Monday, November 30, 2009

Sekeliling Gelap? Pandanglah ke Atas

Ayat bacaan: Kejadian 37:24
======================
"Dan mereka membawa dia dan melemparkan dia ke dalam sumur. Sumur itu kosong, tidak berair."

gelap, pandang ke atas"Nggak tau ah, gelap.." menjadi sebuah ungkapan yang begitu sering dipakai orang untuk menggambarkan ketidaktahuan dan ketidakjelasan terhadap berbagai hal. Seorang teman pernah bercanda dan menjawab seperti itu ketika ditanya apa hobinya, apa rencananya ke depan, apa yang ia suka, dan sebagainya. Ada pula yang memakai kalimat ini karena malas menjawab atau tidak tertarik kepada lawan bicaranya. Mengapa gelap? Karena tidak ada orang yang bisa melihat dengan jelas di dalam kegelapan. Sebuah restoran memakai konsep kegelapan ini untuk mempertajam indra rasa dan penciuman. Orang yang tuna netra biasanya memiliki pendengaran dan perasaan yang lebih tajam dibanding orang lain. Mereka mampu membedakan siapa yang berada di dekat mereka bahkan hanya dari langkah kakinya saja. Di Indonesia ada tokoh fiksi bernama Si Buta Dari Goa Hantu, di Jepang ada sosok Zatoichi. Mereka tokoh-tokoh yang ternyata menjadi luar biasa justru setelah tidak lagi bisa melihat. Ini beberapa sisi positif yang bisa muncul dari gelap. Tapi saya rasa kita semua sepakat bahwa kita tidak mau berlama-lama dalam kegelapan. Penderitaan dan kesulitan hidup seringkali membuat hidup kita gelap. Masa depan kita pun bisa terasa gelap ketika kita tidak tahu harus berbuat apa, atau tidak tahu bagaimana menyelesaikan masalah yang tengah kita hadapi.

Yusuf pernah melalui kegelapan hidup lewat serangkaian penderitaannya akibat disakiti saudara-saudaranya sendiri. Bahkan setelah ia lepas dari saudara-saudaranya, hidupnya masih belum menunjukkan perubahan yang baik buat sementara. Ia difitnah dan dipenjara. Namun kita bisa melihat bagaimana Yusuf tidak pernah kehilangan pengharapan sedikit pun. Ia tetap setia dalam kesabarannya menanti janji Tuhan, dan pada akhirnya ia menerimanya dan menjadi seorang pemenang dengan gemilang. Kegelapan yang bukan dalam bentuk kiasan, melainkan dalam bentuk nyata pun pernah ia alami, yaitu ketika ia dijebloskan ke dalam sumur kering. "Dan mereka membawa dia dan melemparkan dia ke dalam sumur. Sumur itu kosong, tidak berair." (Kejadian 37:24). Bayangkan jika kita yang berada di posisi Yusuf. Tidak ada yang bisa kita lihat di sekeliling kita, semuanya gelap. Ketika anda memandang ke kiri, kanan, muka, belakang, anda hanya akan melihat kekelaman yang hitam. Tapi bagaimana jika anda melihat ke atas? Ya, ada cahaya di atas. Itu satu-satunya sumber cahaya di dalam sumur. Saya percaya Yusuf dikuatkan oleh cahaya yang tetap menyinarinya dari atas, karena dia tahu meski semuanya gelap disekelilingnya, tetapi ada Tuhan di atas sana yang tetap bersinar terang siap melimpahkan berkat untuk turun atasnya ketika waktunya tiba. Dan kita tahu itu benar.

Tidak hanya Yusuf, tapi tokoh-tokoh lain di alkitab pun pernah mengalami masa-masa suram. Daud misalnya, berkali-kali mengalami kesulitan dalam perjalanan hidupnya. Tapi sama seperti Yusuf, Daud memiliki pengharapan yang tidak bisa dipadamkan oleh masalah seberat apapun. Ia bahkan dengan yakin berkata "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mazmur 23:4). Daud tahu benar bahwa Tuhan adalah gembalanya yang akan memastikan bahwa ia tidak akan kekurangan suatu apapun. (ay 1). Ia tahu bahwa hanya kebajikan dan kemurahan belakalah yang akan mengikutinya seumur hidupnya, dan itulah yang akan ia peroleh apabila ia diam di dalam rumah Tuhan sepanjang masa. "Surely or only goodness, mercy, and unfailing love shall follow me all the days of my life, and through the length of my days the house of the Lord (and His presence) shall be my dwelling place." (Mazmur 23:6).

Kita pun pasti pernah mengalami masa-masa suram, dimana kita hanya melihat kegelapan di sekeliling kita. Kita tidak melihat solusi, kita tidak melihat pemecahan, kita tidak melihat jalan keluar, semuanya gelap. Di saat seperti itulah kita tidak boleh lupa untuk memandang ke atas. Pada saat-saat gelap seperti itu ada banyak hal yang diasah dalam diri kita. Kita bisa memakainya untuk belajar menjadi lebih dewasa, lebih tahan mental, lebih kuat, membuat indra-indra lainnya dalam diri kita menjadi lebih tajam, dan lebih dari itu semua, kita bisa belajar untuk mengandalkan Tuhan dalam hidup kita lebih dari apapun. Jika hari-hari sebelumnya kita hanya mengandalkan kekuatan kita sendiri atau orang lain, dan semua itu bak menjaring angin alias sia-sia, inilah saatnya kita bisa mulai belajar untuk mengandalkan Tuhan yang tidak pernah mengecewakan. Firman Tuhan berkata: "Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!" (Yeremia 17:7). Bagi orang yang mengandalkan Tuhan, "Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah." (ay 8). Sebaliknya "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk." (ay 5-6). Adalah sangat penting bagi kita untuk mengandalkan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan kita, dan di saat-saat gelap itulah kita bisa belajar dengan baik untuk itu. Tuhan tidak pernah mengecewakan. Ada begitu banyak bukti bagaimana ajaibnya Tuhan melepaskan banyak orang dari kesesakan, baik dari apa yang kita baca melalui tokoh-tokoh dalam alkitab hingga berbagai kesaksian yang nyata hingga hari ini. Bukti itu sudah begitu banyak, sehingga pada jaman Mazmur di tulis pun kesaksian itu sudah tertulis dengan jelas. "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." (Mazmur 46:2).

Jika hari ini anda hanya melihat kegelapan di sekeliling anda, pastikan anda melihat ke atas. Ada cahaya kemurahan Tuhan bersinar di atas sana, yang akan tetap bersama diri anda. Ketika anda mulai mengandalkan Tuhan, percaya sepenuhnya kepadanya dan terus hidup dalam pengharapan, pada suatu ketika nanti cahaya Tuhan itu akan mampu melepaskan anda dari kegelapan dan membuat segalanya indah pada waktunya. Sementara anda masih berada dalam pergumulan, manfaatkanlah itu semua sebagai sarana belajar untuk mempertajam diri anda dan melatih diri untuk bisa mengandalkan Tuhan sepenuhnya. "Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan" (Lukas 1:37), karena itu "Jangan takut, percaya saja!" (Markus 5:36). Selama sinar Tuhan dari atas masih ada bersama anda, tidak akan ada kegelapan yang mampu meruntuhkan anda. Yusuf mengalami itu dan telah membuktikan hasilnya, sekarang giliran kita untuk membuktikannya. Let's believe, trust and rely on God in full confidence and receive all His promises!

Ketika disekeliling anda gelap, pandanglah ke atas

Sunday, November 29, 2009

Menelanjangi Perbuatan Kegelapan

Ayat bicaan: Efesus 5:12
====================
"Sebab menyebutkan sajapun apa yang dibuat oleh mereka di tempat-tempat yang tersembunyi telah memalukan."

perbuatan kegelapanSeorang aktris pernah bercerita mengenai pengalamannya memerankan tokoh orang gila. Ia menceritakan totalitasnya dalam mengambil peran sulit itu. Berbulan-bulan ia melakukan observasi di rumah sakit jiwa untuk mendapatkan gambaran yang tepat bagaimana reaksi dan perilaku orang-orang yang dirawat disana. Usahanya berhasil. Ia sukses memerankan tokoh itu. Satu hal yang saya ingat adalah apa yang ia katakan: "untuk berhasil memerankan orang gila, saya tidak harus gila dulu kan?" Dia benar. Tanpa harus menjadi gila benaran ia bisa sukses menjalankan perannya.

Ada orang yang berdalih bahwa melakukan perbuatan-perbuatan kegelapan itu ada baiknya, sehingga mereka bisa tahu apa yang salah secara langsung. Seorang teman yang suka minum minuman keras pernah berkata, "bagus kalau sekali-kali mabuk, jadi tahu bagaimana rasanya mabuk itu". Sekali-sekali jahat itu tidak apa-apa, supaya lain kali tahu itu tidak baik. Melakukan perbuatan kegelapan itu ada baiknya karena dengan demikian kita bisa melihat potensi kita untuk jatuh dalam kejahatan. Atau saya pernah pula mendengar seseorang berdalih, untuk bisa menjangkau mereka yang sesat, kita harus pura-pura ikut menjadi sesat dulu. Hal ini tidak pernah dianjurkan dalam Alkitab. Salah-salah malah kita yang terjebak di dalamnya. Sebaliknya justru Alkitab menyatakan bahwa kita tidak boleh turut serta mengambil bagian dalam berbagai perbuatan yang bisa mendatangkan dosa. "Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu." (Efesus 5:11). Tuhan tidak meminta kita untuk selalu menjauhi orang-orang yang berdosa, karena mungkin lewat kita mereka bisa bertobat dan kembali ke jalan yang benar. Tuhan Yesus sendiri mengasihi orang-orang berdosa. Dia datang justru untuk menyelamatkan kita orang-orang yang berdosa ini. "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." (Markus 2:17). Dalam Roma kita baca "Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." (Roma 5:8). Ya, Allah selalu menunjukkan kasihNya yang begitu besar pada kita, terutama lewat kehadiran Kristus dan karya PenebusanNya. Bukan mengabaikan dan menjauhi mereka yang melakukan dosa, tapi kita diminta untuk tidak turut ambil bagian bersama mereka untuk melakukan perbuatan kegelapan. Ketika kita ada bersama mereka, adalah penting untuk menelanjangi perbuatan-perbuatan itu, bukannya kita malah terjerumus untuk ikut jatuh melakukan perbuatan kegelapan bersama mereka. (Efesus 5:11). Jangankan ikut melakukannya, menyebutkan saja walaupun secara sembunyi-sembunyi itu sudah memalukan. "Sebab menyebutkan sajapun apa yang dibuat oleh mereka di tempat-tempat yang tersembunyi telah memalukan." (ay 12).

Bagaimana kita bisa menelanjangi perbuatan-perbuatan itu? Caranya adalah dengan menjalani hidup sebagai anak-anak terang. (ay 8). Karena dalam terang akan ada buah kebaikan, keadilan dan kebenaran. (ay 9). Ini harus menjadi komitmen kita agar bisa hidup dalam kebaikan, keadilan dan kebenaran. Kita harus menyinari kegelapan itu agar menjadi terang, bukan malah ikut-ikutan menjadi gelap, apapun alasannnya. Lewat perbuatan-perbuatan daging ada banyak kejatahan mengintip yang dapat menyeret kita jatuh ke dalam kegelapan. "Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah." (Galatia 5:19-21). Ini semua haruslah kita hindari dan sedapat mungkin mengingatkan mereka yang terjerumus ke dalamnya agar segera berbalik selagi kesempatan masih ada.

Belajar dari kesalahan di masa lalu itu baik. Dosa-dosa yang dulu pernah kita lakukan tidak perlu disesalkan, jadikanlah itu sebagai pembelajaran bagi kita agar tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama. Tapi kita tidak pernah diminta untuk melakukan dosa terlebih dahulu agar tahu bagaimana jahatnya hidup dalam dosa itu. Jika kita sudah berada di jalan yang baik, tetaplah berjalan pada jalur itu dan jangan lagi melenceng ke kiri dan ke kanan. Menelanjangi perbuatan-perbuatan kegelapan bukan harus melalui kekerasan karena itupun bagian dari perbuatan kegelapan, tapi telanjangilah itu lewat cara hidup kita yang berbuah kebaikan, keadilan dan kebenaran sebagai anak-anak terang. Perbuatan-perbuatan kita yang hidup dalam terang Kristus akan membuka lebar segala perbuatan kegelapan, sehingga segala perbedaan antara kegelapan dan terang akan terlihat begitu kontras, terekspos secara nyata di depan mata. "Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi nampak, sebab semua yang nampak adalah terang." (Efesus 5:13). Tidak perlu menjadi jahat untuk menelanjangi kejahatan, tidak perlu ikut-ikutan mengambil bagian dalam perbuatan kegelapan yang tidak akan membuahkan apa-apa, tapi telanjangilah perbuatan-perbuatan itu dengan menjadi terang.

