Tuesday, March 8, 2011

Belajar dari Kisah Zakheus (2)


(sambungan)

Kedua, Tuhan bukanlah Pribadi yang hanya berpangku tangan, tetapi lebih daripada itu Dia adalah Sosok yang bersikap Pro-Aktif. Dalam beberapa kesempatan Tuhan menunjukkan betapa Dia rela mengulurkan tanganNya terlebih dahulu untuk menggugah kita agar segera bertobat dan kembali ke jalanNya. Dalam kasus Zakheus Yesus menunjukkan hal itu. Dia mau menyapa dan mendatangi orang yang berdosa seperti apapun dan membuka kesempatan untuk bertobat. Dalam kisah kemunculan Yesus di kolam Betesda (Yohanes 5:1-18) Dia mendatangi seseorang yang tampaknya sudah kehilangan harapan karena tidak mampu bersaing dengan para pesakitan lainnya dan menawarkan kesembuhan juga keselamatan. "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk." (ay 14).Dalam kisah perjumpaan Yesus dengan wanita Samaria di sumur (Yohanes 4:1-42) kita kembali menyaksikan reaksi yang sama. Seorang wanita dari bangsa yang dianggap hina oleh bangsa Yahudi Dia hampiri dan diberikan air hidup. (ay 10), dimana "..barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal." (ay 14).

Tuhan selalu mau menjangkau kita terlebih dahulu sebelum kita menjangkauNya. Bahkan Yesus sendiri telah mati ketika kita sendiri masih bergelimang dosa. (Roma 5:8). Dia begitu mengasihi kita dan tidak pernah ingin siapapun dari kita untuk binasa. Dia ingin kita semua selamat, itu kerinduanNya, dan untuk itu Dia tidak segan-segan untuk menjamah kita terlebih dahulu. Firman Tuhan berkata: "Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku." (Wahyu 3:20). Yesus tidak hanya berpangku tangan, menunggu dan membiarkan kita untuk terus mengarah kepada jurang kebinasaan, tetapi Dia mau mengetuk pintu hati kita agar mau menerimaNya lalu menerima keselamatan daripadaNya. Tidak ada kata terlambat, kesempatan selalu terbuka bagi kita selama kita masih hidup. Dan Tuhan tidak sungkan untuk bertindak terlebih dahulu untuk itu.

Hal ketiga yang bisa kita jadikan pelajaran dari kisah Zakheus adalah, jika Tuhan saja mau menjangkau orang berdosa, yang tertolak atau yang dianggap hina dimata masyarakat, mengapa kita tidak mau melakukannya? Mengapa kita tega ikut-ikutan menganggap bahwa mereka memang tidak pantas diselamatkan, tidak jarang pula ada yang tega mengutuki mereka? Seperti halnya kita, mereka pun merupakan ciptaan Tuhan yang Dia kasihi, dan sama-sama Dia inginkan untuk selamat. Aliran kasih Tuhan bisa tersalur kepada mereka lewat kita, representatif Kerajaan Allah di muka bumi pada saat ini. Begitu pentingnya pesan ini maka Yesus pun menyatakan "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Matius 25:40).



Keempat, lihatlah bahwa pertobatan kita bisa berdampak luas bukan saja kepada diri kita sendiri tapi bisa menjangkau seisi rumah atau keluarga kita. Yesus dengan jelas  berkata kepada Zakheus: "Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham." (Lukas 19:9). Lihatlah bahwa pertobatan satu orang Zakheus ternyata membawa keselamatan kepada seluruh keluarganya. Kembali hal yang sama bisa kita saksikan atas kepala penjara Filipi yang memenjarakan dan memasung Paulus dan Silas. (Kisah Para Rasul 16:19-40). Dalam kisah itu si kepala penjara menyaksikan sendiri bagaimana kuasa tangan Tuhan melepaskan Paulus dan Silas sebagai jawaban atas doa dan puji-pujian yang mereka panjatkan sepanjang malam. Menyaksikan itu, ia pun terhenyak dan ingin bertobat. Paulus dan Silas menjawab: "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu." (ay 31). Pertobatan kita bisa menjamah hati seisi keluarga, dan Tuhan bisa memakai pertobatan kita untuk membawa keselamatan secara luas bagi keluarga kita. Bagaimana di jaman ini? Seorang Pendeta baru saja memberi kesaksian, bahwa lewat pertobatan seorang wanita, seluruh keluarga besarnya kemudian bertobat  dengan Jumlah mencapai lebih dari 100 orang.

Sebuah kasih yang sejati dari Allah memiliki kuasa yang sangat besar untuk membawa transformasi baik kepada pribadi orang per-orang bahkan kepada kota, negara bahkan dunia. Kasih sejati dari Allah itu sanggup menyentuh hati dan mengubah hidup. Tidak peduli seberapa besar dosa kita di masa lalu, selalu ada pengampunan untuk itu. "Marilah, baiklah kita berperkara! --firman TUHAN--Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." (Yesaya 1:18). Kepada salah seorang yang disalibkan di sebelah Yesus, Dia berkata "..sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." (Lukas 23:43). Tuhan selalu membuka pintu selebar-lebarnya untuk menerima pertobatan dan mengampuni kita, lebih dari itu Dia pun tidak segan-segan bertindak pro-aktif untuk menjangkau kita terlebih dahulu. Begitu besar kasih karunia Tuhan kepada kita, sehingga sudah seharusnya kita pun tidak menutup mata dari orang-orang yang mungkin dikucilkan dari masyarakat atau yang merasa tidak lagi punya pengharapan. Merekapun dikasihi Tuhan sama seperti kita, dan itu harus kita sampaikan kepada mereka. Marilah kita bersyukur atas kebaikan Tuhan yang terus mencurahkan berkat dan kasih karuniaNya kepada kita, dan marilah kita salurkan semua itu kepada orang lain.

Kasih yang tulus mampu menyentuh hati dan membawa transformasi hidup

Belajar dari Kisah Zakheus (1)


Ayat bacaan: Lukas 19:5
==================
"Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu."

Sampai sebatas mana besar dosa kita agar masih punya kesempatan untuk diampuni? Ini merupakan pertanyaan yang mungkin sering muncul di pikiran banyak orang. Saya sudah bertemu dengan banyak orang yang merasa dirinya tidak lagi pantas untuk diselamatkan. Mereka terus merasa tertuduh akibat segala perbuatan mereka yang menyimpang di masa lalu dan merasa sulit untuk lepas dari trauma masa lalunya. Tidak jarang di antara mereka berpikir bahwa Tuhan jijik terhadap mereka dan kesempatan buat mereka sudah tertutup. Menjadi orang yang terbuang sepanjang masa, seperti yang mungkin sudah mereka alami sehari-hari dari sikap sesama manusia yang menolak mereka. Apakah Alkitab menyatakan demikian? Apakah Tuhan pada suatu ketika akan merasa putus asa dan berhenti mengasihi seseorang karena dosa-dosanya di waktu lalu? Tidak, Alkitab tidak pernah menyatakan demikian. Tuhan selalu menantikan anak-anakNya untuk segera berbalik dan kembali kepadaNya. Dia akan segera menyambut dengan penuh sukacita, bersama seisi Surga ketika satu anakNya melakukan pertobatan. Perumpamaan Anak yang Hilang dalam Lukas 15:1-32 menggambarkan hati Bapa itu dengan sangat jelas. Tapi hari ini tidak akan membahas perumpamaan ini. Saya ingin mengajak teman-teman sekalian untuk melihat apa yang terjadi pada Zakheus, seorang pemungut cukai yang dibenci masyarakat.

Mari kita baca Lukas 19:1-10. Zakheus adalah seorang yang kaya raya, dengan kekayaan yang ia peroleh dari sebuah pekerjaan yang dibenci rakyat yaitu sebagai kepala pemungut cukai atau penagih pajak alias tax collector. Itu sebuah pekerjaan yang sangat tidak terpuji di mata rakyat. Bekerja pada penjajah, seorang pengkhianat yang memeras saudara-saudara sebangsanya sendiri demi kekayaan penjajah termasuk memperkaya dirinya sendiri. Meski kaya raya, ia dikatakan bertubuh pendek. Itulah sebabnya ia kesulitan untuk bisa melihat seperti apa Yesus itu ketika berkunjung ke kotanya. Ia kesulitan menembus kerumunan orang dan kalah tinggi dibanding kerumunan orang pada umumnya. Sebuah pertanyaan muncul di pikiran saya: seandainya ia memang kaya raya, mengapa ia tidak memakai hartanya untuk mendapat fasilitas lebih? Dengan kekayaannya mungkin ia bisa menyewa karpet merah atau menutup jalan. Saya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada saat itu. Mungkin ia sudah begitu dibenci orang sehingga ia bisa celaka jika melakukan hal-hal seperti itu, atau bisa jadi ia sudah mulai menyesali perbuatannya pada waktu itu dan tidak mau melakukan sesuatu yang bisa membuatnya semakin buruk. Keinginannya untuk melihat Yesus, itu bisa menjadi dasar pemikiran saya bahwa pada saat itu Zakheus sudah mulai menyesali pekerjaannya tetapi merasa ragu apakah ia masih layak diampuni atau tidak. Keingintahuannya akan Yesus kemudian membuatnya melakukan demikian: "Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ." (ay 4). Perhatikan usahanya. Ia berlari dan segera memanjat pohon agar ia bisa punya kesempatan untuk melihat Yesus, sebab dengan ukuran tubuhnya ditambah kebencian orang terhadapnya, tidak akan ada peluang baginya untuk bersaing dengan kerumunan orang banyak. Tidak akan ada orang yang mau memberinya jalan, jadi buat apa bersusah payah? Lebih baik memanjat pohon, dengan resiko terjatuh sekalipun, agar saya bisa melihat Yesus. Itu mungkin yang ada di pikirannya.

Lalu Yesus pun melihatnya sedang bertengger di atas pohon sendirian. Sebuah pemandangan yang lucu bagi kita, tapi tidak bagi Yesus. Yesus berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu."(ay 5). Dari sekian banyak orang disana, mengapa Yesus malah menyapa Zakheus yang dibenci sebagai lintah dan penghianat bangsa, bahkan meminta untuk menumpang di rumahnya? Tetapi itulah yang dilakukan Yesus. Maka Zakheus pun segera turun dan menyambut Yesus dengan penuh sukacita. (ay 6). Yesus tidak peduli meski begitu banyak orang yang kemudian mencibir terhadap keputusanNya tersebut. Selanjutnya kita tahu bahwa Zakheus bertobat. "Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." (ay 8). Dan saat itu juga keselamatan pun menjadi milik Zakheus berserta seluruh keluarganya. "Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham." (ay 9). Zakheus yang dibenci orang banyak, tertolak bahkan disebut sebagai "orang berdosa" (ay 7), tetapi pertobatannya membuatnya mengalami keselamatan beserta keluarganya.

