianhttp://www.blogger.com/profile/12308658208660836499noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3064008403019383087.post-42196313664589723532011-02-23T08:00:00.000-08:002011-03-08T17:06:47.558-08:00Jebakan Iblis<b>Ayat bacaan:</b> Lukas 4:2a<br />===================<br /><i>"Di situ Ia tinggal empat puluh hari lamanya dan dicobai Iblis. "</i><br /><br /><img align="left" alt="jebakan iblis" src="http://i276.photobucket.com/albums/kk28/renunganharianonline/jebakan-iblis.jpg" />Setiap manusia ingin mengalami peningkatan dalam hidup. Peningkatan kemakmuran, kesejahteraan, pangkat, jabatan bahkan popularitas. Untuk popularitas sekarang justru jauh lebih mudah dengan adanya berbagai sarana atau media yang menyediakan jalur-jalur super cepat. Betapa banyaknya orang bisa mencapai ketenaran lewat youtube misalnya. Bukan saja di luar negeri, tetapi di Indonesia pun fenomena ini sudah terjadi. Jika dahulu orang harus terlebih dahulu bersusah payah untuk menapak selangkah demi selangkah, sekarang mereka bisa memanfaatkan fasilitas youtube yang gratis ini untuk bisa menjadi terkenal dalam waktu singkat. Berbagai acara pencari bakat pun terus bermunculan di mana-mana yang mampu membuat orang terkenal dan kaya hanya dalam sekejap mata. Salahkah apabila kita ingin sukses, bertambah kaya atau populer? Tentu saja tidak. Tetapi sangatlah penting bagi kita untuk memperhatikan betul jalan yang kita tempuh untuk mencapainya, karena ketahuilah bahwa iblis sangat senang bermain-main di area ini. Coba bayangkan seandainya anda memasang perangkap tikus, apa yang akan anda pasang sebagai umpannya? Keju, ikan, atau potongan makanan lainnya. Semua itu enak bukan? Dan tikus cepat atau lambat akan masuk ke dalam perangkap jika ia dikalahkan oleh keinginannya. Seperti itu pula jebakan iblis untuk memangsa manusia lewat berbagai pancingan yang terlihat indah, menarik dan nikmat. <br /><br />Pada suatu kali sekembalinya Yesus dari sungai Yordan lalu memasuki padang gurun, Lukas 4:1-13 mencatat pengalaman Yesus dicobai iblis dalam masa puasaNya selama empat puluh hari disana.<i> "Di situ Ia tinggal empat puluh hari lamanya dan dicobai Iblis. "</i> (Lukas 4:2). Perikop ini menggambarkan dengan jelas bagaimana siasat iblis dalam memanfaatkan berbagai hal-hal yang biasanya paling kita inginkan. Apa saja siasat iblis tersebut? Mari kita lihat satu-persatu. <br /><br />1. <b>Harta</b><br /><i>"Lalu berkatalah Iblis kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, suruhlah <b>batu ini menjadi roti.</b>"</i> (ay 3). Batu menjadi roti berbicara mengenai jebakan iblis dengan memanfaatkan salah satu hal yang paling dicari manusia, yaitu harta. Iblis mampu memberikan itu, tetapi semua itu adalah jebakan, karena dibaliknya ada begitu banyak maksud terselubung yang akan sangat fatal apabila kita ikuti. Iblis akan selalu mencoba untuk mempengaruhi dan memperdaya kita lewat jebakan harta. Dia bahkan sangat senang melakukannya. Begitu senang sehingga iblispun begitu beraninya iblis menawarkan ini kepada Yesus. Tapi apa jawab Yesus akan hal ini?<i> "Jawab Yesus kepadanya: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja."</i> (ay 4). Jika bukan hanya dari roti, lantas dari apa lagi? Versi dalam Injil Matius memberikan jawabannya.<i>"Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi <b>dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.</b>"</i> (Matius 4:4). Bukan hanya makanan dan harta benda, tetapi firman Tuhan pun sangat kita butuhkan. <br /><br /><b>2. Kekuasaan</b><br />Merasa jebakan pertama tidak mempan, maka iblis lalu masuk ke strategi berikutnya.