Expose the darkness by living in the Light

Saturday, November 28, 2009

Tenanglah Hai Jiwaku

Ayat bacaan: Mazmur 116:7
======================
"Kembalilah tenang, hai jiwaku, sebab TUHAN telah berbuat baik kepadamu."

tenanglah jiwaku, stress, depresiStres sudah menjadi bagian hidup manusia sejak dulu. Terlebih sekarang ketika hidup terasa lebih berat. Beban pekerjaan, masalah-masalah kehidupan, krisis multi dimensi dan sebagainya bisa dengan mudah membuat kita stres. Persoalan bertimbun dan tidak kunjung selesai, belum lagi satu beres masalah berikutnya sudah muncul, bisa membuat kita depresi. Orang jahat ada di mana-mana. Perampok, pencopet, maling, penipu, dan orang-orang yang punya niat jahat lainnya bisa membuat jiwa kita resah. Biaya hidup melambung? Sulit keuangan? Terlilit hutang? Bingung mencukupi biaya sekolah anak? Semua itu pun bisa membuat jiwa tak tenang. Ada begitu banyak orang yang sulit tidur karena terlalu banyak pikiran, ada pula yang begitu bangun pagi sudah langsung diserang stres dan kekalutan. Jika kita biasakan stres merajalela dalam hidup kita, hal kecil dan sepele sekalipun bisa membuat kita stres. Jika dibiarkan, stres bisa membuat kita sakit bahkan membunuh kita.

Pengkotbah pernah menyatakan betapa pentingnya ketenangan jiwa dan pikiran dalam hidup ini, jauh lebih penting dari usaha mati-matian kita untuk memenuhi segala kebutuhan hidup yang bisa menjadi sia-sia jika kita melakukannya dengan jiwa yang tidak tenang. "Segenggam ketenangan lebih baik dari pada dua genggam jerih payah dan usaha menjaring angin." (Pengkotbah 4:6). Setiap manusia, setiap saat, bisa bertemu dengan masalah. C'est la vie, kata orang Perancis. Itulah hidup. Tidak ada manusia yang tidak pernah berhadapan dengan masalah. Begitu pula anda dan saya. Life is never easy. Stres bisa menghampiri kita kapan saja. Tapi ingat, pilihan untuk memanjakan stres atau menolaknya ada di tangan kita. Amsal berkata "Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia. (For as he thinketh in his heart, so is he.)" (Amsal 23:7). Menyerah pada keadaan atau memilih untuk tersiksa oleh masalah, kita pun akan terbelenggu olehnya. Tapi jika kita memilih untuk menyerahkan segala perkara kepada Tuhan, Dia sanggup mengulurkan tanganNya, yang tidak pernah kurang panjang, untuk melepaskan kita, memberi kita kekuatan, memulihkan kita, menyegarkan dan memberikan ketenangan pada jiwa kita. Rasul Paulus berkata "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (Filipi 4:13). Atau dengarlah apa kata Nahum, "TUHAN itu baik; Ia adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan; Ia mengenal orang-orang yang berlindung kepada-Nya" (Nahum 1:7). Tidak ada satupun yang tidak bisa dilakukan Tuhan, tiada yang mustahil bagiNya. (Lukas 1:37). Jika burung pipit saja ada dalam kehendak Bapa, apalagi kita yang begitu dikasihi dan istimewa bagiNya. Yesus dengan tegas berkata "Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit." (Matius 10:31). Dan ada begitu banyak lagi janji perlindungan Tuhan yang siap melepaskan kita dari kesesakan dan memberikan kita kelegaan, memulihkan kelelahan jiwa kita dan kembali menyegarkannya dengan damai sukacita berlimpah. Jika kita memilih untuk tidak tenggelam pada masalah dan penderitaan tapi memutuskan untuk memandang kepada Tuhan dalam keadaan apapun, disanalah kita bisa menyerukan seperti kata-kata Pemazmur: "Kembalilah tenang, hai jiwaku, sebab TUHAN telah berbuat baik kepadamu." (Mazmur 116:7). Dalam bahasa Inggris dikatakan "Return to your rest, O my soul, for the Lord has dealt bountifully with you." Kembalilah beristirahat hai jiwaku, karena Tuhan begitu murah hati, memberi dengan berlimpah-limpah segala sesuatunya kepadamu.

Bagaimana kita bisa mengatasi semua kekhawatiran, kegelisahan atau ketakutan yang meresahkan jiwa kita? Kita harus memiliki iman yang benar-benar kuat bertumpu dan berakar pada Kristus dalam diri kita. "Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih." (Efesus 3:16-17). Diam dan berakar dikatakan dengan dwell (settle down, abide, make His permanent home) dan rooted deep. Untuk memulainya, kita bisa lihat tipsnya dari kitab Roma: "Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17). Mulailah peduli terhadap firman-firman Tuhan. Jika tubuh kita butuh makan agar tetap sehat dan kuat, demikian pula roh kita butuh makan, yaitu diisi dengan firman-firman Tuhan yang akan mampu menenangkan jiwa kita dari apapun bentuk masalah yang membuatnya resah. Yesus berkata: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (Matius 4:4). Karena itu jagalah agar jangan sampai roh kita mengalami lapar dan dahaga, mengalami kekeringan sehingga jiwa kita menjadi gampang disusupi berbagai bentuk kegelisahan yang bisa mengancam hidup kita.

Apakah anda mengalami stres berat hari ini? Apakah anda merasa sulit tidur dan gelisah akibat beban pekerjaan atau masalah yang sepertinya tidak punya jalan keluar? Apakah anda merasa hampa, atau mulai kehilangan arah dan tujuan dalam hidup? Ini tanda-tanda bahwa roh anda mulai mengalami kekeringan. Oleh karena itu, isilah dengan firman Tuhan. Berakarlah dengan kuat dalam Kristus. Dwell and root deeply in Him! Dia akan memberi solusi dan kelegaan bagi anda. "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28). Sadarilah bahwa masalah boleh saja datang, beban boleh berat, tapi kita tidak harus kehilangan sukacita karenanya, karena kita punya Allah yang luar biasa, yang mampu melakukan apapun, yang paling mustahil sekalipun, dan lebih dari itu, Dia ternyata begitu mengasihi kita. Daud bisa merasakan itu dan berkata "Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku." (Mazmur 62:6), dan dia pun bisa memerintahkan jiwanya untuk kembali tenang, sebab Tuhan telah berbuat baik pada jiwanya. (Mazmur 116:7). Teruslah isi diri kita dengan kebenaran, karena "di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya." (Yesaya 32:17). Mulailah tersenyum, kecaplah bahwa Tuhan itu baik, dan ajak jiwa anda untuk kembali tenang. God is ready to give His blessings to you.

Let your soul finds its rest in God

Friday, November 27, 2009

Memerdekakan Iman Lewat Pengampunan

Ayat bacaan: Markus 11:25
======================
"Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu."

memerdekakan iman, pengampunanBeberapa hari yang lalu seorang teman bercerita bahwa ia sempat mengalami kesulitan air selama beberapa hari. Setelah ditelusuri, ternyata masalahnya bukanlah dari PAM (Perusahaan Air Minum) seperti yang ia duga sebelumnya. Masalah ternyata muncul akibat terjadinya penyumbatan pada pipa yang menyalurkan air menuju ke rumahnya. Setelah pipa dibersihkan, air pun kembali mengucur dengan baik masuk ke rumahnya. Ketika air tidak mengalir di rumah, biasanya kita akan segera menduga bahwa masalah berasal dari sumbernya, tapi ternyata masalah pun bisa terjadi dari halaman rumah kita sendiri. Keesokan harinya ada teman lain yang mengeluh bahwa doanya tidak juga mendapat jawaban. Dan saya pun teringat akan kisah air mampet di atas.

Ketika kita berdoa dan jawaban tidak kunjung datang, ada banyak di antara kita yang segera menyalahkan Tuhan. Tuhan dianggap tidak tanggap, tidak peduli atau berat sebelah. Tetangga kita doanya dikabulkan, sedangkan kita tidak. Ada beberapa perkara yang menjadi penyebabnya. Bisa jadi memang waktunya belum tiba sesuai dengan waktu Tuhan. Karena firman Tuhan berkata, "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya." (Pengkotbah 3:11a). Yang terbaik tentulah sesuatu yang sesuai dengan waktunya Tuhan. Doa belum dikabulkan bisa jadi juga akibat dosa-dosa yang masih terus kita lakukan. "Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:1-2). Alasan lainnya? Bisa pula karena perlakuan suami terhadap istrinya belumlah benar. "Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang." (1 Petrus 3:7). Dan satu lagi penghambat doa-doa kita didengar Tuhan adalah ketika kita masih menyimpan dendam dan belum bisa memberikan pengampunan. Inilah yang akan saya angkat untuk renungan hari ini.

Tidak banyak orang yang menyadari betapa eratnya hubungan antara iman dan pengampunan. Yesus pernah mengajarkan mengenai hubungan ini dalam kotbahNya mengenai sebentuk iman yang mampu memindahkan gunung hingga tercampak ke laut. (Markus 11:23). Apa yang dikatakan Yesus pada saat itu sebagai syarat adalah keteguhan hati kita. Tidak bimbang, tetap percaya, maka hal itu akan terjadi. Yesus melanjutkan pula dengan ayat yang sudah begitu kita kenal dengan baik. "Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu." (ay 24). Tapi kemudian lihatlah ayat berikutnya. "Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu." (ay 25). Bahkan kemudian menekankan sekali lagi akan hal sebaliknya "Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu." (ay 26). Sebelum kita berdoa, kita wajib terlebih dahulu mengampuni orang-orang yang masih mengganjal dalam hati kita. Artinya, jangan berdoa dulu sebelum kita melepaskan sakit hati atau dendam yang masih bercokol di dalam hati kita.

Ini adalah sebuah pesan penting. Pasti bukan kebetulan jika Yesus menopang gabungan kedua kalimat itu. Tuhan Yesus ingin kita tahu bahwa membebaskan orang-orang yang bersalah kepada kita adalah dasar utama untuk menerima sesuatu dari Tuhan. Tuhan selalu siap mengampuni kesalahan kita sebesar apapun, dan itu bisa terjadi apabila kita mau mengampuni kesalahan orang. "Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga." (Matius 6:14). Fakta menarik dikemukakan Yesus lewat sandingan ayat antara menerima apa yang kita doakan dengan memberikan pengampunan kepada orang-orang yang sudah menyakiti kita. Fakta itu adalah: Jangan berharap doa kita didengar jika kita masih menyimpan sakit hati dan dendam terhadap orang lain. Kita tidak akan dapat memperoleh pengabulan doa dan dendam dalam hati kita sekaligus.

Tuhan memberikan pengampunan yang tidak terbatas, dan kita pun seharusnya demikian terhadap sesama kita. Menyimpan dendam dalam diri kita, selain akan menimbulkan berbagai penyakit dan membuat kita tidak bisa melangkah maju, tapi juga membuat doa-doa kita terhalang, membelenggu iman kita sehingga tidak bisa tumbuh bahkan menghilangkan kesempatan kita untuk menerima pengampunan dari Tuhan. Sungguh perihal pengampunan ini memegang peranan penting bagi pertumbuhan iman kita dan sangat menentukan terhadap apakah doa kita terhalang atau bisa menemukan jawaban. Tidak mudah memang, apalagi jika kita mengandalkan kekuatan diri sendiri untuk memberikan pengampunan. Hampir-hampir mustahil, terutama ketika apa yang dilakukan seseorang menyisakan trauma dan penderitaan yang harus kita pikul untuk waktu yang lama. Tapi sudah menjadi perintah Tuhan bagi kita untuk bisa mengampuni, dan karena itulah kita wajib mentaatinya. Kekuatan kita mungkin terbatas, tapi serahkanlah kepada Tuhan dan mintalah Roh Kudus untuk menguatkan diri kita hingga membuat kita sanggup memberikan pengampunan. Diri kita sendiri mungkin tidak sanggup, tapi bersama Roh Kudus kita pasti sanggup.