Dari kisah ini kita bisa melihat beberapa hal. Pertama, Tuhan memang membenci dosa, tetapi Dia jelas tidak membenci orang berdosa. Justru sebaliknya, Tuhan mengasihi orang-orang seperti ini dan semua manusia tanpa terkecuali, termasuk anda dan saya. Dan justru untuk orang-orang yang berdosa seperti kitalah Yesus rela turun ke dunia dan menanggung semuanya demi membebaskan kita. Semua karena kasihNya yang begitu besar kepada kita. Yesus berkata: "Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." (ay 10). Pada saat berbeda Yesus juga menyatakan: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit...Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." (ay 12-13) juga berkata "..sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya." (Yohanes 12:47). Zakheus memang mengambil pilihan yang keliru pada mulanya. Ia berbuat dosa sama seperti kita juga yang tidak luput dari kesalahan. Tetapi yang membedakan adalah bagaimana kita menyikapi dosa itu. Apakah kita mau bertobat dan berhenti melakukannya atau masih terus memilih untuk menjalaninya. Zakheus mengambil pilihan tepat dengan melakukan pertobatan, dan ia pun selamat. Bukan hanya dirinya tetapi seisi rumahnya juga menerima anugerah keselamatan itu, tanpa memandang besar kecilnya dosa yang pernah ia perbuat. Jika kepada Zakheus kasih karunia Tuhan yang besar itu bisa turun, mengapa tidak pada kita? Selama kita mau mengakui kesalahan dan bertobat, maka saat itu juga pengampunan diberikan Tuhan dengan sambutan yang penuh sukacita.Tuhan siap menganugerahkan keselamatan kepada orang yang mau datang kepadaNya.

(bersambung)

Bersabarlah


Ayat bacaan: 1 Tesalonika 5:14
==================
"sabarlah terhadap semua orang."

sabarPernahkah anda bertemu dengan orang-orang yang memakai fasilitas umum sesuka mereka? Saya rasa ini adalah sesuatu yang kita alami sehari-hari. Misalnya ketika mengantri di ATM, selalu saja ada orang yang tidak peduli dengan antrian panjang dibelakangnya. Mereka santai di dalam sehingga membuat orang-orang dibelakangnya kesal. Itupun setelah keluar sama sekali tidak merasa bersalah. Jangankan minta maaf, rona mukanya pun tidak menunjukkan apa-apa. Mengantri di bank pun demikian. Selalu saja ada orang yang berlama-lama ketika sudah mendapat giliran. Demikian pula di antrian-antrian lainnya. Atau bagaimana dengan orang yang berkendara di jalan tapi tidak mematuhi tata tertib berlalu lintas? Contoh kecil saja, berjalan pelan di tengah jalan, membuat kendaraan di belakangnya harus tersendat semua. Atau setelah lampu hijau tapi tidak segera maju, parkir di tengah jalan dan sebagainya. Masalah-masalah kecil seperti ini biasa kita hadapi, dan sedikit banyak bisa membuat kita kehilangan kesabaran. Kita merasa kesal, menggerutu, dan lama-lama mengutuk dan sebagainya. Saya aslinya merupakan orang yang gampang tersulut emosinya. Dan butuh waktu yang tidak sedikit bagi saya untuk pelan-pelan merubah sifat itu. Menjadi sabar bukanlah perkara yang mudah. Tidak peduli seberapa besar keinginan saya dahulu untuk berubah, kerap kali saya gagal. Apa yang membuat saya akhirnya bisa berubah adalah dengan terlebih dahulu merubah pola pikir saya, mengisi hati dan pikiran saya dengan kasih. Ada kalanya saya masih bisa kesal tentu saja, tetapi setidaknya sebuah pandangan untuk mengasihi orang lain akan cepat membuat saya reda sehingga saya tidak harus terjebak pada berbagai jebakan di balik emosi atau kemarahan.

Pesan untuk menjadi orang yang sabar berulangkali disampaikan dalam Alkitab, baik di Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Yakobus mengingatkan "Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah." (Yakobus 1:19-20). Janganlah cepat emosi, jangan cepat beradu argumen, tetapi dengarkanlah dahulu apa kata orang, atau cobalah berpikir hal-hal yang positif sebelum kita buru-buru berkomentar. Paulus dalam suratnya kepada jemaat Filipi berkata "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8). Dan itu adalah baik untuk diterapkan agar kita tidak cepat emosi. Orang lama di ATM misalnya, itu bisa mengesalkan kita. Berpikir positiflah tentang itu. Mungkin ada banyak yang harus ia kerjakan, mungkin ia sedang dalam kesulitan, dan pikiran-pikiran seperti itu mampu menjauhkan kita dari ungkapan-ungkapan sesaat akibat kekesalan namun seperti yang dikatakan dalam ayat Yakobus di atas, itu tidaklah mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.

Kesabaran itu harus bisa mengisi hari-hari kita. Kekristenan selalu berbicara soal kesabaran dalam menanggung segala sesuatu. Bukankah Tuhan sendiri begitu sabar menghadapi kita? Bayangkan apabila sedikit saja salah kita langsung dibinasakan, apa jadinya kita? Tapi Tuhan bukanlah Pribadi yang seperti itu. Dia selalu sabar menghadapi kita, dan selalu menyambut kita dengan penuh sukacita ketika kita datang kepadaNya. Jika Bapa saja seperti itu, masa kita anak-anakNya malah menunjukkan sikap yang bertolak belakang? Dan Alkitab memang berbicara soal kesabaran dalam menanggung segala sesuatu secara luas. Dalam situasi paling sulit pun kita harus bersabar, apalagi dalam situasi-situasi kecil saja, itu seharusnya tidaklah susah untuk diatasi. Bagaimana Tuhan bisa begitu bersabar kepada kita? Jawabannya hanya satu: karena Dia sungguh sangat mengasihi kita. Kasih punya kekuatan besar untuk mentransformasi manusia dan membawa perbedaan nyata ke arah kebaikan secara luas. Dan Firman Tuhan pun sudah menyatakan demikian.

Dalam 1 Korintus 13:4-7 Paulus merinci secara lengkap mengenai hal-hal yang tercakup dalam kasih, dan sabar itu merupakan satu di dalamnya, bahkan disebutkan paling depan. "Kasih itu sabar..." (ay 3). Jadi menerapkan kasih seharusnya bisa membuat kita menjadi pribadi-pribadi yang lebih sabar. Itu sudah saya buktikan dan ternyata berhasil. Kemudian membiarkan diri kita hidup dipimpin oleh Roh, itupun akan mampu menghasilkan buah-buah Roh dimana salah satunya adalah kesabaran. "Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu." (Galatia 5:22-23). Hidup oleh kasih dan dipimpin oleh Roh akan membuat kita menjadi pribadi-pribadi yang baik seperti yang diharapkan Tuhan.

Seruan untuk menjadi orang-orang yang sabar berulang kali diserukan di dalam Alkitab. Dalam Efesus tertulis: "Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu." (Efesus 4:2). Serangkaian nasihat sebelum Paulus menutup suratnya kepada jemaat Tesalonika pun berisi pesan agar kita bisa menjadi orang-orang yang sabar. "sabarlah terhadap semua orang." (1 Tesalonika 5:14).

Kita tidak bisa menghindari persinggungan dengan orang-orang yang sulit ataupun situasi sulit. Membiarkan diri kita gampang kesal hingga emosi tidaklah baik buat diri kita maupun bagi orang-orang disekitar kita. Kita tidak bisa mengelak dari bertemu dengan kondisi-kondisi seperti itu, tapi kita bisa merubah paradigma berpikir kita dengan hal-hal positif, dan mengisi hati kita dengan sikap yang mengasihi orang lain. Kedua hal ini akan mampu membuat diri kita teduh, sejuk dan dengan demikian kita tidak harus kehilangan sukacita dan bisa tetap menikmati hari demi hari secara maksimal. Jika anda berhadapan dengan orang-orang atau situasi yang berpotensi mengesalkan anda, andalkanlah Tuhan. Rohnya ada didalam anda, sehingga buah-buah yang dihasilkan Roh itu akan mampu membuat anda memandang situasi atau orang tersebut dengan pandangan yang berbeda.Miliki pandangan atas dasar kasih dan buah-buah Roh, itu akan membuat kita menjadi orang-orang yang jauh lebih sabar dalam menghadapi situasi apapun.

Hiduplah dalam kasih dan hasilkanlah buah-buah Roh

Bersama Tuhan


Ayat bacaan: Amsal 3:6
================
"Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu."

bersama TuhanPernahkah anda merasa kesulitan untuk merubah sifat atau perilaku buruk? Ada banyak orang yang memiliki masalah dengan hal ini. Mereka tahu apa yang mereka perbuat itu salah, tetapi mereka tidak kunjung berhasil untuk memperbaikinya. Ada yang sudah berhasil untuk beberapa saat, tetapi kemudian jatuh lagi ke dalam lubang yang sama. Seorang teman pernah berkata sambil tertawa, "orang bisa mengaku berhenti merokok apabila sudah berhasil tidak melakukannya setidaknya 6 tahun." Apa yang ia katakan menggambarkan sulitnya bagi kita manusia untuk membenahi hal-hal buruk dan bertahan untuk tidak kembali lagi hingga jangka waktu yang lama. Hari ini seorang teman saya bertanya bagaimana agar ia bisa mengatasi sebuah kebiasaan buruknya. Ia tahu itu salah, tetapi tidak tahu bagaimana mengatasinya, dan mengaku tidak sanggup. Ayat yang menjadi ayat bacaan hari inilah yang selanjutnya muncul di dalam hati saya. Sebagai manusia biasa memang kemampuan kita terbatas, tetapi bersama Tuhan kita bisa.

Hidup di dunia akan selalu membuat kita penuh godaan. Di jaman ketika semuanya masih kuno saja sudah sulit, apalagi di jaman serba modern seperti sekarang ini. Ada banyak tips tentu yang bisa dipakai untuk bisa berhenti terjatuh pada lubang yang sama, seperti salah satunya dengan berhati-hati memilih teman. Sebab firman Tuhan berkata "Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang" (Amsal 13:20), dan lihat pula ayat berikut: "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33). Kita butuh dukungan pula dari sahabat-sahabat yang baik, yang peduli terhadap diri kita dan bukan justru semakin menjerumuskan atau menghancurkan. Itu tentu akan sangat membantu dalam usaha kita melepaskan diri dari kebiasaan, sifat atau perbuatan kita yang buruk.

Ada kalanya kita sulit memperhatikan langkah apa yang seharusnya kita tempuh. Kita sulit untuk tidak kembali lagi kepada kesalahan yang sama karena seringkali godaan itu terlihat begitu nikmat dan menyenangkan. Kita mungkin bisa berkata, "ah, sekali-kali kan tidak apa-apa, asal jangan keterusan.." Tetapi siapa yang bisa menjamin bahwa kita tidak kebablasan setelah bermain-main kembali pada dosa yang sama? Itulah sebabnya firman Tuhan mengingatkan kita agar tidak memberi toleransi kepada iblis, bapa dari segala penipu. "dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis." (Efesus 4:27).

Lalu bagaimana jika kita sudah bertekad penuh tetapi masih juga sering gagal? Tuhan mengajak kita semua untuk mengandalkanNya. "Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu." (Amsal 3:6). Mengakui Tuhan dalam segala perbuatan kita, artinya berjalan bersama dengan Tuhan, mengingatNya dalam segala yang kita lakukan, maka Tuhan sendiri yang akan meluruskan jalan kita. Bagaimana bayi yang baru belajar berjalan bisa berjalan lurus apabila ia melakukannya sendiri dengan kemampuannya? Tentu sulit. Tapi ketika orangtuanya memegang tangannya dan mengajarinya berjalan, maka bayi itu pun akan sampai kepada saat dimana ia bisa berjalan dengan baik dan lurus tanpa terjatuh lagi. Seperti itu pula Tuhan siap membantu mengatasi segala kelemahan kita sehingga kita mampu berjalan lurus untuk seterusnya.