<i> "Kemudian ia membawa Yesus ke suatu tempat yang tinggi dan dalam sekejap mata ia memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia. Kata Iblis kepada-Nya: "<b>Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu</b>, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki. Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu."</i> (ay 5-7). Selain lewat harta, iblis pun ternyata senang menjebak kita lewat tawaran akan kekuasaan. Ada berapa banyak orang yang akhirnya hancur bukan di saat mereka tengah hidup susah, tetapi justru ketika mereka memiliki kekuasaan di muka bumi ini? Lihatlah bahwa apabila kita haus akan kekuasaan, maka disitu pula kita memberikan sebuah area bermain yang sangat luas bagi iblis. Tetapi kembali Yesus dengan tegas menjawab: <i>"Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"</i> (ay 8). Perhatikanlah bahwa ada begitu banyak manusia yang salah kaprah hari ini, mengira bahwa harta dan kekuasaan akan mampu membawa mereka masuk ke dalam kebahagiaan yang sempurna. Tetapi hari ini lewat jawaban Yesus kita bisa melihat bahwa seharusnya hanya kepada Tuhan sajalah kita berbakti. Bukan kepada segala yang indah dan sempurna menurut pandangan dunia. <br /><br /><b>3. Popularitas</b><br />Kembali gagal lewat cara kedua, iblis melanjutkan strateginya.<i> "Kemudian ia membawa Yesus ke Yerusalem dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu dari sini ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau, Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk melindungi Engkau, dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu."</i> (ay 9-11). Jatuh dari bubung lalu ditangkap malaikat, ini berbicara mengenai sebuah tawaran akan popularitas. Betapa seringnya orang tergiur akan hal ini, lalu kemudian hancur berantakan karena secara mental dan rohani mereka belum siap untuk itu. Dan iblis sungguh senang menyerang titik lemah manusia yang satu ini. Tapi apa jawab Yesus? <i>"Yesus menjawabnya, kata-Nya: "Ada firman: Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"</i> (ay 12). Mencobai Tuhan? Jelas. Jika tidak waspada terhadap popularitas, maka hati kita bisa berubah menjadi sombong dan merasa bahwa kita tidak butuh Tuhan, atau bahkan merasa bahwa kita berada di atas Tuhan. Selain dua poin di atas, hal yang satu ini pun tidak boleh kita lupakan. <br /><br />Dari perikop Injil Lukas pasal 4 ini kita bisa melihat area-area yang sering menjadi sasaran empuk bagi iblis. Iblis tahu bahwa manusia rata-rata lemah terhadap ketiga poin di atas. Dunia akan selalu memberi tawaran akan hal ini, dan iblis akan menari-nari memanfaatkan setiap celah yang kita buka dalam keinginan kita untuk mendapatkan ketiga hal tersebut. Kaya, berkuasa dan populer itu tidaklah salah. Bahkan Tuhan sendiri menjanjikan kita untuk menjadi kepala dan bukan ekor. (Ulangan 28:13). Tetapi kita wajib memperhatikan jalan yang kita pergunakan untuk mencapai itu. Dan Tuhan sendiri sebenarnya sudah memberitahukan jalan mana yang sebenarnya harus kita ambil. <i>"apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia, dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya."</i> (ay 13-14). Itulah kuncinya, bukan berkompromi terhadap dosa atau terus membuka celah yang bisa dimasuki iblis untuk menancapkan kukunya. Alkitab sudah memperingatkan kita: <i>"dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis."</i> (Efesus 4:27). Iblis bisa memanfaatkan celah sekecil apapun untuk menghancurkan kita, dan seringkali siasatnya adalah dengan melimpahi kita terlebih dahulu dengan segala kenikmatan yang begitu dirindukan oleh dunia. Pesan firman Tuhan hari ini dengan jelas mengingatkan kita agar tidak tergiur dengan berbagai tawaran-tawaran penuh jebakan tersebut. Dan ini pun paralel dengan sebuah ayat yang sudah tidak asing lagi bagi kita lewat perkataan Kristus yang berbunyi:<i> "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka <b>semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.</b>"</i> (Matius 6:33). Tuhan sebenarnya telah menjanjikan untuk menambahkan semuanya kepada kita, termasuk harta, kekuasaan dan popularitas, tetapi kita harus terlebih dahulu mencari KerajaanNya beserta segala kebenaran yang terkandung didalamnya. Segala yang Dia sediakan ada dalam KerajaanNya, dan akan segera kita peroleh setelah menemukannya. Sekali lagi, menjadi kaya, terkenal dan berkuasa itu tidak serta-merta salah, tetapi adalah penting untuk kita perhatikan, apakah itu berasal dari Allah atau justru semakin menjauhkan kita daripadaNya dan mengarahkan kita untuk terjerumus lebih dalam lagi ke dalam berbagai perangkap iblis? Hari ini marilah kita sama-sama mencermati segala langkah kita dalam bekerja. Jangan sampai kita tergiur dan lebih tertarik untuk segala kenikmatan yang fana lalu meninggalkan rencana yang telah Dia persiapkan bagi kita.<br /><br /><b>Harta, kekuasaan dan popularitas merupakan arena bermain yang sangat digemari iblis, waspadailah baik-baik</b><br /><br />Follow us on twitter: <a href="http://twitter.com/dailyrho">http://twitter.com/dailyrho</a>Renungan Harianhttp://www.blogger.com/profile/12308658208660836499noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3064008403019383087.post-29576704463123348852011-02-22T08:00:00.000-08:002011-03-08T17:06:47.593-08:00Menantikan Tuhan<b>Ayat bacaan:</b> Mazmur 27:14<br />=================<br /><i>"Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!"</i><br /><br /><img src="http://i276.photobucket.com/albums/kk28/renunganharianonline/menantikan-Tuhan-1.jpg" align="left" alt="menantikan Tuhan">Menunggu bagi banyak orang merupakan sesuatu yang membosankan. Tidak jarang pula orang menjadi kesal ketika menunggu. Baik ketika mengantri di bank, kasir dan sebagainya, menunggu kedatangan seseorang yang sudah melewati waktu sesuai perjanjian, menunggu giliran di rumah sakit atau praktek dokter dan lain-lain. Saya mengenal pula beberapa orang yang menjadikan menunggu sebagai sebuah isu penting bagi diri mereka. Maksud saya, apa yang paling mengganggu bagi diri mereka lebih dari hal lainnya adalah apabila mereka harus menunggu. Berbeda beberapa menit saja bagi mereka sudah merupakan sebuah gangguan yang bisa menimbulkan kekesalan bahkan kemarahan. Bagaimana ketika kita menanti jawaban dari Tuhan disaat kita mengalami masalah berat? Seringkali jawaban Tuhan datang tidak secepat yang kita inginkan, dan banyak orang yang menjadi lemah karena ketidaksabarannya. <br /><br />Dalam Alkitab, kata menanti atau menunggu ini sering diarahkan lebih kepada sikap ketimbang sekedar kata kerja aktif. Menantikan Tuhan, itu artinya mempercayai Dia sepenuhnya. Itu sebuah sikap yang kemunculannya akan sangat tergantung dari seberapa besar kita mempercayai Tuhan dalam segala permasalahan yang kita hadapi. Daud berseru <b><i>"Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!"</i></b> (Mazmur 27:14). Dalam bahasa Inggrisnya ditulis lebih panjang: <b><i>"Wait and hope for and expect the Lord; be brave and of good courage and let your heart be stout and enduring. Yes, wait for and hope for and expect the Lord."