Sesungguhnya Tuhan tidak sabar untuk menyatakan kasihNya kepada kita. Dia tidak sabar untuk menjawab doa-doa kita yang tetap menanti-nantikan Dia tanpa putus pengharapan. "Sebab itu TUHAN menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab TUHAN adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!" (Yesaya 30:18). Jika anda telah berdoa untuk sesuatu dan tidak kunjung memperoleh jawaban, tidak ada salahnya untuk kembali memeriksa hati anda. Jika anda menemui ganjalan terhadap seseorang, memiliki sakit hati atau dendam, bereskanlah itu terlebih dahulu. Mintalah Roh Kudus untuk membantu anda mengeluarkannya dari hati anda. Buanglah sumbatan pada saluran iman anda. Bebaskan iman anda dari belenggu kepahitan, sakit hati dan dendam, merdekakanlah iman anda dengan segera. Maka anda pun akan segera menyaksikan bagaimana Tuhan menjawab doa-doa anda dengan begitu luar biasa, bahkan memenuhi anda dengan berkat-berkatNya yang melimpah.

Bersihkan sumbatan dan segera merdekakan iman kita lewat pengampunan

Thursday, November 26, 2009

Pria Kuat

Ayat bacaan: Efesus 6:10
=====================
"Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya."

pria kuat, kuat fisik, lemah rohaniAnda kenal Hulk Hogan? Sosok populer bertubuh besar penuh otot ini rasanya tidak asing lagi bagi kita. Ia membina karirnya baik di dunia WWE (dulu WWF: World Wrestling Federation) dan juga sebagai aktor film. Bagi penggemar wrestling yang sudah menonton sejak tahun 80an pasti ingat Hogan pernah dijuluki pria terkuat di dunia, terutama setelah ia berhasil mengangkat dan membanting Andre The Giant, pegulat bertubuh super besar dengan berat lebih dari 300 kg pada pagelaran Wrestlemania III. Meski pada waktu itu dikatakan beberapa bagian otot Hogan sempat terkoyak akibat mengangkat beban seberat itu, tetap saja keberhasilan itu membuatnya dijuluki pria terkuat di seantero dunia.

Adalah kebanggaan besar bagi seorang pria jika ia diakui sebagai sosok yang kuat. Betapa kita para pria selalu membutuhkan suatu gambaran tentang kekuatan kita. Apakah di mata orang kita termasuk pria yang kuat atau tidak. Apakah dengan demikian kita semua harus membentuk otot-otot kita hingga membongkah seperti Hulk Hogan? Apakah agar diakui kuat kita harus menjadi pegulat, petinju dan sebagainya? Tentu tidak. Tapi kenyataannya ada begitu banyak pria yang menyalah-artikan defenisi mengenai kuat ini dengan terus memamerkan tenaganya, meski dengan cara yang salah. Mengancam orang lain, main pukul sembarangan, bahkan menjadi sosok monster di rumah. Mereka mengira bahwa dengan berlaku keras dan kasar di rumah mereka bisa mendapat pengakuan dari istri dan anak-anak mereka bahwa mereka adalah pria kuat. Mereka mengira bahwa jika istri dan anak gemetar ketakutan bahkan ketika mendengar suara langkah kaki saja, itu menunjukkan bahwa mereka berkuasa. Sesungguhnya tidaklah demikian yang dikatakan firman Tuhan. Pria yang kuat, menurut firman Tuhan, adalah pria yang mengerti akan kekuatan yang diberikan Allah kepadanya, dan tahu bagaimana mempergunakan itu, memaksimalkan seluruh potensi dan talenta yang telah diberikan Tuhan untuk menggenapi tujuan mengapa ia diciptakan. Pesan kepada jemaat Efesus diberikan Paulus berbunyi "..hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kuasa-Nya." (Efesus 6:10). Kuat yang sejati adalah kuat yang bernaung di dalam Tuhan dan dalam kuasaNya.

Jika itu yang menjadi hakekat kekuatan, maka jelas Yesus adalah sosok Pria terkuat yang pernah hadir di dunia. Lihatlah bahwa Yesus menjadi kuat bukan karena Dia memiliki otot baja, tapi justru karena Dia tahu bagaimana memenuhi semua kehendak Bapa. Yesus bukan sosok berangasan dan tukang pukul, hobi berperang dan membunuh, tapi justru sebaliknya Dia adalah sosok yang lembut hati dan penuh kasih. Ini pengertian kekuatan yang sungguh berbanding terbalik dengan apa yang dipercaya dunia. Pria memang memiliki suatu hasrat yang besar untuk membuktikan bahwa mereka memang kuat. Itu sudah menjadi sifat dasar semua pria. Semua itu memang diberikan Tuhan agar kita, para pria, memiliki kemampuan untuk memimpin, melindungi dan menyediakan. Sampai di titik ini tidak ada masalah. Yang jadi masalah adalah ketika hasrat para pria untuk membuktikan kekuatannya disalahartikan dan disalahgunakan, mengalami penyimpangan sehingga dieksploitasi iblis melalui berbagai sifat-sifat dosa yang melekat dalam tubuh manusia.

Kita para pria seringkali lupa mengenai alasan Tuhan memberikan kekuatan dalam diri kita. Kita lupa mencari tahu apa sebenarnya yang diinginkan Tuhan dalam kehidupan kita. Ada banyak dari kita yang kemudian keluar jalur dan mengambil posisi lain yang justru mengecewakan di mata Tuhan. Ambil contoh seorang pemimpin, yang diberi otoritas dan wewenang dalam memimpin dan memerintah. Tapi kemudian otoritas ini diselewengkan dan menjadikannya sebagai diktator. Padahal antara pemimpin dan diktator terdapat perbedaan yang sungguh nyata. Pemimpin mempunyai otoritas dan wewenang, tugas dan tanggungjawab, sedangkan diktator hanya memiliki kekuasaan padahal mereka sudah kehilangan kepercayaan, simpati dan dukungan dari yang mereka pimpin. Di rumah pun ada banyak pria yang bertindak seperti ini. Ketika seorang suami menampar istrinya dan berkata "Aku adalah pemimpin dalam rumah ini, kamu harus tunduk dan melakukan semua yang aku perintahkan", disana sang suami bukan lagi bertindak sebagai pemimpin melainkan diktator yang otoriter, yang sungguh sudah berada di luar otoritas yang diberikan Tuhan kepadanya. Perhatikan, jika seorang suami bertindak seperti itu, sebenarnya dia bukan menunjukkan kekuatannya, tetapi justru mengekspos kelemahannya sendiri di mata istri, anak dan semua orang yang mengetahuinya. Tidak ada yang pantas dibanggakan dengan sikap kasar seperti itu. Yesus tidak perlu menjadi tukang pukul untuk menjadi Pria kuat.Dia justru melakukannya lewat kasih dan kelemah lembutan.

Kepada para pria, hendaklah kita semua tahu bagaimana dan apa maksud Tuhan memberikan kekuatan kepada kita sebagai laki-laki. Daud mengatakan "Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda, tetapi kita bermegah dalam nama TUHAN, Allah kita." (Mazmur 20:8). Orang lain boleh saja mendefenisikan kekuatan lewat otot, tenaga, kemampuan berkelahi dan sebagainya, tapi kita justru harus menyatakan kekuatan kita lewat iman, di dalam Tuhan. Dunia mungkin lebih mementingkan sosok kekuatan secara fisik, namun kita anak-anak Tuhan tidak boleh ikut terjebak seperti itu. Faktanya ada banyak pria yang memiliki otot yang sangat kuat, tapi mereka lemah dalam penguasaan diri, pemikiran, hati, disiplin dan tanggungjawab. Mereka kuat secara daging, tapi lemah secara jiwa dan roh. Kuat fisik tapi lemah rohani. Fungsi pria dikatakan demikian: "karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh." (Efesus 5:23). Anda dan saya para pria ditugaskan sebagai pemimpin, bukan diktator. Tugas kita sebagai kepala rumah tangga tidaklah ringan, karena itulah Tuhan membekali kita dengan kekuatan. Tidak saja kekuatan jasmani, tapi yang lebih penting adalah kekuatan iman untuk menjaga rumah tangga kita agar tetap dalam lindungan Tuhan. Hari-hari ini adalah jahat, orang jahat bertambah jahat, penuh tipuan, saling menyesatkan dan disesatkan, karena itulah kita harus memiliki kekuatan agar dapat melindungi keluarga kita dari ancaman apapun. Menjadi pria kuat berarti menjadi pria yang menyadari tugasnya sesuai yang digariskan Tuhan dan mampu memaksimalkan seluruh potensi untuk menggenapinya. Ini termasuk melindungi keluarga dan mengasihi mereka. Jangan lakukan kekerasan dalam rumah tangga, itu tidak akan pernah membuktikan anda kuat. Firman Tuhan berkata : "Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan." (Kolose 3:14). Let us all be strong in the Lord, let's draw our stength from Him.

Pertanggungjawabkanlah kekuatan yang diberikan Tuhan kepada kita dengan mengasihi dan melindungi keluarga kita

Wednesday, November 25, 2009

Peace at Home

Ayat bacaan: Yakobus 3:16
======================
"Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat."

peace at home, heaven on earth, hell break loseRumah bisa menjadi tempat yang ternyaman dan terhangat bagi kita, tapi sebaliknya bisa pula menjadi tempat terpanas di muka bumi ini. It can be like heaven on earth, but can also be hell break lose. Ada rumah tangga yang tingkat pertengkarannya begitu intens, sehingga hubungan menjadi hambar. Tidak lagi ada kasih di rumah, sehingga pulang ke rumah menjadi alternatif paling akhir. Bahkan tidak jarang yang kemudian dengan ringan berkata bahwa tidak ada lagi rasa kepada pasangannya. Bagaimana kata-kata seperti itu mungkin keluar dengan mudah dari orang yang sudah memutuskan untuk menikah, menjadi satu dengan pasangannya? Tapi semakin lama hal seperti ini semakin dianggap lumrah terjadi dalam keluarga. Tidak heran jika tingkat perceraian pun semakin lama semakin tinggi. Berbagai alasan dikemukakan, termasuk tidak sedikit yang berani-beraninya menyalahkan Tuhan dengan mengatakan bahwa sudah merupakan takdir Tuhan bahwa mereka harus bercerai. Tuhan yang menyatukan, dan Dia pula yang menginginkan perceraian di antara ciptaanNya?

Rumah seringkali menjadi tempat yang termudah untuk sebebasnya bersikap mementingkan diri sendiri. Maksud saya begini. Ketika di luar, kita cenderung untuk menjaga image, juga menjaga perasaan orang lain. Ada dorongan untuk menjaga perilaku dan budi terhadap orang lian. Namun ketika berada bersama keluarga sendiri, orang bisa tergoda untuk membiarkan dirinya sendiri mendapat lebih banyak hak istimewa yang serakah daripada menjalankan kewajibannya, apalagi melakukan hal-hal yang digariskan Tuhan untuk dilaksanakan dalam keluarga. Tidakkah kita sering melihat bahwa orang-orang yang begitu ramah, penuh canda, ceria dan royal di luar ternyata di rumah menjadi sosok egois, pemarah dan pelitnya bukan main? Atau orang yang selalu tersenyum dan baik di luar menjadi tukang pukul di rumah? Belum lama kita mendengar bahwa seorang artis yang wajahnya begitu ramah di setiap foto ataupun tayangan televisi ternyata gemar memukuli istrinya sendiri. Singkatnya, ada banyak orang yang menganaktirikan keluarganya sendiri, lebih peduli terhadap perasaan orang lain ketimbang istri/suami dan anak-anaknya. Di rumah sifat aslinya keluar, dan itu bukanlah sifat asli yang baik. Seringkali manusia terjebak untuk lebih banyak menuntut penghargaan dan penghormatan, untuk dikasihi, daripada mengasihi.

Rumah tangga kristen seharusnya jauh dari bentuk-bentuk demikian. Orang percaya yang sudah terlanjur melakukannya seharusnya sadar bahwa semua itu harus berubah. Yakobus mengatakan "Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat." (Yakobus 3:16). Ayat ini tidak saja berlaku dalam hubungan kita dengan orang lain di luar, tapi terlebih lagi berlaku dalam hubungan dalam rumah tangga. Ketahuilah bahwa dalam pernikahan sesungguhnya Tuhan sendiri yang langsung memateraikan hubungan antara suami dan istri. Itu adalah bentuk ikatan yang kuat, begitu kuatnya sehingga firman Tuhan mengatakan bahwa tidak ada satupun manusia yang berhak memutuskannya. "Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." (Matius 19:6). Ini bentuk hubungan dua menjadi satu, begitu menyatunya sehingga dikatakan selayaknya menjadi satu daging. (ay 5). Dengan demikian, ketika kita menyakiti pasangan kita, bukankah itu artinya sama saja dengan menyakiti diri sendiri?