Firman Tuhan mengajak kita untuk tetap mengerjakan keselamatan kita dengan rasa takut dan gentar akan Dia. (Filipi 2:12). Apa yang diinginkan Tuhan jelas. Dia ingin agar kita selalu ingat kepadaNya dan selalu menyertakan Tuhan dalam segala sesuatu yang kita perbuat. Jika kita mau memutuskan untuk taat dan mengakuiNya dalam kehidupan kita, maka Tuhan akan bekerja untuk menjaga dan melindungi kita. "Karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya." (ay 13).

Terus berpaut erat dengan firman Tuhan pun akan mampu memberi kekuatan kepada kita. Ini dikatakan Tuhan kepada Yosua dan saya percaya pesan yang sama diberikan kepada kita semua hari ini juga. "Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung." (Yosua 1:8). Memperkatan, merenungkan dan melakukan firman Tuhan terus menerus, itu akan membuat kita bisa berhasil dalam usaha kita dan beruntung karenanya. Jangan lupa pula pesan berikutnya, "Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi." (ay 9). Kuatkan dan teguhkan hati dan tolaklah semua godaan, jangan kecut dan menyerah, karena sesungguhnya Tuhan selalu berjalan bersama kita. Dia berjanji untuk terus menyertai kita kemanapun kiat pergi, dan itu artinya Dia selalu siap untuk meluruskan jalan-jalan yang masih bengkok. Oleh sebab itu ingatlah untuk selalu mengandalkan Tuhan dalam melakukan apapun, termasuk untuk lepas dari kebiasaan, perbuatan atau sifat-sifat buruk yang masih ada di dalam diri kita.

Sebuah transformasi sudah dianugerahkan Tuhan ketika kita menerima Kristus. "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Selanjutnya adalah tugas kita untuk menjaga agar transformasi itu tidak berhenti atau mundur, tetapi terus bertahan bahkan meningkat ke arah yang lebih baik dari hari ke hari. Mengandalkan manusia mungkin sulit, tetapi keberadaan Tuhan yang selalu dekat dengan kita menjelaskan bahwa kita bisa selalu mengandalkanNya. Jika ada di antara teman-teman yang masih sulit lepas dari hal-hal buruk, mulailah hari ini untuk mengandalkanNya. Sesulit apapun itu, ingatlah bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah yang berkuasa di atas segala-galanya.

Berjalanlah bersama Tuhan dan andalkan Dia untuk terus maju

Wanita


Ayat bacaan: Titus 2:3
================
"Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah"

wanita, sepadan, sederajat, istimewaSuatu kali ada seorang teman yang bercerita bahwa ia merasa tersisih dalam keluarganya semasa kecil. Orangtuanya ternyata lebih sayang kepada adiknya laki-laki, yang dianggap sebagai penerus silsilah. "Saya cuma perempuan..tidak ada nilainya sama sekali.." katanya sedih. Dalam adat di beberapa suku bangsa mungkin demikian. Status wanita bagi sebagian kalangan dianggap lebih rendah dibanding pria. Hak-hak mereka terbatas dalam banyak hal. Padahal sosok ibu sangatlah mulia bagi kita semua. Ungkapan "surga ada dibawah telapak kaki ibu", penyebutan ibu kota, ibu pertiwi, motherland dan sebagainya menunjukkan penghargaan yang begitu besar bagi ibu yang notabene adalah wanita. Meski demikian, saya sudah bertemu dengan beberapa wanita yang kemudian mengalami banyak masalah dengan kepercayaan diri mereka berawal dari apa yang mereka alami dalam keluarganya sejak kecil. Apakah Tuhan menciptakan wanita untuk berada di bawah nilai pria, atau hanya berfungsi sebagai pelengkap penderita saja dan tidak layak untuk mendapat kehormatan? Atau haruskah anda yang wanita menyesal dilahirkan bukan sebagai pria, seperti halnya teman saya itu? Saya yakin tidak. Di mata Tuhan semua manusia ciptaanNya sama berharga, dan sama dikasihiNya. Tidak ada perbedaan gender dalam curahan kasih yang berasal dari Allah. Dan Alkitab pun banyak mencatat bahwa wanita memiliki peran-peran yang luar biasa penting bagi kelangsungan hidup manusia. Bukan saja sebagai sosok yang melahirkan, tetapi punya peranan yang luar biasa vital pula dalam perkembangan manusia termasuk di dalamnya dari segi spiritual.

Sejak awal kitab Kejadian Tuhan sudah menyatakan peran penting figur wanita. Perhatikan ayat berikut: "TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." (Kejadian 2:18). IT IS NOT GOOD, kata Tuhan, bagi pria untuk hidup sendirian. Maka wanita pun Dia ciptakan dengan fungsi sebagai penolong. Bukan pelengkap penderita, tetapi penolong. Lalu penolong yang bagaimana? Yang sepadan. Bukan dibawah, tetapi sepadan, sederajat. Kata penolong dan sepadan menunjukkan dengan jelas bagaimana pentingnya arti wanita di mata Tuhan.

Dalam Titus kita bisa menemukan pesan penting lainnya buat wanita. Demikian bunyinya: "Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah.." (Titus 2:3). Wanita yang dewasa diingatkan agar hidup sebagai orang-orang yang beribadah. Ayat ini kemudian dilanjutkan dengan peringatan "jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik." Ini penting untuk diingat agar para wanita dewasa mampu "mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya." (ay 4-5). Dan semua ini dilakukan "agar Firman Allah jangan dihujat orang."  Itu artinya peran yang diemban wanita sungguhlah penting. Bukan hanya bagi diri mereka sendiri dan keluarga, tetapi lebih dari itu juga penting untuk merepresentasikan Kerajaan Allah di muka bumi ini. Seorang wanita yang mengemban tugas dengan baik dan menjalankan fungsi mereka seperti yang dikehendaki Tuhan akan menjadi kesaksian tersendiri di muka bumi ini.

Kembali kepada ayat bacaan kita di atas, para wanita diminta untuk menunjukkan kehidupan sebagai orang-orang beribadah. Kata beribadah bukanlah sekedar ke gereja atau menyanyikan puji-pujian, tetapi lebih dari itu, sebuah ibadah sejati haruslah menyangkut segala aspek kehidupan kita, termasuk mempersembahkan diri kita sendiri sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan bagi Allah. "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati." (Roma 12:1).

Bayangkan bagaimana gersangnya hidup tanpa adanya sentuhan wanita didalamnya. Bayangkan bagaimana dunia tanpa adanya kehadiran para wanita. Hari ini secara khusus saya ingin memberikan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada anda, kaum wanita. Bersyukurlah jika anda dilahirkan sebagai wanita, sebab anda istimewa di mataNya. Embanlah tugas dan fungsi seperti yang telah dipesankan Tuhan dengan sebaik-baiknya, dan jadilah kesaksian yang indah yang akan memuliakan Tuhan di mata dunia. Bagikan kehidupan yang bermakna yang mampu memperkenalkan kasih Tuhan yang begitu besar bagi manusia, karena saya tidak bisa membayangkan apa jadinya hidup ini tanpa kehadiran anda.

Setumpuk tugas penting yang diemban menunjukkan betapa penting atau vitalnya figur wanita dalam kehidupan

Menjaga Lidah


Ayat bacaan: Yakobus 3:5
===================
"Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar."

menjaga lidah, perdamaianMenjalankan perdamaian merupakan harapan semua orang tetapi sering sulit untuk diterapkan. Kita tidak hidup sendirian, setiap saat kita berhadapan dengan begitu banyak orang dengan tingkah, polah dan gayanya sendiri-sendiri. Gesekan bisa terjadi kapan saja dan perselisihan pun bisa timbul. Seringkali penyebabnya bukanlah masalah besar tetapi dimulai dari hal-hal yang kecil atau sepele, namun kemudian meluas sehingga pada akhirnya sulit untuk dikendalikan. Lihatlah bagaimana hutan beribu-ribu hektar bisa terbakar hanya dari akibat sepercik api kecil. Ketika api masih kecil tentu mudah dipadamkan, tetapi bagaimana ketika api itu sudah begitu besar? Itulah sebabnya kita dianjurkan untuk bersabar dan bisa menahan diri, tidak terbujuk atau terpengaruh oleh emosi sesaat yang pada akhirnya kita sesali juga tetapi sudah terlanjur menghancurkan banyak hal. Hubungan pertemanan, hubungan dalam keluarga, dalam lingkungan, atau bahkan antar negara, semua ini sering berawal dari percikan api emosi kecil yang dibiarkan meluas hingga tidak lagi bisa dikendalikan.

Tidak ada tempat bagi kebencian apalagi dendam dalam Kekristenan. Kita selalu diminta untuk mengasihi, mengadopsi bagaimana kasih Tuhan yang tanpa batas itu untuk diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Apakah orang yang bersalah itu mau mengakui kesalahannya atau tidak, kita diminta untuk bisa memberi pengampunan. Firman Tuhan berkata: "Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni." (Lukas 6:37). Jika itu kita terapkan, maka kita bisa berharap untuk melihat perdamaian semakin bertumbuh di dunia ini. Tetapi perhatikanlah betapa seringnya kita memakai hukum sebab akibat sebagai alasan pembenaran atas permusuhan yang terjadi antara kita dengan orang lain. "Bukan salah saya, tapi dia yang mulai..." atau "dia jual, saya beli.." itu merupakan alasan-alasan yang umum dipakai sebagai landasan dalam sebuah perselisihan. Ada banyak yang mungkin bisa menjadi penyebab sebuah perselisihan, itu benar. Tapi firman Tuhan jelas berkata: "Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!" (Roma 12:18). Mengapa harus ada ayat ini? Karena kita seringkali lupa, bahwa keputusan untuk berdamai atau bertikai seringkali bukan tergantung dari orang, tetapi justru dari diri kita sendiri. Baiklah, mungkin memang orang lain yang memulai, tetapi bukankah keputusan untuk mengampuni atau tidak itu datangnya dari diri kita sendiri? Apa yang harus kita jaga adalah memiliki kasih dalam diri kita, dan ada elemen kecil yang seharusnya kita perhatikan namun sangat sering luput dari perhatian kita, yaitu lidah.

Alkitab mengingatkan dengan jelas mengenai potensi bahaya yang bisa ditimbulkan oleh lidah yang ukurannya relatif kecil dibanding tubuh kita. Yakobus mengatakan: "Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar." (Yakobus 3:5). Ini adalah sebuah analogi yang sungguh tepat. Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, sepercik api itu sangatlah kecil dan sama sekali tidak kita anggap berbahaya. Tapi apa jadinya jika percikan itu mulai membakar lalu meluas hingga membumi hanguskan hutan yang besar? Itu sangatlah mungkin bahkan sudah sangat sering terjadi. Yakobus melanjutkan: "Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka.Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat manusia, tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan." (ay 6-8). Jika Yakobus menyorot tentang kebuasan lidah, yang begitu sulit dijinakkan, tak terkuasai dan penuh racun, demikianlah faktanya. Kita sudah terlalu sering melihat kehancuran hubungan antar manusia, antar suku bangsa bahkan negara yang berasal dari kebuasan lidah yang tak terkendali ini. Mau tahu bagaimana parahnya lidah ini? Bacalah ayat selanjutnya: "Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi." (ay 9-10).