</i></b> Kita tahu Daud bukanlah orang yang sama sekali tidak pernah mengalami masalah. Justru sebaliknya, dia kerap berada dalam situasi mencekam, bahkan tidak jarang nyawanya terancam dalam kejaran musuh. Tapi justru dari Daudlah kita menemukan seruan seperti ini, sebagai gambaran sikap hatinya dalam menghadapi berbagai situasi sulit dalam perjalanan kehidupannya. <br /><br />Bagaimana Daud bisa memiliki sikap seperti itu? Jika kita membaca Mazmur 27 ini dari awal, maka kita akan mendapatkan dasar-dasar pemikiran Daud yang akan membuat kita mengerti mengapa dia bisa seperti itu. Awal Mazmur ini dibuka dengan <i>"TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar?"</i> (ay 1). <b><i>He sees God as his Salvation, Refuge and Stronghold.</i></b> Seperti itulah Daud memandang Tuhan. Lewat pengalaman-pengalaman pribadinya sejak kecil dia tahu bahwa Tuhan selalu sanggup melepaskannya dari bahaya. Jika dulu bisa, mengapa sekarang tidak? Selanjutnya ia berkata <i>"Sebab<b> Ia melindungi aku dalam pondok-Nya pada waktu bahaya</b>; Ia menyembunyikan aku dalam persembunyian di kemah-Nya, Ia mengangkat aku ke atas gunung batu."</i> (ay 5). Dalam situasi bahaya, Daud yakin sepenuhnya bahwa Tuhan akan menyembunyikan dan melindunginya. Untuk itu Daud berharap agar Tuhan tidak menyembunyikan muka darinya, lebih dari orang tuanya di dunia (ay 8-10). Dan kita bisa melihat imannya yang dengan tegas berkata:<i> "Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup!"</i> (ay 13). Semua ini merupakan hasil dari pengalaman pribadi Daud yang akhirnya ia pakai untuk memberi nasihat kepada kita agar mau terus menantikan Tuhan meski situasi yang kita hadapi sangat sulit dan pertolongan Tuhan belum juga datang seperti yang kita harapkan. <br /><br />Menantikan Tuhan itu artinya percaya sepenuhnya kepadaNya, menyerahkan seluruh hidup kita ke dalam tanganNya. Menantikan Tuhan juga membawa banyak kebaikan bagi kita. Bagi orang yang tekun menantikan Tuhan, Tuhan berjanji untuk<b> tidak akan mendapat malu</b><i> "Maka engkau akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, dan bahwa orang-orang yang menanti-nantikan Aku tidak akan mendapat malu."</i> (Yesaya 49:23). Orang yang menantikan Tuhan juga dikatakan akan <b>mendapatkan kekuatan baru</b>: <i>"tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah."</i> (Yesaya 40:31) bahkan dikatakan pula akan <b>mewarisi negeri.</b> <i>"Sebab orang-orang yang berbuat jahat akan dilenyapkan, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN akan mewarisi negeri."</i> (Mazmur 37:9). Sama sekali tidak merugikan bukan?<br /><br />Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari, seperti apa akhir dari perjuangan kita ketika menghadapi masalah, tetapi semua tergantung dari sikap dan keputusan kita apakah kita mau menantikan Tuhan dengan sabar dan tekun, percaya sepenuhnya kepadaNya atau kita mau menyerah dan lebih memilih untuk meninggalkan Tuhan dan mencari alternatif-alternatif lain. Daud membuktikan bahwa menantikan Tuhan itu menyelamatkan hidupnya, dan jika Daud mengalami seperti itu, mengapa kita tidak? Percayakanlah hidup kita sepenuhnya ke dalam tangan Tuhan, dan teruslah meneguhkan serta menguatkan hati dalam menantikan Tuhan. Pada saatnya nanti, anda tidak akan menyesal telah mengambil keputusan itu.<br /><br /><b>Tekun dalam menanti-nantikan Tuhan akan membawa kita menyaksikan pertolonganNya yang ajaib</b><br /><br />Follow us on twitter: <a href="http://twitter.com/dailyrho">http://twitter.com/dailyrho</a>Renungan Harianhttp://www.blogger.com/profile/12308658208660836499noreply@blogger.com0