Keharmonisan dan kesepakatan dalam keluarga adalah hal mutlak yang harus bisa kita capai. Hal ini menjadi semakin langka saat ini, dimana suami dan istri seringkali memilih jalannya sendiri-sendiri. Padahal Tuhan Yesus dengan tegas berkata "Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." (Matius 18:19-20). Ini adalah bentuk kuasa dari kesepakatan yang begitu penting, dan seharusnya bekerja dalam hidup setiap pasangan kristiani. Maka sudah selayaknya pasangan-pasangan yang dimateraikan langsung oleh Tuhan ini tidak boleh membiarkan pertengkaran berada di dalam rumah. Pertengkaran sesungguhnya meruntuhkan perisai iman, menghambat hasil doa dan yang lebih parah bisa mengundang iblis ke tengah-tengah rumah tangga. Amsal 17:14 berkata "Memulai pertengkaran adalah seperti membuka jalan air". Perselisihan itu bisa tidak terkendali dan akhirnya mematikan. Pertengkaran di rumah akan melumpuhkan kuasa Tuhan dalam hidup kita.

Jangan pernah membiarkan iblis merusak keharmonisan rumah tangga anda dengan membiarkan pertengkaran atau perselisihan bercokol di dalamnya. Rumah tangga selayaknya menjadi tempat di mana terdapat hubungan yang harmonis, saling dukung, saling support, dimana kasih menjadi dasar yang kuat di dalamnya. Berlakulah bijaksana dan adil, jangan bersikap otoriter dan menuntut perlakuan berlebihan dari pasangan anda. Pasangan kita adalah sosok yang akan melengkapi dan menyempurnakan kita, mengisi berbagai kekurangan kita untuk menjadi lebih baik lagi. Pasangan bukanlah sosok yang pantas untuk dijadikan "sansak tinju", kambing hitam atau tempat kita menumpahkan emosi seenaknya. Singkatnya firman Tuhan memberikan gambaran "Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya." (Efesus 5:33). Dan ingatlah pesan ini: "Hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri." (Filipi 2:2-3). Ini pesan yang penting agar kuasa Tuhan tidak terhalang dan doa-doa yang kita panjatkan bisa menemukan jawaban. Yakobus mengatakan dimana ada iri hati dan egoisme, disanalah akan timbul kekacauan dan segala macam perbuatan jahat. Tetapi sebaliknya, "hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik." (Yakobus 3:17). Itulah bentuk kebijaksanaan yang berasal dari atas, yang seharusnya mengisi kehidupan setiap pasangan dalam rumah tangga masing-masing. "Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai." (ay 18).

Apakah rumah tangga anda termasuk heaven on earth atau hell break lose? Hari ini mari kita belajar untuk lebih lagi membangun keharmonisan dan kehangatan dalam rumah, sehingga anda akan selalu rindu untuk segera pulang ke rumah karena disanalah anda akan merasakan kedamaian dan kenyamanan tak terhingga. Jangan jadikan rumah tangga sebagai tempat memanjakan ego diri sendiri dan melakukan segala sesuatu seenaknya. Jadikan rumah tangga kita sebagai contoh bagaimana hangat dan damainya sebuah hubungan yang memiliki kasih dan damai Kristus di dalamnya.

Let God's values live at our home, let's have peace at home

Tuesday, November 24, 2009

Tegaslah Terhadap Pertengkaran

Ayat bacaan: Amsal 17:14
====================
"Memulai pertengkaran adalah seperti membuka jalan air; jadi undurlah sebelum perbantahan mulai."

pertengkaranBulan Maret kemarin kita dikejutkan dengan tragedi Situ Gintung. Hujan deras yang turun membuat tanggul tidak mampu menahan dorongan air. Tanggul pun bobol, bencana banjir bandang terjadi. Hanya dalam waktu singkat 2,1 juta meter kubik air pun melanda rumah-rumah penduduk yang berada di bawah tanggul. Berulang-ulang berita ditayangkan di TV terasa mengiris hati. Bayangkan bagaimana rasanya orang tua kehilangan anak, anak kehilangan orang tua, kehilangan sanak saudara. Hanya dalam waktu yang sangat singkat, hanya dalam hitungan menit, tiba-tiba begitu banyak orang kehilangan harta, saudara, anak, keluarga, teman dan juga nyawa. Musibah bisa terjadi begitu mendadak. Ketika tanggul jebol, tidak ada satupun orang yang sanggup menghentikan limpahan air deras yang menyeruak keluar dari tembok yang retak itu dalam waktu singkat.

Lihatlah betapa mengerikannya bencana yang bisa diakibatkan oleh pecahnya tanggul yang bertugas menahan air. Seperti itulah bahaya pertengkaran menurut firman Tuhan. Alkitab menggambarkan memulai pertengkaran sama seperti membobol dinding penahan air. Jika tanggul terbuka, meski sedikit saja pada awalnya, air pasti akan terus mendorong tanggul, memperbesar retaknya sehingga air akan memancar semakin deras dan menenggelamkan sekitarnya. Tidak lagi terkendali, liar dan ganas, berpotensi menghancurkan orang lain dan tentunya diri kita sendiri. "Memulai pertengkaran adalah seperti membuka jalan air; jadi undurlah sebelum perbantahan mulai." (Amsal 17:14). Tidak sembarangan Tuhan mengingatkan bahaya pertengkaran, karena ini merupakan satu dari masalah yang paling umum terdapat dalam kehidupan, bahkan sering menyerang orang-orang percaya. Kita tidak sadar dan membiarkan hal ini masuk kemana-mana. Di rumah, di tempat kerja, di kampus, sekolah, lingkungan rumah bahkan gereja sekalipun tidak luput dari bahaya pertengkaran ini.

Tentu saja tidak seorangpun di antara kita dengan sengaja membiarkannya masuk. Kita tidak pernah bangun di pagi hari dan langsung berkata, "saya mau bertengkar hari ini, yang besar sekalian.." Tidak. Yang terjadi biasanya adalah kita tidak waspada dan membiarkan kekesalan kecil hinggap pada diri kita, kemudian membiarkannya terus membesar hingga tidak terkendali, seperti tanggul jebol. Tanpa sadar, kita sudah masuk ke dalam sebuah pertengkaran yang sulit dikendalikan. Begitu banyak rumah tangga yang hancur akibat tingginya frekuensi pertengkaran di rumah. Rumah tidak lagi nyaman. Suasana panas, saling benci. "Tapi saya manusia, bukan robot, wajar dong jika merasa kesal dengan perlakuan pasangan kita, tetangga atau teman pada suatu ketika?" Tentu saja. Ada saatnya mungkin kita merasa kesal dengan perilaku seseorang, yang paling dekat sekalipun. Namun kita harus mampu mengendalikannya sebelum menjadi besar. Apa yang saya lakukan jika terjadi perselisihan kecil dengan istri saya? Saya akan berusaha diam dan menarik diri dari potensi pertengkaran. Saya menenangkan diri, ia pun demikian. Setelah reda, sebuah pelukan hangat biasanya akan mengakhiri kejengkelan. Setidaknya kami berdua berkomitmen untuk mengakhiri perselisihan sebelum pergi tidur. Sebuah anjuran yang mirip terdapat dalam kitab Efesus. "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu" (Efesus 4:26). And it works really well.

Pertengkaran bisa berawal dari berbagai sebab yang biasanya dimulai dengan perselisihan akan hal kecil. Yakobus mengatakan bahwa pertengkaran berasal dari nafsu duniawi yang ada dalam diri kita. "Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu? Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi." (Yakobus 1:4-5a). Menyimpan kekesalan atau sakit hati berlarut-larut pun berpotensi menimbulkan pertengkaran. "Sebab, kalau susu ditekan, mentega dihasilkan, dan kalau hidung ditekan, darah keluar, dan kalau kemarahan ditekan, pertengkaran timbul." (Amsal 30:33). Selain itu, ego, keangkuhan, sikap tidak mau kalah dan lain-lain pun bisa menimbulkan pertengkaran. Karena itulah kita diminta untuk bisa memaafkan orang dengan segera dan bersikap rendah hati, mau belajar untuk lebih memahami dan menerima orang lain apa adanya. Tidak ada manusia yang sempurna. Masalah yang timbul bisa diselesaikan baik-baik pada saat yang tepat, tidak terburu-buru. Alkitab juga mencatat fakta yang menarik dan memang benar: orang yang suka bertengkar biasanya juga suka pada pelanggaran atau dosa. "Siapa suka bertengkar, suka juga kepada pelanggaran, siapa memewahkan pintunya mencari kehancuran." (Amsal 17:19).

Jika kita terbiasa untuk lekas emosi, mudah naik pitam untuk hal-hal yang kecil sekalipun, ini saatnya untuk mulai belajar menghilangkannya. Bersikap tegaslah terhadap pertengkaran. Jangan membiarkannya merusak hidup kita sendiri dan orang lain. Mungkin perlu waktu, tapi setidaknya kita harus mulai dari sekarang. Ambillah sebuah komitmen bahwa dengan kuasa Tuhan, tidak akan ada hal yang bisa merampas sukacita dari diri kita, termasuk kekesalan yang bisa mengarah kepada pertengkaran. Sedini mungkin kita harus terus menjaga agar tanggul pertahanan emosi kita tetap kuat sehingga tidak bisa dijebol oleh kemarahan yang pada suatu saat tidak lagi bisa kita kendalikan. Ingatlah penyesalan biasanya datang terlambat, oleh karenanya kita harus senantiasa menjaga kestabilan emosi kita dan tidak cepat menuruti emosi dalam diri kita. Jika mengontrol emosi terasa sulit, mintalah Roh Kudus membantu kita dalam mengatasinya. Cepat lakukan itu sebelum kita mulai berbuat dosa. Selain itu ingatlah bahwa amarah manusia itu tidaklah pernah menyenangkan hati Tuhan. "Sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah." (Yakobus 1:20). Firman Tuhan juga berkata "Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!" (Roma 12:18). Selagi masih sadar dan masih bisa mengendalikan emosi, redamlah segera sebelum semuanya menjadi runyam. Tolaklah emosi sejak awal, dan katakan pada diri anda bahwa anda ingin berjalan dalam sejahtera dan damai sukacita Tuhan hari ini. Selain itu baik bagi kesehatan, anda pun akan merasa heran betapa hidup ini ternyata lebih indah jika dijalani tanpa emosi atau pertengkaran.

Don't open something we can't control. Jangan buka pintu pertengkaran yang nantinya tidak bisa kita kendalikan

Monday, November 23, 2009

Patuhlah Mulai Hari Ini

Ayat bacaan: Amsal 29:1
====================
"Siapa bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran, akan sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi."

tegar tengkuk, keras leher, hati membekuAda banyak orang yang ketakutan dikejar-kejar perasaan bersalah. Ada orang yang merasa bahwa kesalahan yang pernah mereka buat tidak akan pernah bisa dimaafkan. Biasanya mereka akan sulit melangkah menatap hari depan. Bahkan ada sebagian orang yang tidak lagi tahan dengan siksaan perasaan mereka dan memilih jalan pintas yang fatal dengan mengakhiri hidupnya. Di sisi lain, ada orang-orang yang sudah begitu terbiasa melakukan kesalahan, sehingga mereka tidak lagi merasa terganggu dengan itu. Berapa sering kita diingatkan Tuhan ketika berbuat kesalahan? Apakah itu lewat hati nurani, lewat Firman yang kita baca, lewat kotbah, lewat orang lain dan lain-lain, sesungguhnya setiap manusia baik-baik, siapapun mereka, biasanya akan sulit hidup tenang ketika melakukan suatu kesalahan. Saya katakan baik-baik karena ada kalanya seseorang mulai kehilangan kontrol atas dirinya, tidak lagi merasa bersalah atau menyesal setelah melakukan sesuatu yang jahat. Hati bisa membeku dan membatu, membuat kejahatan menjadi hal yang biasa. Hal ini bisa terjadi apabila kita terus mengabaikan peringatan Tuhan.

Sebagian orang mempunyai pemikiran keliru bahwa mereka bisa menunda-nunda untuk mematuhi peringatan Tuhan. Betapa kelirunya kita jika mengira bahwa bila pengarahan Roh Kudus menghampiri kita, kita dapat mengabaikannya dulu dan kemudian mematuhinya kelak sekehendak hati mereka. Mereka tahu mereka tidak melakukan hal yang benar, gaya hidupnya tidak benar, tapi mereka berpikir untuk membiarkan itu buat sementara waktu, dan nanti pada saatnya, entah kapan, mereka akan membereskannya dengan Tuhan. Jika anda memiliki pemikiran seperti itu, berhati-hatilah. Sebab firman Tuhan hari ini berkata "Siapa bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran, akan sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi." (Amsal 29:1). Dalam bahasa Inggris, kata 'bersitegang leher' disebutkan sebagai "hardens his neck", mengeraskan leher mereka, atau dalam bahasa alkitab yang cukup terkenal dikatakan sebagai "tegar tengkuk".