Lidah hanyalah bagian kecil dari keseluruhan tubuh kita, tetapi kehancuran yang bisa ditimbulkan lidah yang tidak terkawal bisa begitu hebat. Bukan saja menghancurkan diri kita, tetapi bisa berdampak jauh lebih besar daripada itu. Masa depan orang lain bahkan kelangsungan kehidupan manusia secara luas bisa berakhir hanya karena lidah yang tidak terkendali. Sejarah mencatat banyak peristiwa yang mengubah kehidupan manusia menjadi porak poranda, dimana dibutuhkan puluhan bahkan ratusan tahun untuk bisa pulih dari kerusakan yang berawal dari lidah. Untuk itulah kita perlu menyerahkan lidah kita ke dalam tangan Tuhan, mengisi hati kita sebagai sumber kehidupan dengan firman Tuhan dan menghidupi kasih secara nyata dalam diri kita. Kemampuan manusia tidak akan sanggup menguasai lidah, tetapi kita bisa belajar untuk mengandalkan Tuhan dalam mengendalikannya. Sebuah pesan yang tidak kalah penting mungkin baik pula untuk diangkat dalam menyikapi kebuasan lidah ini. "Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah" (Yakobus 1:20). Jangan terburu-buru melempar kata-kata, apalagi dalam keadaan yang gampang tersulut emosi. Jangan sampai emosi sesaat yang terlontar lewat perkataan itu menjadi sesuatu yang kita sesali kelak, yang bisa jadi sudah terlambat untuk diperbaiki. Sebuah "amarah manusia tidak mengajarkan kebenaran di hadapan Allah" (ay 20), karena dampak yang ditimbulkan bisa sangat parah dimana lidah biasanya menjadi ujung tombak dalam mewakili kemarahan ini. Disamping itu peran lidah sebagai "output" dari produk kemarahan juga menunjukkan gagalnya kasih Kristus bertahta dalam diri kita. Oleh karena itu, marilah kita waspadai dengan secermat-cermatnya segala sesuatu yang keluar dari mulut kita. Jangan sampai ada kutuk dalam bentuk apapun yang keluar dari mulut kita, jangan sampai lidah kita berlaku begitu bebas berlaku buas dan membunuh masa depan banyak orang. Pakailah lidah untuk memuji dan menyembah Tuhan, dan pakai pula untuk memberkati sesama. Di tangan manusia lidah mungkin tidak bisa dikendalikan, tetapi Tuhan bisa pakai lidah kita untuk menjadi terang dan garam bagi dunia.

Tanpa mengawal lidah, jangan bermimpi untuk melihat perdamaian secara luas

Menjaga Lidah

Ayat bacaan: Yakobus 3:5
===================
"Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar."

menjaga lidah, perdamaianMenjalankan perdamaian merupakan harapan semua orang tetapi sering sulit untuk diterapkan. Kita tidak hidup sendirian, setiap saat kita berhadapan dengan begitu banyak orang dengan tingkah, polah dan gayanya sendiri-sendiri. Gesekan bisa terjadi kapan saja dan perselisihan pun bisa timbul. Seringkali penyebabnya bukanlah masalah besar tetapi dimulai dari hal-hal yang kecil atau sepele, namun kemudian meluas sehingga pada akhirnya sulit untuk dikendalikan. Lihatlah bagaimana hutan beribu-ribu hektar bisa terbakar hanya dari akibat sepercik api kecil. Ketika api masih kecil tentu mudah dipadamkan, tetapi bagaimana ketika api itu sudah begitu besar? Itulah sebabnya kita dianjurkan untuk bersabar dan bisa menahan diri, tidak terbujuk atau terpengaruh oleh emosi sesaat yang pada akhirnya kita sesali juga tetapi sudah terlanjur menghancurkan banyak hal. Hubungan pertemanan, hubungan dalam keluarga, dalam lingkungan, atau bahkan antar negara, semua ini sering berawal dari percikan api emosi kecil yang dibiarkan meluas hingga tidak lagi bisa dikendalikan.

Tidak ada tempat bagi kebencian apalagi dendam dalam Kekristenan. Kita selalu diminta untuk mengasihi, mengadopsi bagaimana kasih Tuhan yang tanpa batas itu untuk diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Apakah orang yang bersalah itu mau mengakui kesalahannya atau tidak, kita diminta untuk bisa memberi pengampunan. Firman Tuhan berkata: "Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni." (Lukas 6:37). Jika itu kita terapkan, maka kita bisa berharap untuk melihat perdamaian semakin bertumbuh di dunia ini. Tetapi perhatikanlah betapa seringnya kita memakai hukum sebab akibat sebagai alasan pembenaran atas permusuhan yang terjadi antara kita dengan orang lain. "Bukan salah saya, tapi dia yang mulai..." atau "dia jual, saya beli.." itu merupakan alasan-alasan yang umum dipakai sebagai landasan dalam sebuah perselisihan. Ada banyak yang mungkin bisa menjadi penyebab sebuah perselisihan, itu benar. Tapi firman Tuhan jelas berkata: "Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!" (Roma 12:18). Mengapa harus ada ayat ini? Karena kita seringkali lupa, bahwa keputusan untuk berdamai atau bertikai seringkali bukan tergantung dari orang, tetapi justru dari diri kita sendiri. Baiklah, mungkin memang orang lain yang memulai, tetapi bukankah keputusan untuk mengampuni atau tidak itu datangnya dari diri kita sendiri? Apa yang harus kita jaga adalah memiliki kasih dalam diri kita, dan ada elemen kecil yang seharusnya kita perhatikan namun sangat sering luput dari perhatian kita, yaitu lidah.

Alkitab mengingatkan dengan jelas mengenai potensi bahaya yang bisa ditimbulkan oleh lidah yang ukurannya relatif kecil dibanding tubuh kita. Yakobus mengatakan: "Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar." (Yakobus 3:5). Ini adalah sebuah analogi yang sungguh tepat. Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, sepercik api itu sangatlah kecil dan sama sekali tidak kita anggap berbahaya. Tapi apa jadinya jika percikan itu mulai membakar lalu meluas hingga membumi hanguskan hutan yang besar? Itu sangatlah mungkin bahkan sudah sangat sering terjadi. Yakobus melanjutkan: "Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka.Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat manusia, tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan." (ay 6-8). Jika Yakobus menyorot tentang kebuasan lidah, yang begitu sulit dijinakkan, tak terkuasai dan penuh racun, demikianlah faktanya. Kita sudah terlalu sering melihat kehancuran hubungan antar manusia, antar suku bangsa bahkan negara yang berasal dari kebuasan lidah yang tak terkendali ini. Mau tahu bagaimana parahnya lidah ini? Bacalah ayat selanjutnya: "Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi." (ay 9-10).

Lidah hanyalah bagian kecil dari keseluruhan tubuh kita, tetapi kehancuran yang bisa ditimbulkan lidah yang tidak terkawal bisa begitu hebat. Bukan saja menghancurkan diri kita, tetapi bisa berdampak jauh lebih besar daripada itu. Masa depan orang lain bahkan kelangsungan kehidupan manusia secara luas bisa berakhir hanya karena lidah yang tidak terkendali. Sejarah mencatat banyak peristiwa yang mengubah kehidupan manusia menjadi porak poranda, dimana dibutuhkan puluhan bahkan ratusan tahun untuk bisa pulih dari kerusakan yang berawal dari lidah. Untuk itulah kita perlu menyerahkan lidah kita ke dalam tangan Tuhan, mengisi hati kita sebagai sumber kehidupan dengan firman Tuhan dan menghidupi kasih secara nyata dalam diri kita. Kemampuan manusia tidak akan sanggup menguasai lidah, tetapi kita bisa belajar untuk mengandalkan Tuhan dalam mengendalikannya. Sebuah pesan yang tidak kalah penting mungkin baik pula untuk diangkat dalam menyikapi kebuasan lidah ini. "Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah" (Yakobus 1:20). Jangan terburu-buru melempar kata-kata, apalagi dalam keadaan yang gampang tersulut emosi. Jangan sampai emosi sesaat yang terlontar lewat perkataan itu menjadi sesuatu yang kita sesali kelak, yang bisa jadi sudah terlambat untuk diperbaiki. Sebuah "amarah manusia tidak mengajarkan kebenaran di hadapan Allah" (ay 20), karena dampak yang ditimbulkan bisa sangat parah dimana lidah biasanya menjadi ujung tombak dalam mewakili kemarahan ini. Disamping itu peran lidah sebagai "output" dari produk kemarahan juga menunjukkan gagalnya kasih Kristus bertahta dalam diri kita. Oleh karena itu, marilah kita waspadai dengan secermat-cermatnya segala sesuatu yang keluar dari mulut kita. Jangan sampai ada kutuk dalam bentuk apapun yang keluar dari mulut kita, jangan sampai lidah kita berlaku begitu bebas berlaku buas dan membunuh masa depan banyak orang. Pakailah lidah untuk memuji dan menyembah Tuhan, dan pakai pula untuk memberkati sesama. Di tangan manusia lidah mungkin tidak bisa dikendalikan, tetapi Tuhan bisa pakai lidah kita untuk menjadi terang dan garam bagi dunia.

Tanpa mengawal lidah, jangan bermimpi untuk melihat perdamaian secara luas

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Monday, March 7, 2011

Hidup Yang Penuh Harapan


I Petrus 1: 3b

Tiba-tiba pintu ruang bersalin terbuka. Seorang dokter dengan pakaian khusus keluar. "Istri Anda dalam keadaan baik. Namun sayang keadaan bayinya membahayakan jiwa istri Anda. Ada satu hal yang harus Anda putuskan, keselamatan istri Anda atau bayinya. Saya tahu hal ini sulit, namun kami telah berusaha sekuat mungkin. Akhirnya kami harus menemui Anda, sebab keputusan Anda amat menentukan. Jika Anda sudah siap, silahkan kami dihubungi dan menandatangani formulir ini", setelah berkata demikian dokter tersebut memeluk bahu pria yang diajak bicara.

Sorot matanya di balik kaca mata yang tebal memberi semangat pada pria yang tubuhnya gemetar.
Rata Penuh
Pria yang sedari tadi gelisah, sekarang bertambah gemetar setelah menerima berita yang meluncur dari mulut dokter yang memeluknya.

Wajahnya jadi pucat seperti mayat. Butiran keringat dingin sebesar kacang kedelai bermunculan di dahinya. Mulutnya menganga, lidahnya kelu.

Matanya nanar. Setelah berusaha menelan ludahnya, ia berusaha mengeluarkan kata-kata.

"Dokkkkter, .....mmm. bbberi kesempatan saaaya untuk berdoa".
Kepala dokter tersebut menggangguk, tanda setuju.
Ruangan tunggu kelahiran bayi malam itu sepi menggigit, sinar lampunya nampak pudar.

Suasana saat itu bisu dingin menutupi tembok sekeliling ruangan itu. Pria itu kemudian tertunduk. Wajahnya ditenggelamkan atas kedua telapak tangannya yang menopangnya. Suara tangis tertahan bercampur kepedihan dan rasa takut menimbulkan suara yang keluar dari mulutnya seperti suara berguman, tidak jelas. Suasa kembali sunyi . Kemudian ia perlahan bangkit, berjalan menuju perawat yang berdiri menunggunya.

"Suster, katakan kepada dokter, istri saya perlu diselamatkan, sedapat-dapatnya selamatkan juga anak saya. Saya telah melihat harapan."