Ketika kita mendapat teguran dan memilih untuk mengeraskan leher kita, mengabaikan teguran itu dan terus melanjutkan perbuatan tidak benar, maka yang terjadi adalah hati kita bisa menjadi keras. Bukan karena anugerah Tuhan tidak sampai menjangkau kita, bukan pula Tuhan menolak mengampuni kita jika kita berbalik padaNya, tapi dosalah yang sudah mengeraskan hati kita hingga kita tidak lagi dapat mendengar suaraNya memanggil, mengingatkan dan menegur kita. Tidak heran jika dikatakan "sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan." (2 Timotius 3:13). Terbiasa jahat akan membuat orangbertambah jahat. Orang yang terbiasa sesat akan semakin sesat, saling menyesatkan dan disesatkan. Semua itu karena tidak ada lagi kontrol dalam diri mereka akibat kerasnya dosa yang sudah membatu menutupi hatinya.

Bangsa Israel di masa lalu adalah contoh konkrit mengenai ini. Betapa marahnya Tuhan kepada mereka yang tidak tahu berterimakasih, tidak tahu bersyukur dan terus menerus mengecewakan Tuhan. Dibebaskan dari perbudakan, mereka malah sinis karena merasa sulit untuk melalui padang gurun di alam kemerdekaan. Diberikan tanah terjanji yang begitu subur dan melimpah madunya bukannya bersyukur tapi malah menolak. Eh, setelah menerima, mereka malah merasa karena mereka luar biasa hebatnya maka mereka bisa mendapatkan itu. Keterlaluan bukan? Inilah bentuk kekerasan tengkuk orang Israel yang terus saja melakukan kesalahan demi kesalahan. Tidak salah jika Tuhan kemudian marah kepada mereka. Lihat bagaimana murkanya Tuhan ketika menghardik mereka yang tidak kunjung berubah. "Jadi ketahuilah, bahwa bukan karena jasa-jasamu TUHAN, Allahmu, memberikan kepadamu negeri yang baik itu untuk diduduki. Sesungguhnya engkau bangsa yang tegar tengkuk!" (Ulangan 9:6).

Alasan demi alasan mungkin kita kemukakan sebagai pembelaan diri untuk tidak mematuhi Tuhan saat ini. Alasan masih muda, belum waktunya, sedang enak-enaknya menikmati yang ditawarkan dunia, ingin balas dendam kepada seseorang, dan sebagainya, itu dipakai untuk meminta kelonggaran untuk berbalik jalan kembali kepada Tuhan. Tapi ingatlah bahwa tidak menjadi soal apapun alasan yang kita pakai untuk tidak mematuhi Tuhan. Ketidaktaatan itu akan tetap merugikan kita. Itu akan terus mengeraskan hati kita, sehingga jika tidak cepat diatasi hati kita pun bisa tertutup kerak dosa tebal yang membuat kita tidak lagi bisa mendengar kata Tuhan. Dan jika itu sudah kronis, ayat bacaan hari ini memberikan gambaran keras, "sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi." Kita bisa dibinasakan dengan tiba-tiba tanpa dapat diobati. Mengerikan.

Oleh karena itu, hendaklah kita mengambil apa yang dialami bangsa Israel dengan konsekuensi yang harus mereka tanggung sebagai pembelajaran. Jangan bermain api, nanti bisa terbakar. Jangan bermain-main dengan dosa nanti bisa menyesal. Begitu hati kita lumpuh, kita pun akan habis sia-sia dalam penyesalan tanpa akhir. Jika hari ini anda masih mendengar teguran dan peringatan Tuhan, jangan tunda lagi. Berbaliklah segera. Firman Tuhan berkata: "Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun" (Ibrani 3:7-8). Jangan keraskan terus hati, karena itu akan membangkitkan amarah Allah seperti halnya yang terjadi pada bangsa Israel di jaman Musa. "di mana nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku, sekalipun mereka melihat perbuatan-perbuatan-Ku, empat puluh tahun lamanya. Itulah sebabnya Aku murka kepada angkatan itu, dan berkata: Selalu mereka sesat hati, dan mereka tidak mengenal jalan-Ku," (ay 9-10). Berbaliklah segera, mulailah untuk hidup benar dan saling menasihatilah satu sama lain. "Tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama masih dapat dikatakan "hari ini", supaya jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa." (ay 13). Tuhan memang terus siap memberikan pengampunan dan sudah berjanji untuk memutihkan dosa kita, tidak lagi mengingat-ingat dosa kita dan membuangnya sejauh timur dari barat, tapi jika kita terus menunda-nunda, ada saat dimana kesempatan itu tidak lagi ada. Jika Tuhan hari ini mengingatkan kita, janganlah menunda dengan mengira bahwa lebih mudah melakukannya kemudian. Itu tidak akan pernah lebih mudah, yang ada malah akan menjadi lebih sulit. Jika Roh Kudus hari ini mengoreksi kita, ikutilah segera petunjukNya. Lakukan hari ini juga dan jangan tunggu lebih lama. Jagalah hati kita untuk tetap lembut untuk bisa mendengar dan mematuhi serta melaksanakan petunjuk Tuhan.

Jangan keraskan hati, jangan tunda lagi jika mendengar suara Tuhan

Sunday, November 22, 2009

Seribu Rebah

Ayat bacaan: Mazmur 91:7,10
======================
"Walau seribu orang rebah di sisimu, dan sepuluh ribu di sebelah kananmu, tetapi itu tidak akan menimpamu. malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu"

seribu rebah, aman dalam perlindungan TuhanSemakin tua dunia ini, semakin banyak saja masalahnya. Di satu sisi teknologi memajukan kehidupan manusia, tapi di sisi lain teknologi bisa membawa kesengsaraan dan kebinasaan. Peperangan, kebencian, permusuhan ada dimana-mana. Krisis demi krisis menimpa kita. Di mana-mana perusahaan, yang besar sekalipun bisa gulung tikar dan menyisakan hutang yang sangat besar. Krisis ekonomi tidak lagi hanya kasus regional, tapi sudah menjadi masalah global. Flu burung, flu babi, dan entah flu apa lagi yang bakal muncul di kemudian hari. Gempa, gunung berapi meletus, banjir, kebakaran, dan berbagai bencana alam lainnya seolah silih berganti datang menghancurkan berbagai belahan dunia. Pencuri, perampok, pembunuh, orang-orang jahat selalu ada di sekitar kita. Kalau kita pikirkan itu semua, kita akan segera merasa betapa mengerikannya hidup di dunia ini. Tapi tunggu dulu, jangan lupa bahwa kita punya Allah yang luar biasa yang menjanjikan sesuatu sebagai pegangan dalam hidup kita.

Mazmur 91:7 dan 10 berkata: "Walau seribu orang rebah di sisimu, dan sepuluh ribu di sebelah kananmu, tetapi itu tidak akan menimpamu. malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu." Oh luar biasa. Ini janji yang sangat besar dan sangat melegakan untuk kita imani terlebih ketika kita hidup di tengah jaman yang begitu menyeramkan. "Dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat penangkap burung, dari penyakit sampar yang busuk." (ay 3). Lalu Tuhan berjanji akan melindungi kita di bawah kepak dan sayapNya bagai perisai dan tembok tebal yang tidak akan bisa ditembus malapetaka. (ay 4). Dengarlah kata Tuhan: "Engkau tak usah takut terhadap kedahsyatan malam, terhadap panah yang terbang di waktu siang, terhadap penyakit sampar yang berjalan di dalam gelap, terhadap penyakit menular yang mengamuk di waktu petang." (ay 5-6). Seribu rebah di kiri, sepuluh ribu di kanan, tapi tidak ada satupun yang menimpa kita, karena Tuhan akan melindungi kita di bawah kepak sayapnya. Kita harus mengakui betapa butuhnya kita akan janji Tuhan ini, mengingat bahwa hari-hari ini adalah jahat dan dipenuhi banyak kesulitan. Pada saat janji Tuhan itu ditulis, sepertinya belum ada teknologi yang memungkinkan untuk bisa memusnahkan seribu dan sepuluh ribu orang sekaligus. Tapi pada jaman sekarang, hal itu menjadi mungkin dengan adanya bom nuklir dan berbagai senjata pemusnah masal lainnya, termasuk pula berbagai wabah penyakit menular yang mematikan.

Bagaimana agar kita bisa menerima janji Tuhan ini? Awal dari serangkaian janji luar biasa dalam Mazmur 91 itu menuliskan syaratnya. "Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa akan berkata kepada TUHAN: "Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai." (ay 1-2). Hanya orang-orang yang duduk dalam lindungan Tuhan, yang selalu hidup di dalam Tuhan-lah yang akan menerima janji Tuhan ini. Kita perlu melakukan hal itu dan kemudian memegang janji Tuhan hari ini. Percayalah Tuhan mau menjadi yang utama dalam hidup kita. Dia mau menjadi tempat perlindungan kita, tempat perteduhan kita (Mazmur 91:9). Tuhan mau menjadi Nama pertama yang akan kita panggil dan andalkan ketika kesukaran mulai menimpa kita. (Yeremia 17:7). Tuhan ingin kita menyadari bahwa Dia sanggup melakukan segala sesuatu, mengetahui bahwa tidak ada satupun rencanaNya yang gagal. (Ayub 42:2). Dia mau kita Tuhan menghendaki kita untuk menjadikanNya sebagai Pribadi yang bisa dipercaya sepenuhnya dan diharapkan untuk mengamankan hidup kita. Dan ketika kita melakukan itu semua, kita akan mengalami sebuah pengertian mendasar bahwa Dia adalah Allah yang tidak pernah mengecewakan. Oleh sebab itulah kita bisa membaca dalam Mazmur, "Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku." (Mazmur 62:6), "Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu, dan aku hidup dalam kebenaran-Mu." (26:3).

Tuhan mampu menangani semua bahaya yang mengelilingi kita. Betapa gawatnya bahaya itu sekalipun. Sadrakh, Mesakh, Abednego dan Daniel sudah membuktikannya. Daud sudah membuktikannya. Bangsa Israel di jaman Musa mengalaminya. Begitu pula banyak tokoh alkitab lainnya. Jika dulu janji Tuhan berlaku dan terbukti, hari ini pun sama, sebab Tuhan kita tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya. (Ibrani 13:8). Saya undang anda semua untuk membuktikan dalam hidup anda kebenaran firmanNya yang telah dibuktikanNya dalam hidup Sadrakh, Mesakh, Abednego, Daud dan lain-lain. Hiduplah bersama Tuhan, ijinkan Dia memerintah dalam hidup anda, hiduplah sesuai kebenaran firmanNya dan seturut kehendakNya, maka Tuhan akan hadir tepat di tempat anda untuk membebaskan anda dari masalah, kehancuran, atau malapetaka apapun. Pada suatu hari nanti, anda akan tahu dan berkata bahwa tidak ada pribadi lain yang mampu membebaskan dan menyelamatkan seperti Dia!

Berlindunglah dengan aman dan tenang di bawah kepak sayap Tuhan

Saturday, November 21, 2009

Sukacita dari Tuhan

Ayat bacaan: Mazmur 33:21
======================
"Ya, karena Dia hati kita bersukacita, sebab kepada nama-Nya yang kudus kita percaya."

sukacita dari TuhanJengkel menghadapi orang lain? Itu sudah menjadi makanan kita sehari-hari. Selalu saja ada orang-orang yang begitu menjengkelkan sehingga rasanya seperti seolah-olah dihadapkan kepada uji kesabaran. Baik dari sikap mereka, perkataan mereka, gestur atau gerak tubuh mereka, bahkan pandangan mata dan cibiran bibir. Di kalangan tetangga, pekerjaan, sekolah, di jalanan, atau di manapun kita akan bertemu dengan orang-orang seperti ini. Tidak hanya terhadap orang lain, tapi seringkali dalam keluarga sendiri pun kita bisa berhadapan dengan kekesalan. Istri kesal kepada kebiasaan-kebiasaan buruk suami, yang mungkin mendengkur, sembarangan membuang baju kotor dimana-mana, tidak membuka sepatu ketika masuk ke rumah, punya kebiasaan mengeluhkan pekerjaan, dan lain-lain. Atau suami kesal kepada istri? Istri yang terlambat mempersiapkan sarapan, punya hobi membantah, dirasa terlalu sibuk diluar, dianggap kurang peduli, juga berbagai kekesalan "kecil-kecilan" seperti tidak membuatkan secangkir teh dan sebagainya. Kesal, itu sudah menjadi bagian hidup kita. Tapi haruskah kita membiarkan kekesalan itu merampas sukacita? Haruskah kita menjadi sosok emosional yang harus selalu mengajak suami/istri untuk berkelahi atau "berantem", juga kepada setiap orang yang mungkin pada suatu saat menjengkelkan kita? Atau dengarlah kata seorang teman pada suatu kali, "bagaimana mau hepi kalau semua manusia ini ternyata mengesalkan?"