Suster itu hanya menggangguk, kemudian menyodorkan sehelai lembaran formulir. Setelah ditandatangani. Ia kembali menunggu.

Persalinan berlangsung sulit. Dokter berupaya mengeluarkan bayi dari dalam rahim wanita yang sudah mulai kehabisan tenaga. Dengan alat khusus, dokter tersebut mengupayakan kepala sang bayi dapat keluar terlebih dahulu. Namun tiba-tiba, crot.., darah segar muncrat disertai bola mata yang masih terikat ototnya keluar mengelantung, baru kemudian kepala bayi. Merasa berpacu dengan waktu, dokter makin berusaha keras untuk mengeluarkan seluruh tubuh bayi itu. Bunyi gemeretak tulang rawan bayi yang patah karena proses tersebut. Akhirnya, tubuh bayi yang mirip seonggok daging tersebut utuh keluar dari dalam rahim. Persalinanpun berjalan sampai tuntas.

Dokter segera memerintahkan seorang perawat agar membersihkan tubuh bayi tersebut dan segera dimasukkan kantong mayat. Namun Tuhan yang mendengar doa bertindak lain. Tubuh bayi yang masih berlumuran darah dibersihkan terlebih dahulu oleh perawat. Saat tangan sang perawat membersihkan tubuh bayi di bagian dada sebelah kiri, nampak denyut jantung yang lemah. Tanda kehidupan. Rupanya denyut yang lemah terlihat oleh sang perawat tersebut. Segera bayi tersebut di kirim ke ruang khusus.

Empat tahun kemudian, bayi itu tumbuh menjadi seorang anak mirip monster hidup. Ia di beri nama William Cutts. Jika bayi normal, diusia sebelas tahun telah belajar berjalan, tidak demikian dengan William Cutts. Ia baru belajar merangkak seperti anjing. Kepala bagian kanan agak besar, matanya yang kanan rusak berat, tidak mungkin bisa melihat.

Bahunya miring. Menjelang remaja, jalannya miring seperti tiang hampir roboh. Dan kata dokter, otaknya tak akan sanggup berkembang alias tidak mungkin bisa belajar seperti manusia normal.

Sudut pandang dokter rupanya beda dengan kedua orang tuanya, mereka melihat harapan. Orangtuanya terus membesarkannya dengan penuh kasih sayang. "Kelak anakku akan dipakai Tuhan secara luar biasa, sebab aku yakin harapan itu ada", demikian doa kedua orangtuanya, setiap kali melihat William Cutts yang selalu kesulitan dengan menyelaraskan jalannya dengan bahunya. Tuhanpun mewujudkan harapan anak-anakNya.

Tepat pada waktuNya, William Cutts bersimpuh di kaki- Nya, satu ayat yang dipegangnya yang menjadi dasar panggilannya, "Justru di dalam kelemahan kuasa-Ku menjadi sempurna", II Korintus 12: 9. Inilah sumber pengharapan baginya.

Tuhan tidak pernah menyia-nyiakan orang yang berharap kepada-Nya.

Tuhan pun membuktikan janjiNya. Apa yang tidak dipandang oleh dunia, dipakai Allah secara luar biasa. Dengan segala keterbatasannya, William Cutts maju untuk taat. Harapan demi harapan terkuak setelah ia taat melangkah.

Setelah menyelesaikan sarjananya di sekolah theologia, ia menjadi utusan misi ke Irian Jaya, Indonesia. Tuhan meneguhkan janjiNya, dalam kelemahan kuasa-Nyata nyata. Tiap langkah pelayanan William Cutts, Tuhan meneguhkan dengan mujizat-Nya. Semua ini diawali dengan orang yang melihat harapan dan mempercayai harapan di dalam Yesus itu pasti ada dan tidak pernah sia-sia.

William Cutts telah menyaksikan apa makna hidup di dalam pengharapan yang berlimpah di dalam Kristus!

Sesungguhnya harapan di dalam Kristus itu, adalah;

Harapan selalu memperlihatkan pada orang percaya bahwa di ujung jalan yang gelap ada terang.

Harapan selalu dapat menopang kehidupan orang percaya yang telah patah semangat dan tak berdaya.

Harapan selalu memberikan peluang, kemungkinan dan kepastian ada pemulihan kembali saat kehidupan dirasa seperti buluh yang patah atau sumbu hanya tinggal asap.

Jadi harapan itu selalu memberikan kehidupan, semangat, gairah dan kesegaran baru. Dan ..

Orang yang berharap kepada Tuhan tak pernah dibiarkan malu tersipu-sipu!

Harapan yang Tuhan Yesus berikan bukan harapan seperti yang Anda dipikirkan atau dunia tawarkan. Harapan di dalam Kristus bukan harapan yang terbatas, tidak pasti dan bersifat temporer. Harapan di dalam Kristus adalah harapan yang melimpah, pasti, dan berlimpah bak sungai.

Harapan yang demikian selalu ada di dalam diri orang percaya.

Dan harapan itu amat nyata secara khusus bagi orang-orang percaya yang mengalami berbagai-bagai dukacita karena pencobaan (ay. 6).

Jika demikian mengapa Anda berkata , "tidak ada harapan bagiku?"
Ambillah selangkah lagi, lihat tangan-Nya terbuka siap memeluk Anda.

Source : from eliastories

Tulang Rusuk yang Hilang



Seorang wanita menanyakan kepada kekasihnya, “yang paling kamu cintai di dunia ini siapa?”
“Kamu Dong!!!” balas sang kekasih dengan cepat. “Menurut kamu, aku ini siapa?” sambil berpikir sejenak kekasihnya menjawab sambil menatap mata dengan lembut kemudian menjawab, “Kamu tulang rusukku.”
“Ketika Tuhan melihat Adam kesepian, dengan diam-diam pada saat Adam tertidur dengan pulas, Dia mengambil tulang rusuk Adam dan diciptakan Hawa”
“Saat ini semua pria mencari tulang rusuknya yang hilang… dan saat menemukan wanita untuknya, dia tidak lagi merasakan sakit hati…”

Setelah Menikah, pasangan itu mengalami masa yang indah dan manis untuk sesaat.
Setelah itu, pasangan muda ini mulai tenggelam dalam kesibukan masing-masing dan kepenatan hidup yang ada. Hidup mereka menjadi membosankan. Kenyataan hidup yang kejam membuat merekan mulai menyisihkan impian dan cinta satu sama lain. Mereka mulai bertengkar… dan pertengkaran itu mulai menjadi semakin panas. Sampai pada suatu hari akhir dari sebuah pertengkaran, wanitanya lari keluar rumah. Saat tiba di seberang jalam, dia berteriak, “Kamu tidak mencintai ku lagi!”

Pria itu sangat membenci dengan ketidak-dewasaaan yang ditunjukan wanitanya dan dengan spontan membalasnya,
“Aku menyesal kita menikah! Ternyata, Kamu bukan tulang rusukku!!!”
Terdiam dan berdiri terpaku wanita itu mendengar kekasihnya mengucapkan kata-kata seperti itu.
Kekasihnya sadar dan menyesal dengan apa yang sudah diucapkannya, tetapi seperti air yang sudah tumpah dan tidak mungkin diambil kembali. Dengan berlinang air mata, wanita tersebut kembali ke rumah dan mengambil barang-barangnya, bertekad untuk berpisah. “Kalau aku bukan tulung rusukmu biarkan aku pergi”

Lima tahun berlalu…
Pria itu tidak menikah lagi, tetapi berusaha tahu akan kehidupan wanitanya. Wanita itu pernah keluar negeri tetapi sudah kembali lagi. Dia pernah menikah dengan seorang asing dan kemudian bercerai. Pria itu kecewa karena wanita itu tidak menunggunya kembali. Dan ditengah malam yangsunyi dia meminum kopinya dan merasakan sakit di hatinya. Tetapi dia tidak sanggup mengakui bahwa dia merindukannya.

Suatu hari…mereka akhirnya bertemu…di airport, tempat dimana bayak terjadi pertemuan dan perpisahan.
Mereka dipisahkan hanya oleh sebuah dinding pembatas. “Apa kabar mu?”
“Baik…apakah kamu sudah menemukan tulang rusuk mu yang hilang?” “Belum..” “Aku terbang ke New York dengan penerbangan berikutnya” “Aku akan kembali 2 minggu lagi. Telpon aku kalo kamu sempat. Kamu tahu nomor telpon kita, tidak ada yang berubah” Wanita itu tersenyum manis, lalu berlalu. “Bye…”

Seminggu kemudian dia mendengar bahwa wanitanya adalah salah satu korban Menara WTC. Malam itu…sekali lagi pria itu mereguk kopinya… dan kembali merasakan sakit dihatinya. Akhirnya dia sadar bahwa sakit itu adalah karena wanitanya,
tulang rusuknya sendiri yang telah dengan bodohnya dia patahkan.

“Kita melampiaskan 99% kemarahan justru kepada orang yang paling kita cintai. Dan akibatnya seringkali adalah fatal”

O be careful little mouth what you say,
O be careful little mouth what you say,
There's a Father up above,
And He's looking down in love,
So, be careful little mouth what you say...

Wanita

Ayat bacaan: Titus 2:3
================
"Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah"

wanita, sepadan, sederajat, istimewaSuatu kali ada seorang teman yang bercerita bahwa ia merasa tersisih dalam keluarganya semasa kecil. Orangtuanya ternyata lebih sayang kepada adiknya laki-laki, yang dianggap sebagai penerus silsilah. "Saya cuma perempuan..tidak ada nilainya sama sekali.." katanya sedih. Dalam adat di beberapa suku bangsa mungkin demikian. Status wanita bagi sebagian kalangan dianggap lebih rendah dibanding pria. Hak-hak mereka terbatas dalam banyak hal. Padahal sosok ibu sangatlah mulia bagi kita semua. Ungkapan "surga ada dibawah telapak kaki ibu", penyebutan ibu kota, ibu pertiwi, motherland dan sebagainya menunjukkan penghargaan yang begitu besar bagi ibu yang notabene adalah wanita. Meski demikian, saya sudah bertemu dengan beberapa wanita yang kemudian mengalami banyak masalah dengan kepercayaan diri mereka berawal dari apa yang mereka alami dalam keluarganya sejak kecil. Apakah Tuhan menciptakan wanita untuk berada di bawah nilai pria, atau hanya berfungsi sebagai pelengkap penderita saja dan tidak layak untuk mendapat kehormatan? Atau haruskah anda yang wanita menyesal dilahirkan bukan sebagai pria, seperti halnya teman saya itu? Saya yakin tidak. Di mata Tuhan semua manusia ciptaanNya sama berharga, dan sama dikasihiNya. Tidak ada perbedaan gender dalam curahan kasih yang berasal dari Allah. Dan Alkitab pun banyak mencatat bahwa wanita memiliki peran-peran yang luar biasa penting bagi kelangsungan hidup manusia. Bukan saja sebagai sosok yang melahirkan, tetapi punya peranan yang luar biasa vital pula dalam perkembangan manusia termasuk di dalamnya dari segi spiritual.