Jika kita mendasarkan sukacita kita kepada manusia, lama kelamaan kita tidak akan bisa lagi merasakan itu. Manusia bisa mengecewakan, orang terdekat kita sekalipun pada suatu waktu bisa menyinggung perasaan kita tau membuat kita kecewa, tapi Tuhan tidak akan pernah mengecewakan kita. Pemazmur berkata "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." (Mazmur 46:2). Tidak hanya sebagai tempat perlindungan dan kekuatan, tapi sukacita yang sejati pun sebenarnya berasal dari Tuhan, dan bukan dari manusia. Artinya, kita tidak harus menggantungkan kebahagiaan dan kegembiraan dalam hidup kita kepada manusia lain di sekeliling kita, atau pada keadaan kita saat ini, melainkan menggantungkannya kepada Tuhan, Allah kita yang tidak pernah mengecewakan anak-anakNya. Pemazmur mengatakan seperti ini "Ya, karena Dia hati kita bersukacita, sebab kepada nama-Nya yang kudus kita percaya." (Mazmur 33:21). Hati kita bersukacita bukan tergantung dari orang lain atau situasi yang kita hadapi, tapi tergantung dari sejauh mana kita percaya pada Tuhan. Masalah boleh hadir, tapi sukacita tidak boleh hilang karenanya. Orang lain boleh saja membuat kita jengkel, tapi hal itu tidak boleh merampas sukacita dari diri kita. Mengapa? Karena sukacita sesungguhnya berasal dari Tuhan, bukan dari orang atau situasi di sekeliling kita.

Bagaimana Paulus dan rekan-rekan sepelayanan bisa tetap teguh dan memiliki sukacita serta kerinduan untuk mewartakan Kristus ditengah kesengsaraan dan penderitaannya? Apa yang mereka hadapi sungguh berat. Dirajam, disiksa, ditangkap, bahkan menjadi martir, semua itu tidak merampas sukacita sama sekali dari diri mereka. Paulus memberikan alasannya dengan gamblang. "Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami." (2 Korintus 4:17). Inilah bentuk memandang Allah dan mendasarkan sukacita kepada Sang Pemberi yang sesungguhnya. Orang-orang yang menjengkelkan dan mengecewakan kita akan terus ada, masalah boleh saja terus ada, tapi semua itu bisa kita pergunakan sebagai proses pembelajaran dan pendewasaan diri kita, bagaimana kita bisa mengambil keputusan dengan tepat, bagaimana kita bisa cakap menghadapi orang dalam berbagai sifat dan kelakuan. Nobody's perfect. Tidak istri atau suami kita, tidak teman-teman kita, tidak siapapun, dan yang pasti tidak juga kita. Kita pun tidak sempurna. Mereka punya kelemahan, kita pun demikian. Kita bisa belajar melatih kesabaran dan keluwesan dari orang-orang yang sulit dihadapi ini. Kelemahan orang lain pun merupakan sarana pembelajaran bagi kita bahwa orang lain butuh dilengkapi oleh kita. Kelemahan kita membuka kesempatan bagi orang lain untuk belajar bagaimana mereka bisa memahami kita. Semua permasalahan itu tidak boleh merampas sukacita, karena sukacita yang sebenarnya itu berasal dari Tuhan.

Selain daripada itu, kita pun harus membereskan segala kesalahan dan masalah kita di masa lalu. Hidup dengan hati yang tertuduh pun bisa merampas sukacita dari diri kita. "Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah" (1 Yohanes 3:21). Seringkali perasaan tertuduh dan bersalah membuat kita ragu untuk mendekati Tuhan, dan akibatnya kita tidak lagi merasakan sebentuk sukacita yang berasal dariNya. Jika kita membereskan semua kesalahan kita, mengakuinya di hadapan Tuhan dan membereskan dengan orang-orang yang berkaitan dengan itu, memberikan pengampunan bagi mereka yang pernah menyakiti kita, kita pun akan menerima pengampunan dari Tuhan. Kita bisa membangun kembali hubungan kita dengan Tuhan, dan dengan demikian sukacita daripadaNya akan kembali mengalir ke dalam diri kita.

Siapapun orangnya, pada suatu kali bisa saja mengesalkan kita. Semua orang punya kelemahan masing-masing, baik dari sifat, perilaku, kebiasaan dan lainnya. Tapi tidakkah mereka juga punya kelebihan sendiri-sendiri? Mungkin suami anda bukanlah orang yang rapi, tapi dia setia dan begitu menyayangi anda. Mungkin dia mendengkur, tapi itu karena ia mati-matian membanting tulang demi memenuhi kebutuhan anda. Mungkin istri anda pada suatu ketika terlambat bangun dan menyiapkan sarapan, tapi tidakkah anda bahagia ketika melihat senyumannya menyambut anda pulang kerja? Mungkin dia punya sifat cuek dan kurang romantis, tapi bayangkan hidup tanpa dirinya. Nobody's perfect, we all make mistakes. Jangan dasarkan kepada kesalahan-kesalahan itu, tapi dasarkanlah pandangan anda pada semua yang yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji. (Filipi 4:8). Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bersukacita, karena semua itu berasal dari Tuhan dan berada jauh di atas segala permasalahan atau orang-orang yang mengecewakan kita. Maka Firman Tuhan berkata, "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 4:4), "Bersukacitalah senantiasa." (1 Tesalonika 5:16). No matter what, come what may, percayalah bahwa kita punya Tuhan yang jauh lebih besar dari semua masalah, yang telah memberikan kita sukacita sejati terlepas dari apapun keadaan kita hari ini dan siapapun yang kita hadapi saat ini. Oleh karenanya, jangan biarkan sukacita kita dirampas. "Bersukacitalah senantiasa.Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:16-18). Are you ready? Let's rejoice!

Sukacita sejati berasal dari Tuhan, bukan dari orang lain atau situasi yang kita hadapi

Friday, November 20, 2009

Perabot Emas

Ayat bacaan: 2 Timotius 2:20
======================
"Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia."

perabot emas,pot tanah liat"Saya memang sudah ditakdirkan seperti ini.." kata seorang siswa saya pada suatu kali. Dia berkata demikian karena merasa sulit untuk memahami pelajaran dan sulit percaya bahwa ia pun memiliki peluang untuk sukses sama seperti teman-temannya, sama seperti anda dan saya. Apa yang ia percaya adalah sebentuk suratan takdir yang sudah digariskan kepada masing-masing orang. Ada yang kaya, ada yang miskin, ada yang sukses, ada yang gagal, ada yang mujur, ada yang sial. Jika memang demikian, maka kita tidak perlu berusaha lagi, karena toh dengan duduk di rumah seharian kekayaan akan datang dengan sendirinya kalau itu takdir kita, bukan? Apakah benar seperti itu? Apakah Tuhan itu memang pilih kasih? Tidak, Tuhan itu Maha Adil dan kasih setiaNya tak terbatas, kekal selama-lamanya. Bagaimana dengan hak kita sebagai ahli waris Kerajaan sebagai anak-anak Tuhan? Apakah anda merasa ditakdirkan untuk memperoleh kebesaran di Kerajaan Allah, atau anda puas hanya sekedar lolos dari lubang jarum? Apakah anda percaya bahwa anda sebenarnya dikehendaki Tuhan untuk menjadi perabot dari emas dan perak, bukan sekedar pot kecil tanah liat saja?

Tuhan tidak pernah membeda-bedakan anak-anakNya. Siapapun kita, apapun latar belakang kita, tinggi rendahnya pendidikan kita, semua kita yang percaya mendapat kesempatan sama untuk menjadi ahli waris. Firman Tuhan berkata "Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah." (Roma 8:15). Dengan demikian, "jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia." (ay 17). Mari kita lanjutkan dengan membaca isi surat Paulus kepada Timotius. "Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia." (2 Timotius 2:20). Dalam Kerajaan akan terdapat perabot emas, perak hingga perabot kayu dan pot tanah liat, tapi itu bukanlah takdir yang diinginkan Tuhan. Apa yang diinginkan Tuhan adalah semua kita bisa menjadi perabot dari emas dan perak! Kita sendirilah yang menentukan kita ingin menjadi jenis yang mana. Perabot emas atau pot tanah liat, pilihannya terserah kita. Semua tergantung kita.

Apa yang harus kita lakukan untuk itu? Ayat selanjutnya memaparkan caranya. "Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia." (ay 21). Agar bisa masuk ke dalam kategori perabot emas dan perak, yang notabene dikatakan dipakai untuk maksud yang mulia, caranya adalah dengan menyucikan diri. Hidup suci, hidup kudus, hidup murni, sampai kita dianggap layak untuk dipakai dalam setiap pekerjaan yang mulia. Setiap kita telah ditugaskan untuk melakukan tugas yang digariskan Kristus dalam Amanat AgungNya. Tapi dipakai atau tidak, itu semua tergantung diri kita sendiri, apakah kita mau taat kepadaNya dan memilih untuk hidup kudus atau tidak.

Ada banyak anak-anak Tuhan yang sudah puas sekedar menjadi perabot dari kayu dan tanah. Mereka kekurangan syarat yang harus dipenuhi untuk bisa menjadi perabot emas dan perak. Mereka tidak memiliki cukup kesetiaan, tidak cukup pengabdian. Mereka tidak memisahkan diri dari pengaruh-pengaruh yang mencemarkan. Mereka tidak bersedia berpaling dari hal-hal duniawi untuk berjalan terus bersama Tuhan. Dalam kelanjutan ayat di atas, Paulus melanjutkan dengan memberikan beberapa perilaku yang menyebabkan ketidaklayakan ini. Mengejar nafsu orang muda (ay 22), melakukan hal-hal yang dicari-cari, bodoh dan tidak layak alias tidak ada gunanya, sia-sia (ay 23), membiarkan emosi menguasai diri (ay 24), dan tidak membuka kesempatan bagi orang lain untuk bertobat (ay 25).

Hari ini hendaklah kita membulatkan tekad yang akan bisa mengubahkan kita menjadi perabot emas. Caranya adalah dengan menyucikan diri. Kita menyucikan diri dengan mematikan segala kedagingan yang melekat pada kita. "Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka)". (Kolose 3:5-6). Lalu, "Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya." (ay 8-10). Perhatikan ayat selanjutnya, ini berlaku untuk siapapun itu. "dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu." (ay 11). Ingatlah bahwa Kristus telah menebus siapapun manusia tanpa terkecuali. Jika terasa sulit, ijinkanlah Roh Kudus bekerja atas diri kita, memproses kita hingga mampu terlepas dari segala keinginan duniawi dan bisa melangkah tegak di jalan Tuhan. Roh Kudus tinggal di dalam orang-orang percaya (Roma 8:11) dan akan terus bekerja untuk menyucikan kita. (Roma 15:16).

Mulailah lakukan itu dari sekarang. Waktu sudah sangat larut. Kemuliaan Tuhan sesungguhnya tercurah di atas bumi ini, dimana kemuliaan itu tidak akan pernah menetes dari perabotan kayu atau pot tanah liat. Kemuliaan Tuhan tercurah melalui perabot-perabot emasNya, dan itulah yang sesungguhnya menjadi panggilan atau takdir Tuhan buat kita semua, buat anda dan saya.

Jadilah perabot emas yang layak dipakai Tuhan untuk maksud mulia

Thursday, November 19, 2009

Ingatlah Rahmat Tuhan

Ayat bacaan: Ratapan 3:21-23
=======================
"Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap: Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!"

rahmat TuhanPagi yang cerah. Itu yang hadir ketika saya terbangun pagi ini. Ada istri di samping saya tersenyum, ada dua anjing kecil yang dengan gembira menggoyang-goyangkan ekornya melihat kami sudah bangun. "What a blessful day, thank you Jesus." saya berucap dalam hati. Terima kasih atas satu hari lagi yang diberikan kepada kami, bukan hanya sekedar hari, tapi hari yang berisi rahmat Tuhan yang segar dan baru. Fresh from the oven. Kesibukan bakal hadir sebentar lagi, ada banyak pekerjaan, kegiatan dan tugas-tugas yang harus diselesaikan, masih ada beban-beban yang harus ditanggulangi, tapi itu bukan berarti bahwa semua itu harus merebut sukacita, sebuah sukacita surgawi yang langsung disediakan Tuhan tepat begitu saya bangun.