Sejak awal kitab Kejadian Tuhan sudah menyatakan peran penting figur wanita. Perhatikan ayat berikut: "TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." (Kejadian 2:18). IT IS NOT GOOD, kata Tuhan, bagi pria untuk hidup sendirian. Maka wanita pun Dia ciptakan dengan fungsi sebagai penolong. Bukan pelengkap penderita, tetapi penolong. Lalu penolong yang bagaimana? Yang sepadan. Bukan dibawah, tetapi sepadan, sederajat. Kata penolong dan sepadan menunjukkan dengan jelas bagaimana pentingnya arti wanita di mata Tuhan.

Dalam Titus kita bisa menemukan pesan penting lainnya buat wanita. Demikian bunyinya: "Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah.." (Titus 2:3). Wanita yang dewasa diingatkan agar hidup sebagai orang-orang yang beribadah. Ayat ini kemudian dilanjutkan dengan peringatan "jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik." Ini penting untuk diingat agar para wanita dewasa mampu "mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya." (ay 4-5). Dan semua ini dilakukan "agar Firman Allah jangan dihujat orang."  Itu artinya peran yang diemban wanita sungguhlah penting. Bukan hanya bagi diri mereka sendiri dan keluarga, tetapi lebih dari itu juga penting untuk merepresentasikan Kerajaan Allah di muka bumi ini. Seorang wanita yang mengemban tugas dengan baik dan menjalankan fungsi mereka seperti yang dikehendaki Tuhan akan menjadi kesaksian tersendiri di muka bumi ini.

Kembali kepada ayat bacaan kita di atas, para wanita diminta untuk menunjukkan kehidupan sebagai orang-orang beribadah. Kata beribadah bukanlah sekedar ke gereja atau menyanyikan puji-pujian, tetapi lebih dari itu, sebuah ibadah sejati haruslah menyangkut segala aspek kehidupan kita, termasuk mempersembahkan diri kita sendiri sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan bagi Allah. "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati." (Roma 12:1).

Bayangkan bagaimana gersangnya hidup tanpa adanya sentuhan wanita didalamnya. Bayangkan bagaimana dunia tanpa adanya kehadiran para wanita. Hari ini secara khusus saya ingin memberikan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada anda, kaum wanita. Bersyukurlah jika anda dilahirkan sebagai wanita, sebab anda istimewa di mataNya. Embanlah tugas dan fungsi seperti yang telah dipesankan Tuhan dengan sebaik-baiknya, dan jadilah kesaksian yang indah yang akan memuliakan Tuhan di mata dunia. Bagikan kehidupan yang bermakna yang mampu memperkenalkan kasih Tuhan yang begitu besar bagi manusia, karena saya tidak bisa membayangkan apa jadinya hidup ini tanpa kehadiran anda.

Setumpuk tugas penting yang diemban menunjukkan betapa penting atau vitalnya figur wanita dalam kehidupan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Siapakah Yesus??

Pada pendapat anda, siapakah ...


Tokoh yang ulung sekali sepanjang zaman?

Pemimpin yang agung?

Guru yang agung?
 Orang yang banyak sekali membuat kebajikan untuk manusia?

Orang yang telah menjalani hidup yang paling suci?


Lawatlah ke mana-mana pun dan berbicaralah dengan penganut agama apa pun. Jika mereka mengetahui sejarah, mereka akan mengaku bahawa tidak pernah ada peribadi seperti Yesus dari Nazaret, tidak kira betapa komited mereka terhadap agama itu. Dia adalah tokoh yang unik sepanjang zaman.

Yesus telah mengubah haluan sejarah. Malah tarikh pada suratkhabar harian pun membuktikan bahawa Yesus telah hidup kira-kira 2,000 tahun dahulu. B.C. bererti "Sebelum Masihi" dan A.D. Anno Domino, "Setelah Masihi".

Kedatangan-Nya telah dinubuatkan

Beratus tahun sebelum kelahiran Yesus, Alkitab mencatatkan nubuat para nabi Israel tentang kedatangan-Nya. Perjanjian Lama yang ditulis oleh ramai orang dalam jangka masa lebih kurang 1,500 tahun, mengandungi lebih daripada 300 nubuat tentang kedatangan-Nya. Semua butir nubuat terjadi dengan tepat. Kehidupan Yesus, mukjizat-mukjizat yang dilakukan-Nya, kata-kata-Nya, kematian-Nya di atas salib, kebangkitan-Nya, dan kenaikan-Nya ke Syurga -- semua ini menunjukkan bahawa Dia lebih daripada manusia. Yesus sendiri mendakwa, " Aku dan Bapa adalah satu." (Yohanes 10:30), "Orang yang sudah melihat Aku, sudah melihat Bapa" (Yohanes 14:9), dan "Akulah jalan untuk mengenal Tuhan dan untuk mendapat hidup. Tidak seorangpun dapat datang kepada Bapa kecuali melalui Aku." (Yohanes 14:6)

Hidup dan kata-kata-Nya menyebabkan perubahan

Perhatikan hidup dan pengaruh Yesus Kristus sepanjang sejarah, dan anda akan melihat bahawa Dia dan kata-kata-Nya sentiasa membawa perubahan yang besar dalam hidup manusia dan bangsa. Ke mana saja ajaran dan pengaruh-Nya disebarkan, kesucian dalam perkawinan, hak asasi wanita dan suara rakyat diterima. Sekolah-sekolah dan universiti-universiti didirikan; undang-undang untuk melindungi kanak-kanak diluluskan; perhambaan dihapuskan, dan banyak lagi perubahan telah dilakukan untuk kebaikan manusia.

Individu-individu juga mengalami perubahan yang dramatik. Contohnya, Lew Wallace. Dia adalah seorang jeneral yang terkenal dan seorang sasterawan genius yang pernah tidak percaya pada Tuhan. Wallace meluangkan masa selama dua tahun di perpustakaan terkenal di Eropah dan Amerika untuk mencari maklumat yang dapat menghancurkan agama Kristian selama-lamanya. Ketika dia menulis bab kedua, tiba-tiba dia mendapati dirinya berlutut dan berteriak mengakui Yesus sebagai Tuhannya.

Kerana bukti yang tidak dapat dipertikaikan, dia tidak dapat lagi menyangkal bahawa Yesus Kristuslah Anak Tuhan. Kemudian, Wallace telah menulis "Ben Hur", salah sebuah novel Inggeris termasyur yang pernah ditulis mengenai zaman Kristus.

Begitu juga dengan mendiang C.S. Lewis. Bertahun-tahun lamanya, profesor di Universiti Oxford ini menyangkal keilahian Yesus. Tetapi dia juga secara jujur menyerahkan hidupnya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Penyelamatnya, setelah mempelajari bukti yang kukuh tentang keilahian Yesus.

Pembohong atau orang gila?

Di dalam bukunya yang terkenal, "Mere Christianity", Lewis menyatakan, "Seorang manusia biasa yang mengatakan hal-hal seperti yang Yesus ucapkan, tidak mungkin adalah seorang guru moral yang agung. Dia mungkin seorang gila atau syaitan dari neraka. Anda harus memilih -- apakah Yesus adalah Anak Allah, seorang gila, atau lebih teruk daripada itu. Anda boleh menganggap Yesus sebagai seorang gila, atau berlutut di kaki-Nya dan mengakui Dia sebagai Allah. Tetapi janganlah kita menghina Yesus dengan mengatakan bahawa Dia seorang guru yang agung. Pilihan itu langsung tidak wujud."

Siapakah Yesus bagi anda? Jawapan anda akan menentukan hidup anda di dunia ini dan hidup selama-lamanya.

Kebanyakan agama adalah diasaskan oleh manusia dan berdasarkan falsafah buatan manusia, dan kebiasaan tingkah laku. Singkirkan pengasas-pengasas agama dari amalan praktik agama masing-masing, sedikit sahaja akan berubah. Tetapi singkirkan Yesus dari agama Kristian, tidak ada apapun akan tertinggal. Agama Kristian bukan sekadar falsafah hidup, etika piawai atau ketaatan mengerjakan suruhan agama. Agama Kristian yang benar adalah berasaskan kepentingan hubungan peribadi dengan Penyelamat yang hidup, Yesus Kristus.

Pengasas yang telah bangkit

Agama Kristian adalah unik -- Yesus disalibkan, dikuburkan, dan tiga hari selepas itu bangkit dari kematian. Sebarang perdebatan tentang kesahan agama Kristian adalah bergantung kepada bukti kebangkitan Yesus dari kematian.

Sepanjang zaman, kebanyakan cendekiawan hebat yang pernah mempertimbangkan bukti-bukti kebangkitan Yesus, percaya bahawa Yesus hidup. Setelah memeriksa bukti kebangkitan seperti yang dinyatakan oleh penulis-penulis Kitab Injil, mendiang Simon Greenleaf, seorang yang berwibawa tentang isu-isu perundangan di Harvard Law School membuat kesimpulan: "Adalah mustahil mereka dapat terus menegaskan bahawa apa yang mereka katakan itu benar jika Yesus tidak betul-betul bangkit dari kematian, dan mereka tidak pasti tentang fakta ini." John Singleton Copley yang diiktirafkan sebagai salah seorang intelek guaman terkemuka dalam sejarah British, memberi komen begini, "Saya pasti apa yang dimaksudkan bukti. Saya beritahu anda, bukti sebegini belum pernah tumpas."

Mengapa anda percaya

Kebangkitan Kristus adalah pokok iman seorang Kristian. Ada beberapa sebab mengapa mereka yang mempelajari kebangkitan, percaya bahawa itu benar :

Nubuat: Pertama, Yesus sendiri yang menubuatkan tentang kematian dan kebangkitan-Nya, dan hal-hal itu terjadi dengan tepat seperti apa yang telah Dia nubuatkan (Lukas 18:31-33).
Kubur yang kosong: Kedua, hanya kebangkitan dapat menjelaskan dengan munasabah kubur-Nya yang kosong. Membaca kisah Alkitab itu dengan teliti akan menunjukkan bahawa kubur di mana mereka meletakkan tubuh Yesus dijaga dengan ketat oleh askar-askar Roma dan ditutup dengan batu yang sangat besar. Jika Yesus tidak mati tetapi hanya menjadi lemah, seperti yang dikatakan oleh sesetengah orang, maka para pengawal dan batu tersebut akan menghalang Dia daripada melarikan diri -- begitu juga dengan sebarang  usaha pengikut-pengikut untuk menyelamatkan-Nya. Musuh-musuh Yesus tidak akan menyembunyikan tubuh Yesus sebab kehilangan tubuh-Nya hanya akan menguatkan lagi kepercayaan tentang kebangkitan-Nya.

Pertemuan-pertemuan peribadi: Ketiga, hanya kebangkitan dapat menjelaskan mengapa Yesus dapat menampakkan diri kepada murid-murid-Nya. Setelah kebangkitan-Nya, Yesus menampakkan diri sekurang-kurangnya 10 kali kepada mereka yang mengenali Dia, dan pada suatu ketika kepada lebih daripada 500 orang. Tuhan membuktikan bahawa semua penampakan ini bukanlah halusinasi: Dia makan dan berbual-bual dengan mereka dan mereka menjamah tubuh-Nya. ( I Yohanes 1:1)

Kelahiran gereja: Keempat, hanya kebangkitan dapat menjelaskan dengan munasabah permulaan gereja Kristian. Gereja Kristian merupakan institusi terbesar yang wujud atau pernah wujud di sepanjang sejarah dunia. Lebih daripada setengah khutbah-khutbah awal yang pernah disampaikan adalah berkaitan dengan kebangkitan (Kisah Para Rasul 2:14-36). Ketara sekali gereja awal mengetahui bahawa kebangkitanlah dasar khutbah. Musuh-musuh Yesus dan para pengikut-Nya boleh menghentikan mereka daripada berkhutbah demikian sekira mereka dapat mengeluarkan tubuh Yesus.