Seringkali kita terlalu fokus kepada beban dan masalah sehingga kita lupa seperti apa kebaikan Tuhan itu. Kita lupa bahwa jika hari ini kita masih diberi kesempatan untuk menjalani hari, masih bernafas, masih punya kekuatan untuk melakukan sesuatu, itu pun tidak kurang merupakan berkat Tuhan. Kita lupa jika pagi yang cerah menyambut kita, matahari bersinar, awan-awan putih menambah warna langit biru cerah, ayam berkokok, burung-burung berkicau, itu pun berkat Tuhan. Bunga bermekaran, secangkir teh atau kopi panas, semua itu pun berkat Tuhan. Tapi kita seringkali mengabaikan hal ini dan lebih cenderung untuk memperhatikan berbagai masalah yang harus kita hadapi setiap hari. Tidak salah untuk berkonsentrasi pada tugas atau pekerjaan, tapi jangan sampai semua itu merebut atau menghilangkan sukacita yang berasal dari Tuhan, yang telah Dia sediakan kepada kita setiap hari. Ayat bacaan hari ini mengatakan dengan jelas mengenai fokus utama yang seharusnya kita lihat. Serangkaian ayat terdahulu bercerita mengenai berbagai penderitaan, kesusahan yang kita lihat bahkan mungkin sedang kita alami, tapi lalu si penulis mengingatkan bahwa bukan itu semua yang harus menjadi fokus perhatian kita. Demikian katanya: "Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap: Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (Ratapan 3:21-23). Bagaimana si penulis bisa mengatakan demikian? Bukankah ia baru saja meratapi kehancuran Yerusalem? Karena penulis mengenal pribadi Tuhan. Dia tahu pasti bahwa Tuhan memberikan harapan baru yang hadir pada kita setiap pagi. Tuhan mencurahkan berkat baru, menyambut kita dengan penuh kasih setiap kita membuka mata terbangun dari tidur. Masalah boleh ada, tapi kita punya Tuhan yang luar biasa besar kasih setiaNya yang sanggup membawa kita terbang mengatasi itu.

Ada begitu banyak janji berkat Tuhan kepada kita. Ada begitu banyak kebaikan Tuhan yang tertulis dalam alkitab. Hari ini mari kita fokus kepada satu bagian dari Mazmur saja, Mazmur 103, karena bagian ini memuat berbagai kebaikan Tuhan yang Dia berikan kepada kita setiap hari.
  • Dia mengampuni dosa kita. (ay 3)
  • Dia menyembuhkan segala penyakit kita (ay 3)
  • Dia menebus hidup kita dari kebinasaan (ay 4)
  • Dia memahkotai kita dengan kasih setia dan rahmat (ay 4)
  • Dia memuaskan hasrat/kebutuhan kita dengan kebaikan sehingga kita diperbaharui seperti masa muda rajawali (ay 5)
  • Dia menjalankan keadilan dan hukum bagi anak-anakNya yang tertindas. Tuhan memerdekakan kita. (ay 6)
  • Dia memperkenalkan jalan-jalanNya, rancanganNya kepada anak-anakNya. (ay 7)
  • Dia begitu sabar dalam memberikan kesempatan bagi kita untuk berubah (ay 8)
  • Dia penuh kasih, setinggi langit di atas bumi besar kasihnya pada 8,11).
  • Dia bukanlah sosok yang mendendam dan selalu menuntut. Dia Bapa yang selalu mengerti, peduli dan pengampun. (ay 9-10,12)
  • Dia sosok Bapa yang sayang anak-anakNya (ay 13)
  • Kasih setiaNya berlimpah (ay 8) dan berlaku selama-lamanya, turun-temurun (ay 17)

Tuhan mengenal betul karakter kita manusia, ciptaanNya yang lemah dan terbatas. Kita ini hanyalah debu (ay 14), masa hidup kita singkat (15-16). "Tetapi kasih setia TUHAN dari selama-lamanya sampai selama-lamanya atas orang-orang yang takut akan Dia, dan keadilan-Nya bagi anak cucu, bagi orang-orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan yang ingat untuk melakukan titah-Nya.". Bagi kita semua yang berpegang pada perjanjianNya, dan mau melakukan perintahNya, Tuhan sudah menegakkan tahtaNya di surga, kerajaanNya berkuasa atas segala-galanya. (ay 18-19). Artinya tidak ada masalah sama sekali bagi Tuhan untuk mencurahkan rahmatNya dikala kita mengalami kesulitan, karena Dia berkuasa atas segalanya, untuk selamanya.

Pagi ini sudahkah anda bangun dan mensyukuri segala kebaikan yang dihadirkan Tuhan dalam hidup anda? Sudahkah anda berterimakasih atas rahmat baru yang dicurahkanNya tadi pagi? Jika sudah, teruslah pastikan untuk bersyukur kepada Tuhan atas segala kebaikanNya. Jika belum, mulailah hari ini. Tinggallah dalam hadiratNya dalam doa dan ingat terus rahmatNya kepada anda. Pertahankanlah terus maka anda akan menjadi lebih kuat dalam iman dan semakin menyadari kasih Tuhan lebih dari waktu-waktu sebelumnya.

Jadikan berkat Tuhan menjadi nyata dan hidup dalam diri anda setiap hari

Wednesday, November 18, 2009

Tidak Akan Pernah Jatuh

Ayat bacaan: 2 Petrus 1:10
=====================
"Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung."

tersandung, jatuhApakah anda pernah tersandung lalu terjatuh? Seorang anak kecil yang melintas di depan rumah saya sore ini tersandung selagi berjalan di atas permukaan jalan yang berbatu-batu. Ketidakhati-hatiannya membuatnya terjerembap jatuh. Untung dia tidak mengalami masalah apa-apa. Ia langsung bangkit dan berjalan lagi meski agak sedikit terpincang-pincang di awalnya disertai wajah yang agak meringis. Kita semua pernah mengalami hal ini. Bukan hanya di jalan terjal, berbatu, tapi terkadang di jalan yang mulus itu bisa terjadi. Jalan mulus bisa membuat kita tidak waspada, sehingga ketika ada sebentuk benda yang tidak kita lihat menghalangi langkah kita, kita pun bisa tersandung karenanya. Tersandung bisa sepele, tapi bisa pula menjadi berat jika ekses yang diakibatkan ternyata mencederai kita secara serius. Teman saya di SMA pernah tersandung begitu selesai bermain basket. Posisi jatuhnya ternyata cukup berakibat fatal. Ia kehilangan beberapa gigi karena mulutnya tepat menghantam permukaan keras di mana ia jatuh. Adik saya sempat sobek bibirnya karena jatuhnya menghantam ujung meja. Di sisi lain, kita seringkali tersandung dan bisa kembali melanjutkan langkah kita seperti halnya si anak.

Jatuh bangun dalam iman pun dialami oleh banyak orang. Bahkan ada orang yang sudah begitu sering jatuh bangun sehingga mereka sudah sulit menerima bahwa mereka sebenarnya direncanakan untuk tidak pernah jatuh. Tuhan sebenarnya sudah menjanjikan bahwa kita anak-anakNya tidak akan pernah tersandung dan jatuh. Firman Tuhan berkata bahwa ada sesuatu yang dapat membuat kita tetap berdiri tegak dan terhindar dari kejatuhan ini. Apa itu? Ketekunan. Ketekunan untuk berusaha lebih serius lagi atas panggilan dan pilihan Allah atas diri kita. Paulus menggambarkannya demikian: "Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung." (2 Petrus 1:10). Kata tersandung dalam versi bahasa Inggris dijelaskan dengan "stumble or fall." Tidak hanya tersandung, tapi juga terjatuh. Kata ketekunan atau keseriusan, kerajinan untuk berusaha keras untuk lebih sungguh-sungguh ini memiliki arti yang sangat penting. Kita perlu tahu bahwa kita tidak akan pernah dapat menghayati hidup yang penuh kemenangan tanpa adanya ketekunan ini.

Panggilan dan pilihan Allah, ini dijelaskan oleh Petrus di awal perikop. "Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib." (ay 1). Sejalan dengan ini, Paulus menulis rincian yang lebih jelas. "Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya." (Roma 8:30). Sejak semula Allah telah memilih dan menentukan panggilanNya. Inilah yang harus kita teguhkan dengan sungguh-sungguh, jangan disepelekan dan tidak diperhatikan. Bersungguh-sungguh artinya tidak sekedar menjalankan. Bersungguh-sungguh ada pada level di atasnya. Tekun berdoa, rajin beribadah, bisa dilakukan hanya karena rutinitas, sesuatu yang sudah terpola dari keluarga, atau alasan-alasan duniawi lainnya. Bersungguh-sungguh artinya melakukan lebih dari itu, dengan menyadari dengan sepenuhnya, mendasarkan setiap doa, pujian, penyembahan, perenungan dan sebagainya dari hati yang paling dalam yang memandang Tuhan dengan kasih tulus dan murni. Seperti apa bentuknya? Petrus menjabarkannya seperti ini: "Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang." (2 Petrus 1:5-7). Lihatlah rantai yang terjalin dalam ayat-ayat ini. Itulah bentuk usaha sungguh-sungguh untuk lebih meneguhkan panggilan dan pilihan yang telah ditetapkan Tuhan sejak semula.

Petrus, Paulus dan murid-murid lainnya tahu bahwa kita tidak akan mampu hidup dengan iman ala kadarnya. Kita tidak bisa hidup dengan mengabaikan nilai dan prinsip kekristenan dan berharap dapat tetap diselamatkan. Dan kita pun tidak bisa melakukannya setengah-setengah. Di satu sisi kita taat, di sisi lain kita langgar. Di saat tertentu kita patuh, tapi di saat lain kita mengabaikannya. Tidak, ini tidaklah menggambarkan sebuah kesungguhan. Yakobus berkata "Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya." (Yakobus 2:10). Kita tidak akan bisa berdiri teguh tanpa membaca alkitab sepanjang minggu. Tidak akan pernah cukup jika kita hanya mengandalkan kebaktian seminggu sekali di gereja saja, lalu hidup sepenuhnya tanpa Tuhan selama seminggu penuh. Itu tidak akan pernah cukup. Jika kita termasuk dalam golongan ini, tidaklah heran jika kita terus saja tersandung, terjatuh dan lagi-lagi gagal.

Tuhan berfirman: "Setiap senjata yang ditempa terhadap engkau tidak akan berhasil, dan setiap orang yang melontarkan tuduhan melawan engkau dalam pengadilan, akan engkau buktikan salah. Inilah yang menjadi bagian hamba-hamba TUHAN dan kebenaran yang mereka terima dari pada-Ku, demikianlah firman TUHAN." (Yesaya 54:17). Yes! Inilah bagian dari kebenaran yang seharusnya kita terima. Kita seharusnya dicanangkan untuk tidak pernah tersandung dan terjatuh. Never stumble or fall. Berusaha sungguh-sungguh untuk meneguhkan panggilan dan pilihan kita akan membawa kita naik ke level yang lebih tinggi, dimana semua berkat Tuhan berada. "Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus." (2 Petrus 1:11). Ini janji Tuhan bagi kita semua. Jika demikian, haruskah kita terus tersandung dan terjatuh? Firman Tuhan berkata: "Sekali-kali tidak!" (Roma 11:11). Jika kita ingin bertahan menghadapi hari-hari yang sulit yang akan terus datang, kita semua membutuhkan iman yang dewasa, sebentuk iman yang dapat memindahkan gunung. Dan caranya tidak lain adalah dengan lebih sungguh-sungguh lagi menyerahkan diri kita kepada Firman. Jika kita sudah melakukannya, berusahalah untuk lebih baik dan lebih rajin lagi daripada sebelumnya. Paulus berkata: "Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi." (1 Tesalonika 4:1). Rajinlah untuk memastikan bahwa panggilan dan pilihan atas kita tetap teguh. Dan lihatlah, tidak peduli betapa pun sulitnya keadaan, kita tidak perlu jatuh.