Hidup yang berubah: Kelima, hanya kebangkitan dapat menjelaskan dengan munasabah hidup murid-murid yang berubah. Mereka meninggalkan Dia sebelum kebangkitan-Nya. Setelah kematian-Nya mereka menjadi kecewa dan takut. Mereka tidak sangka bahawa Yesus akan bangkit dari kematian (Lukas 24:1-11).

Walaupun demikian, setelah kebangkitan Yesus dan pengalaman mereka pada hari Pentakosta, murid-murid yang kecewa dan takut ini berubah kerana kuasa kebangkitan Kristus. Dalam nama Yesus, mereka menyebabkan dunia tunggang-terbalik. Ramai mati kerana iman mereka; yang lainnya dianiaya dengan kejam. Mereka pasti tidak akan berani macam ini jika mereka tidak yakin bahawa Yesus benar-benar telah dibangkitkan dari kematian - suatu kebenaran yang berbaloi untuk mati.
Saya pernah bekerja dengan para cendekiawan dari universiti seluruh dunia selama 40 tahun. Tetapi, saya belum pernah bertemu dengan satu orangpun yang tidak percaya bahawa Yesus memanglah Anak Allah, Mesias yang telah dijanjikan, setelah mereka mempertimbangkan bukti-bukti secara jujur. Walaupun sesetengah orang tidak percaya, mereka dengan jujur mengakui bahawa mereka tidak meluangkan masa untuk membaca Alkitab atau mempertimbangkan fakta-fakta sejarah tentang Yesus.
Tuhan yang hidup: Kerana kebangkitan Yesus, para pengikut-Nya yang sebenar tidak lagi sekadar mematuhi etika seorang pengasas yang telah mati, tetapi memiliki suatu hubungan peribadi dengan Tuhan yang hidup. Yesus Kristus hidup hari ini dan Dia setia memberkati mereka yang mempercayai dan mentaati Dia. Berabad-abad lamanya, ramai orang telah mengakui kebenaran tentang Yesus, termasuk mereka yang telah banyak mempengaruhi dunia.

Ahli falsafah Perancis, Blaise Pascal, mengatakan tentang keperluan manusia terhadap Yesus: "Terdapat suatu kekosongan yang diciptakan oleh Allah di dalam hati setiap orang. Kekosongan ini hanya boleh diisi oleh Allah sendiri melalui anak-Nya, Yesus Kristus."

Mahukah anda mengenali Yesus Kristus secara peribadi sebagai Penyelamat yang hidup? Sesungguhnya anda dapat! Yesus begitu ingin menjalin hubungan peribadi yang penuh kasih dengan anda, sehingga Dia sudah menguruskan segala yang perlu.

Sunday, March 6, 2011

Diburu, Tetap Bersyukur

Bacaan hari ini: Mazmur 57
Ayat mas hari ini: Mazmur 57:2
Bacaan Alkitab Setahun: Yosua 10-12







Ada banyak hal yang bisa membuat tempat kerja tidak menyenangkan. Mungkin sang atasan yang bersikap otoriter, atau gemar merendahkan bawahan. Atau, rekan kerja yang suka bergosip, menggunjingkan teman sendiri. Atau, senior yang suka menekan. Atau, alasan lain yang lebih khusus. Jika Anda merasa demikian, mari belajar dari Daud.
Lembaga Alkitab Indonesia memberi judul menarik untuk Mazmur 57: “Diburu Musuh, tetapi Ditolong Allah”. Mazmur ini ditulis ketika Daud diburu Saul dan harus melarikan diri ke gua-gua. Ketika itu Daud berseru memohon belas kasihan Allah (ayat 2-4). Ia menceritakan kesulitan yang ia hadapi (ayat 5,7). Dan, yang menjadi kunci kemenangan Daud adalah: ia terus ber-syukur serta berharap kepada kemuliaan, kasih setia, dan kebaikan Tuhan (ayat 6,7-12).
Kita mungkin tidak diburu musuh, tetapi diburu atasan yang otoriter, rekan kerja yang tidak mau bekerja sama, atau hal-hal lain  yang membuat kita tak nyaman bekerja. Sikap mengomel, menyalahkan keadaan, dan memprotes tidak akan memperbaiki keadaan, bahkan kerap kali justru memperburuk. Ketika kita “diburu” hal-hal demikian, contohlah Daud. Ia berseru kepada Tuhan dan mengandalkan Dia. Ia bersyukur dan berharap pada kasih setia Tuhan. Pada waktu-Nya, Dia mengangkat Daud menjadi Raja Israel.
Kalau Tuhan sanggup menolong Daud, tentu Dia sanggup menolong kita juga. Namun, sudahkah kita mencontoh sikap Daud? Tetap bersikap benar, menjagai hati, dan terus memuliakan Tuhan di tempat kerja? Tidak berkecil hati, dan tetap berpaut kepada Tuhan?

TEMPAT KERJA ADALAH LADANG DI MANA TUHAN MEMINTA KITA
TAK HANYA MENCARI PENGHIDUPAN TETAPI JUGA MEMPRAKTiKKAN IMAN

Bersama Tuhan

Ayat bacaan: Amsal 3:6
================
"Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu."

bersama TuhanPernahkah anda merasa kesulitan untuk merubah sifat atau perilaku buruk? Ada banyak orang yang memiliki masalah dengan hal ini. Mereka tahu apa yang mereka perbuat itu salah, tetapi mereka tidak kunjung berhasil untuk memperbaikinya. Ada yang sudah berhasil untuk beberapa saat, tetapi kemudian jatuh lagi ke dalam lubang yang sama. Seorang teman pernah berkata sambil tertawa, "orang bisa mengaku berhenti merokok apabila sudah berhasil tidak melakukannya setidaknya 6 tahun." Apa yang ia katakan menggambarkan sulitnya bagi kita manusia untuk membenahi hal-hal buruk dan bertahan untuk tidak kembali lagi hingga jangka waktu yang lama. Hari ini seorang teman saya bertanya bagaimana agar ia bisa mengatasi sebuah kebiasaan buruknya. Ia tahu itu salah, tetapi tidak tahu bagaimana mengatasinya, dan mengaku tidak sanggup. Ayat yang menjadi ayat bacaan hari inilah yang selanjutnya muncul di dalam hati saya. Sebagai manusia biasa memang kemampuan kita terbatas, tetapi bersama Tuhan kita bisa.

Hidup di dunia akan selalu membuat kita penuh godaan. Di jaman ketika semuanya masih kuno saja sudah sulit, apalagi di jaman serba modern seperti sekarang ini. Ada banyak tips tentu yang bisa dipakai untuk bisa berhenti terjatuh pada lubang yang sama, seperti salah satunya dengan berhati-hati memilih teman. Sebab firman Tuhan berkata "Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang" (Amsal 13:20), dan lihat pula ayat berikut: "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33). Kita butuh dukungan pula dari sahabat-sahabat yang baik, yang peduli terhadap diri kita dan bukan justru semakin menjerumuskan atau menghancurkan. Itu tentu akan sangat membantu dalam usaha kita melepaskan diri dari kebiasaan, sifat atau perbuatan kita yang buruk.

Ada kalanya kita sulit memperhatikan langkah apa yang seharusnya kita tempuh. Kita sulit untuk tidak kembali lagi kepada kesalahan yang sama karena seringkali godaan itu terlihat begitu nikmat dan menyenangkan. Kita mungkin bisa berkata, "ah, sekali-kali kan tidak apa-apa, asal jangan keterusan.." Tetapi siapa yang bisa menjamin bahwa kita tidak kebablasan setelah bermain-main kembali pada dosa yang sama? Itulah sebabnya firman Tuhan mengingatkan kita agar tidak memberi toleransi kepada iblis, bapa dari segala penipu. "dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis." (Efesus 4:27).

Lalu bagaimana jika kita sudah bertekad penuh tetapi masih juga sering gagal? Tuhan mengajak kita semua untuk mengandalkanNya. "Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu." (Amsal 3:6). Mengakui Tuhan dalam segala perbuatan kita, artinya berjalan bersama dengan Tuhan, mengingatNya dalam segala yang kita lakukan, maka Tuhan sendiri yang akan meluruskan jalan kita. Bagaimana bayi yang baru belajar berjalan bisa berjalan lurus apabila ia melakukannya sendiri dengan kemampuannya? Tentu sulit. Tapi ketika orangtuanya memegang tangannya dan mengajarinya berjalan, maka bayi itu pun akan sampai kepada saat dimana ia bisa berjalan dengan baik dan lurus tanpa terjatuh lagi. Seperti itu pula Tuhan siap membantu mengatasi segala kelemahan kita sehingga kita mampu berjalan lurus untuk seterusnya.

Firman Tuhan mengajak kita untuk tetap mengerjakan keselamatan kita dengan rasa takut dan gentar akan Dia. (Filipi 2:12). Apa yang diinginkan Tuhan jelas. Dia ingin agar kita selalu ingat kepadaNya dan selalu menyertakan Tuhan dalam segala sesuatu yang kita perbuat. Jika kita mau memutuskan untuk taat dan mengakuiNya dalam kehidupan kita, maka Tuhan akan bekerja untuk menjaga dan melindungi kita. "Karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya." (ay 13).

Terus berpaut erat dengan firman Tuhan pun akan mampu memberi kekuatan kepada kita. Ini dikatakan Tuhan kepada Yosua dan saya percaya pesan yang sama diberikan kepada kita semua hari ini juga. "Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung." (Yosua 1:8). Memperkatan, merenungkan dan melakukan firman Tuhan terus menerus, itu akan membuat kita bisa berhasil dalam usaha kita dan beruntung karenanya. Jangan lupa pula pesan berikutnya, "Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi." (ay 9). Kuatkan dan teguhkan hati dan tolaklah semua godaan, jangan kecut dan menyerah, karena sesungguhnya Tuhan selalu berjalan bersama kita. Dia berjanji untuk terus menyertai kita kemanapun kiat pergi, dan itu artinya Dia selalu siap untuk meluruskan jalan-jalan yang masih bengkok. Oleh sebab itu ingatlah untuk selalu mengandalkan Tuhan dalam melakukan apapun, termasuk untuk lepas dari kebiasaan, perbuatan atau sifat-sifat buruk yang masih ada di dalam diri kita.

Sebuah transformasi sudah dianugerahkan Tuhan ketika kita menerima Kristus. "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Selanjutnya adalah tugas kita untuk menjaga agar transformasi itu tidak berhenti atau mundur, tetapi terus bertahan bahkan meningkat ke arah yang lebih baik dari hari ke hari. Mengandalkan manusia mungkin sulit, tetapi keberadaan Tuhan yang selalu dekat dengan kita menjelaskan bahwa kita bisa selalu mengandalkanNya. Jika ada di antara teman-teman yang masih sulit lepas dari hal-hal buruk, mulailah hari ini untuk mengandalkanNya. Sesulit apapun itu, ingatlah bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah yang berkuasa di atas segala-galanya.