Hindari tersandung dan jatuh dengan lebih bersungguh-sungguh lagi bertekun memenuhi pilihan dan panggilan Tuhan

Tuesday, November 17, 2009

Matius Si Pemungut Cukai

Ayat bacaan: Matius 9:9
======================
"Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku." Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia."

melayani satu orangMana yang lebih menyenangkan, beraksi panggung di depan banyak penonton atau segelintir? Jika anda seorang musisi, rasanya pilihan akan jatuh kepada banyak penonton. Ada banyak artis baik dalam dan luar negeri yang pernah saya wawancarai akan sangat termotivasi dan bertambah semangatnya ketika tampil di depan banyak orang. Apalagi jika mereka tahu lagu-lagu yang dibawakan dan bernyanyi bersama. Tapi kemarin saya mendapatkan sesuatu yang lain dari yang lain. Ada musisi yang saya kenal tampil di sebuah restoran hotel bersama dua orang rekannya. Saya ada di sana karena saya punya janji untuk bertemu dengannya. Mereka main cuma untuk menghibur sedikit sekali pengunjung restoran. Itupun hampir tidak ada tanggapan sama sekali dari pengunjung, karena mereka sibuk makan malam dan berbincang-bincang dengan keluarga atau rekan semeja. Tapi ketiga musisi ini terus main. Mereka tidak mempedulikan hal itu sama sekali, mereka tetap tampil memberikan yang terbaik, ada atau tidak tepukan atau mata yang melihat mereka. Padahal mereka cukup terkenal dan jelas punya skill di atas rata-rata. Ketika saya tanyakan, teman musisi ini berkata bahwa tugas mereka adalah menghibur. Ada atau tidak ada penonton, mereka memang ditugaskan untuk itu, dan mereka pun melakukannya dengan sebaik mungkin. "Ada saatnya banyak penonton, dan kami suka itu, tapi ada saatnya kami dicuekin, ya tidak apa-apa, kami tetap main dengan baik kan?" katanya sambil tertawa.

Seperti itulah gambaran di dunia musik. Ada musisi yang menyadari misi mereka yang sesungguhnya, tapi ada pula yang hanya mau bermain di depan banyak orang dan menolak main jika penontonnya tidak sebanyak yang ia harapkan. Dalam dunia pelayanan hal ini pun bisa terjadi. Ada orang yang tidak mau mengeluarkan kemampuan terbaik ketika yang dilayani mungkin hanya satu orang. Buang-buang waktu saja rasanya melayani hanya satu orang. Apalagi jika kita menganggap bahwa orang itu begitu berdosa, begitu hina dan menurut kita tidak ada apa-apa lagi yang bisa diharapkan daripada mereka karena dosanya sudah begitu keterlaluan besarnya. Padahal Tuhan tidak pernah mengajarkan demikian. Satu orang bertobat, seisi surga bersukacita. Kita akan lihat ayatnya sebentar lagi. Tapi sebelum itu, mari kita lihat keteladanan yang ditunjukkan oleh Yesus Kristus sendiri.

Yesus tidak pernah membeda-bedakan jumlah dalam pelayananNya di muka bumi ini. Baik di depan ribuan orang, maupun hanya satu orang, Dia selalu memberi yang terbaik dan meluangkan waktuNya sepenuhnya. Salah satu kisah mengenai Matius saya angkat hari ini. Matius awalnya bukanlah orang yang baik di mata masyarakat. Profesinya adalah sebagai pemungut cukai. Artinya ia bekerja untuk kepentingan Roma, bangsa penjajah. Pemungut cukai digolongkan ke dalam orang berdosa pada masa itu dan dikucilkan masyarakat karena dianggap musuh. Pada suatu hari langkah Yesus membawaNya bertemu dengan Matius."Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku." Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia." (Matius 9:9). Yesus tidak melewatkan Matius begitu saja. Ia hanya seorang, dan ia orang berdosa, ia adalah musuh. Yesus tidak melewatinya tapi malah menghampiri Matius dan mengajaknya ikut. Matius memilih untuk berdiri dan mengikut Yesus. Sebuah pilihan yang sangat tepat. Lalu Yesus pun makan di rumah Matius. Lihatlah saat itu ternyata kedatangan Yesus berkunjung ke rumah Matius terdengar oleh pemungut cukai dan orang-orang berdosa di mata masyarakat lainnya. Mereka pun berbondong-bondong datang. Dari satu kemudian berkembang menjadi banyak. Orang Farisi pun kaget melihat itu dan segera bertanya kepada para murid, "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" (ay 11). Yesus ternyata mendengar itu dan kemudian berkata: "Yesus mendengarnya dan berkata: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." (ay 12-13). Dokter tugasnya menyembuhkan orang sakit, biar satu orang sekalipun, kalau sakit tentu diobati bukan? Demikian pula kata Yesus, bahwa tugasNya ke dunia ini adalah untuk menyelamatkan orang-orang berdosa. Meski hanya satu jiwa saja, itupun berharga bagiNya. Kita tahu apa yang terjadi kemudian. Matius bertobat dan menjadi murid Yesus. Tidak hanya murid biasa, tapi ia pun termasuk dalam satu dari empat penulis Injil yang bisa kita baca hingga hari ini. Itu semua bermula ketika Yesus tidak memandang jumlah dan mau repot-repot mengurusi satu orang saja.

Mari kita lihat dua perumpamaan diberikan Yesus mengenai ini. Pertama dalam perumpamaan tentang domba yang hilang. "Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?" (Lukas 15:4). Jika satu domba hilang, tidakkah si gembala mau kembali ke padang gurun untuk mencari dombanya? Mungkin tersesat, mungkin celaka, dan mereka pasti rela kembali mencari untuk menyelamatkan dombanya. Demikian pula Yesus. "Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan." (ay 7). Meski hanya satu orang bertobat, sukacita di surga pun akan terjadi. Lalu mari kita lanjutkan dengan perumpamaan tentang dirham yang hilang. "Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia kehilangan satu di antaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dirhamku yang hilang itu telah kutemukan." (ay 8-9). Satu dirham (uang perak) hilang, tentu akan dicari, meski masih ada 9 uang perak lagi yang tidak hilang. Yesus kemudian menyimpulkan, "Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat." (ay 10). Satu orang bertobat, seluruh malaikat pun akan bersorak sorai. Tidak harus seratus, seribu, sejuta, tapi satu saja sudah membuat seisi surga bersorak gembira.

Satu jiwa sangat berharga di mata Allah. Sudahkah kita rela untuk meluangkan waktu dan kesibukan kita untuk melayani satu orang saja? Menjadi terang dan garam bagi dunia tentu menjadi impian semua anak-anak Tuhan, tapi menjadi terang dan garam bagi satu orang pun tidak kurang pentingnya. Jika kita bisa mempertanggungjawabkan satu orang, Tuhan pasti akan melipatgandakannya kelak. Tapi berapapun jumlahnya, yang penting adalah kerinduan hati kita untuk melihat ada jiwa yang diselamatkan. Saat ini dunia penuh dengan "orang-orang sakit", jiwa terhilang dan tidak tahu jalan pulang. Mereka sungguh membutuhkan perhatian dan pelayanan kita. Berapapun jumlahnya, satu orang sekalipun, janganlah kita membiarkan mereka putus pengharapan dan merasa terabaikan. Sebab satu orang sekalipun sangatlah berharga bagi Tuhan.

Satu orang bertobat, seisi surga bersukacita

Monday, November 16, 2009

Fresh from the Oven

Ayat bacaan: Ratapan 3:22-23
========================
"Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!"

fresh from the oven, selalu baru setiap pagiFresh from the oven merupakan ungkapan yang dipakai orang dimana-mana untuk menggambarkan sesuatu yang segar dan baru. Saya sering memakai ungkapan ini ketika mempublikasikan artikel atau informasi terbaru dalam situs jazz saya di jejaring Facebook. Tukang roti akan dengan sangat senang memakai slogan ini karena pasti ampuh menggambarkan roti yang masih hangat, empuk dan lezat. "If something is fresh from the oven, that means it is very new". Demikian penjelasan mengenai idiom ini di sebuah artikel yang saya baca. Bayangkan jika sebuah perusahaan makanan memakai slogan sebaliknya, "tidak pernah baru" atau "Selalu lama", jauh benar kan image atau kesan yang ditimbulkan? Seperti itulah memang, kita selalu rindu akan hal-hal yang segar dan baru. Memulai hari baru dengan semangat baru, lepas dari pengalaman-pengalaman pahit atau memalukan di masa lalu dan bisa mulai menatap masa depan yang cerah. "It's a new dawn, it's a new day, it's a new life, for me, and I'm feeling good." kata Michael Buble dalam lagu populernya "Feelin' Good". Mendengarnya saja sudah menyenangkan, apalagi mengalami.

Slogan ini sesungguhnya juga dipakai Tuhan untuk memberkati kita anak-anakNya. Bahkan tidak berhenti hanya pada slogan semata, tapi Allah yang sempurna pun pasti memenuhinya karena Dia bukanlah sosok yang ingkar janji. Jika Allah berjanji, Allah pasti menepati. Dan janji itu hadir pada ayat emas yang menjadi ayat bacaan hari ini. "Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (Ratapan 3:23). Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan "His tender compassions fail not, they are new every morning, great and abundant is Your stability and faithfulness." KasihNya yang lembut tidak pernah gagal, selalu baru setiap pagi. Setiap kita bangun pagi, ada Tuhan menyapa kita dengan berkatNya yang fresh from the oven of His Kingdom. Lihatlah bahwa Allah pun selalu menjanjikan sesuatu yang segar, bukan sisa-sisa, bukan sesuatu yang kadaluarsa. Dia selalu memberkati kita dengan segala yang terbaik. Tapi seringkali kita tidak menyadari hal itu. Kita menganggap Tuhan tidak tanggap terhadap diri kita, kita lupa untuk mengucap syukur dan berterimakasih setiap kita bangun pagi. Padahal Tuhan siap memberkati kita dengan penuh sukacita untuk memulai hari dan melakukan yang terbaik hari ini. Bukankah kesibukan-kesibukan kita hari ini pun berasal dari berkatNya?

Betapa kita berharga di mataNya. Betapa besar kasihNya pada kita. Jika "Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?" (Roma 8:32). Ini menggambarkan dengan jelas betapa besar kerinduan Allah untuk selalu memberikan yang terbaik pada kita. Bahkan dengan kedatangan Kristus, kita dimungkinkan untuk mengalami pemulihan hubungan dengan Tuhan, mengalami penebusan dan dilayakkan untuk menerima berkat keselamatan, menikmati hadiratNya hari ini, merasakan kedekatan dan kasihNya yang begitu teduh secara langsung. Dalam Kristus kita diperbaharui. "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Apakah kita mau mensyukuri hal itu dan mengimaninya dengan hidup sebagai sosok yang sudah diperbaharui, atau kita memilih untuk terus terikat pada berbagai kebiasaan buruk di masa lalu, terbelenggu pengalaman-pengalaman pahit di waktu lalu, itu semua pilihan kita. Apakah kita mau memakainya atau melupakannya, itu pun pilihan kita.Yang jelas, apa yang disediakan Tuhan sesungguhnya baru dan segar, dan itu hadir setiap pagi.

Jika hari ini kita belum menyadari benar akan hal itu, mari kenali Tuhan lebih lagi. Semakin kita mengenalNya, semakin kita mengetahui kasih dan rancanganNya buat kita, semakin kita terkagum-kagum dibuatNya. Firman Tuhan yang disampaikan kepada Hosea berkata "Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi." (Hosea 6:3). Lagu rohani yang sangat terkenal buah karya Afen Hardiyanto pun berbicara mengenai hal ini. "JanjiMu seperti fajar pagi hari, dan tiada pernah terlambat bersinar. CintaMu seperti sungai yang mengalir, dan ku tahu betapa dalam kasihMu."

Jika Tuhan mengasihi kita dengan sebentuk kasih dan berkat-berkat yang baru setiap pagi, sudahkah kita memberikan yang terbaik juga bagi istri/suami dan anak-anak kita, orang tua kita, tetangga, atasan, bawahan, rekan sekerja, teman-teman di kampus atau sekolah, dan kepada orang lain di sekitar kita? Sebagai anak-anak Allah yang mencitrakan Bapanya, sudah seharusnya pula kita memberikan sesuatu yang baru, yang terbaik bagi orang lain. Perhatian terbaik, senyuman terbaik, bantuan terbaik, kualitas terbaik, usaha terbaik, cinta terbaik, semua itu mampu memberikan perbedaan nyata dimana kasih Allah bisa dirasakan oleh orang lain melalui diri kita. Seperti halnya sesuatu yang fresh from the oven yang disenangi siapapun, hidup kita pun bisa menjadi berkat yang selalu baru dan menyegarkan bagi orang-orang yang bersinggungan dengan kita setiap hari. Ketika Tuhan memberkati kita dengan penuh kasih setiap pagi, kitapun harus pula menjadi berkat yang terus segar setiap harinya. Dan ketika kita menjadi berkat, Tuhan disenangkan. Ketika anda bangun hari ini, ada berkat Tuhan yang segar dan baru dicurahkan dari tahtaNya. Sudahkah anda bersyukur kepadaNya dan siapkah anda memakainya untuk menjadi berkat buat orang lain?

God's compassions are fresh from the oven, they are new every morning