Berjalanlah bersama Tuhan dan andalkan Dia untuk terus maju

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Saturday, March 5, 2011

Bersabarlah

Ayat bacaan: 1 Tesalonika 5:14
==================
"sabarlah terhadap semua orang."

sabarPernahkah anda bertemu dengan orang-orang yang memakai fasilitas umum sesuka mereka? Saya rasa ini adalah sesuatu yang kita alami sehari-hari. Misalnya ketika mengantri di ATM, selalu saja ada orang yang tidak peduli dengan antrian panjang dibelakangnya. Mereka santai di dalam sehingga membuat orang-orang dibelakangnya kesal. Itupun setelah keluar sama sekali tidak merasa bersalah. Jangankan minta maaf, rona mukanya pun tidak menunjukkan apa-apa. Mengantri di bank pun demikian. Selalu saja ada orang yang berlama-lama ketika sudah mendapat giliran. Demikian pula di antrian-antrian lainnya. Atau bagaimana dengan orang yang berkendara di jalan tapi tidak mematuhi tata tertib berlalu lintas? Contoh kecil saja, berjalan pelan di tengah jalan, membuat kendaraan di belakangnya harus tersendat semua. Atau setelah lampu hijau tapi tidak segera maju, parkir di tengah jalan dan sebagainya. Masalah-masalah kecil seperti ini biasa kita hadapi, dan sedikit banyak bisa membuat kita kehilangan kesabaran. Kita merasa kesal, menggerutu, dan lama-lama mengutuk dan sebagainya. Saya aslinya merupakan orang yang gampang tersulut emosinya. Dan butuh waktu yang tidak sedikit bagi saya untuk pelan-pelan merubah sifat itu. Menjadi sabar bukanlah perkara yang mudah. Tidak peduli seberapa besar keinginan saya dahulu untuk berubah, kerap kali saya gagal. Apa yang membuat saya akhirnya bisa berubah adalah dengan terlebih dahulu merubah pola pikir saya, mengisi hati dan pikiran saya dengan kasih. Ada kalanya saya masih bisa kesal tentu saja, tetapi setidaknya sebuah pandangan untuk mengasihi orang lain akan cepat membuat saya reda sehingga saya tidak harus terjebak pada berbagai jebakan di balik emosi atau kemarahan.

Pesan untuk menjadi orang yang sabar berulangkali disampaikan dalam Alkitab, baik di Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Yakobus mengingatkan "Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah." (Yakobus 1:19-20). Janganlah cepat emosi, jangan cepat beradu argumen, tetapi dengarkanlah dahulu apa kata orang, atau cobalah berpikir hal-hal yang positif sebelum kita buru-buru berkomentar. Paulus dalam suratnya kepada jemaat Filipi berkata "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8). Dan itu adalah baik untuk diterapkan agar kita tidak cepat emosi. Orang lama di ATM misalnya, itu bisa mengesalkan kita. Berpikir positiflah tentang itu. Mungkin ada banyak yang harus ia kerjakan, mungkin ia sedang dalam kesulitan, dan pikiran-pikiran seperti itu mampu menjauhkan kita dari ungkapan-ungkapan sesaat akibat kekesalan namun seperti yang dikatakan dalam ayat Yakobus di atas, itu tidaklah mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.

Kesabaran itu harus bisa mengisi hari-hari kita. Kekristenan selalu berbicara soal kesabaran dalam menanggung segala sesuatu. Bukankah Tuhan sendiri begitu sabar menghadapi kita? Bayangkan apabila sedikit saja salah kita langsung dibinasakan, apa jadinya kita? Tapi Tuhan bukanlah Pribadi yang seperti itu. Dia selalu sabar menghadapi kita, dan selalu menyambut kita dengan penuh sukacita ketika kita datang kepadaNya. Jika Bapa saja seperti itu, masa kita anak-anakNya malah menunjukkan sikap yang bertolak belakang? Dan Alkitab memang berbicara soal kesabaran dalam menanggung segala sesuatu secara luas. Dalam situasi paling sulit pun kita harus bersabar, apalagi dalam situasi-situasi kecil saja, itu seharusnya tidaklah susah untuk diatasi. Bagaimana Tuhan bisa begitu bersabar kepada kita? Jawabannya hanya satu: karena Dia sungguh sangat mengasihi kita. Kasih punya kekuatan besar untuk mentransformasi manusia dan membawa perbedaan nyata ke arah kebaikan secara luas. Dan Firman Tuhan pun sudah menyatakan demikian.

Dalam 1 Korintus 13:4-7 Paulus merinci secara lengkap mengenai hal-hal yang tercakup dalam kasih, dan sabar itu merupakan satu di dalamnya, bahkan disebutkan paling depan. "Kasih itu sabar..." (ay 3). Jadi menerapkan kasih seharusnya bisa membuat kita menjadi pribadi-pribadi yang lebih sabar. Itu sudah saya buktikan dan ternyata berhasil. Kemudian membiarkan diri kita hidup dipimpin oleh Roh, itupun akan mampu menghasilkan buah-buah Roh dimana salah satunya adalah kesabaran. "Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu." (Galatia 5:22-23). Hidup oleh kasih dan dipimpin oleh Roh akan membuat kita menjadi pribadi-pribadi yang baik seperti yang diharapkan Tuhan.

Seruan untuk menjadi orang-orang yang sabar berulang kali diserukan di dalam Alkitab. Dalam Efesus tertulis: "Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu." (Efesus 4:2). Serangkaian nasihat sebelum Paulus menutup suratnya kepada jemaat Tesalonika pun berisi pesan agar kita bisa menjadi orang-orang yang sabar. "sabarlah terhadap semua orang." (1 Tesalonika 5:14).

Kita tidak bisa menghindari persinggungan dengan orang-orang yang sulit ataupun situasi sulit. Membiarkan diri kita gampang kesal hingga emosi tidaklah baik buat diri kita maupun bagi orang-orang disekitar kita. Kita tidak bisa mengelak dari bertemu dengan kondisi-kondisi seperti itu, tapi kita bisa merubah paradigma berpikir kita dengan hal-hal positif, dan mengisi hati kita dengan sikap yang mengasihi orang lain. Kedua hal ini akan mampu membuat diri kita teduh, sejuk dan dengan demikian kita tidak harus kehilangan sukacita dan bisa tetap menikmati hari demi hari secara maksimal. Jika anda berhadapan dengan orang-orang atau situasi yang berpotensi mengesalkan anda, andalkanlah Tuhan. Rohnya ada didalam anda, sehingga buah-buah yang dihasilkan Roh itu akan mampu membuat anda memandang situasi atau orang tersebut dengan pandangan yang berbeda.Miliki pandangan atas dasar kasih dan buah-buah Roh, itu akan membuat kita menjadi orang-orang yang jauh lebih sabar dalam menghadapi situasi apapun.

Hiduplah dalam kasih dan hasilkanlah buah-buah Roh

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Friday, March 4, 2011

Belajar dari Kisah Zakheus (2)

(sambungan)

Kedua, Tuhan bukanlah Pribadi yang hanya berpangku tangan, tetapi lebih daripada itu Dia adalah Sosok yang bersikap Pro-Aktif. Dalam beberapa kesempatan Tuhan menunjukkan betapa Dia rela mengulurkan tanganNya terlebih dahulu untuk menggugah kita agar segera bertobat dan kembali ke jalanNya. Dalam kasus Zakheus Yesus menunjukkan hal itu. Dia mau menyapa dan mendatangi orang yang berdosa seperti apapun dan membuka kesempatan untuk bertobat. Dalam kisah kemunculan Yesus di kolam Betesda (Yohanes 5:1-18) Dia mendatangi seseorang yang tampaknya sudah kehilangan harapan karena tidak mampu bersaing dengan para pesakitan lainnya dan menawarkan kesembuhan juga keselamatan. "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk." (ay 14).Dalam kisah perjumpaan Yesus dengan wanita Samaria di sumur (Yohanes 4:1-42) kita kembali menyaksikan reaksi yang sama. Seorang wanita dari bangsa yang dianggap hina oleh bangsa Yahudi Dia hampiri dan diberikan air hidup. (ay 10), dimana "..barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal." (ay 14).

Tuhan selalu mau menjangkau kita terlebih dahulu sebelum kita menjangkauNya. Bahkan Yesus sendiri telah mati ketika kita sendiri masih bergelimang dosa. (Roma 5:8). Dia begitu mengasihi kita dan tidak pernah ingin siapapun dari kita untuk binasa. Dia ingin kita semua selamat, itu kerinduanNya, dan untuk itu Dia tidak segan-segan untuk menjamah kita terlebih dahulu. Firman Tuhan berkata: "Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku." (Wahyu 3:20). Yesus tidak hanya berpangku tangan, menunggu dan membiarkan kita untuk terus mengarah kepada jurang kebinasaan, tetapi Dia mau mengetuk pintu hati kita agar mau menerimaNya lalu menerima keselamatan daripadaNya. Tidak ada kata terlambat, kesempatan selalu terbuka bagi kita selama kita masih hidup. Dan Tuhan tidak sungkan untuk bertindak terlebih dahulu untuk itu.

Hal ketiga yang bisa kita jadikan pelajaran dari kisah Zakheus adalah, jika Tuhan saja mau menjangkau orang berdosa, yang tertolak atau yang dianggap hina dimata masyarakat, mengapa kita tidak mau melakukannya? Mengapa kita tega ikut-ikutan menganggap bahwa mereka memang tidak pantas diselamatkan, tidak jarang pula ada yang tega mengutuki mereka? Seperti halnya kita, mereka pun merupakan ciptaan Tuhan yang Dia kasihi, dan sama-sama Dia inginkan untuk selamat. Aliran kasih Tuhan bisa tersalur kepada mereka lewat kita, representatif Kerajaan Allah di muka bumi pada saat ini. Begitu pentingnya pesan ini maka Yesus pun menyatakan "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Matius 25:40).



Keempat, lihatlah bahwa pertobatan kita bisa berdampak luas bukan saja kepada diri kita sendiri tapi bisa menjangkau seisi rumah atau keluarga kita. Yesus dengan jelas  berkata kepada Zakheus: "Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham." (Lukas 19:9). Lihatlah bahwa pertobatan satu orang Zakheus ternyata membawa keselamatan kepada seluruh keluarganya. Kembali hal yang sama bisa kita saksikan atas kepala penjara Filipi yang memenjarakan dan memasung Paulus dan Silas. (Kisah Para Rasul 16:19-40). Dalam kisah itu si kepala penjara menyaksikan sendiri bagaimana kuasa tangan Tuhan melepaskan Paulus dan Silas sebagai jawaban atas doa dan puji-pujian yang mereka panjatkan sepanjang malam. Menyaksikan itu, ia pun terhenyak dan ingin bertobat. Paulus dan Silas menjawab: "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu." (ay 31). Pertobatan kita bisa menjamah hati seisi keluarga, dan Tuhan bisa memakai pertobatan kita untuk membawa keselamatan secara luas bagi keluarga kita. Bagaimana di jaman ini? Seorang Pendeta baru saja memberi kesaksian, bahwa lewat pertobatan seorang wanita, seluruh keluarga besarnya kemudian bertobat  dengan Jumlah mencapai lebih dari 100 orang.

Sebuah kasih yang sejati dari Allah memiliki kuasa yang sangat besar untuk membawa transformasi baik kepada pribadi orang per-orang bahkan kepada kota, negara bahkan dunia. Kasih sejati dari Allah itu sanggup menyentuh hati dan mengubah hidup. Tidak peduli seberapa besar dosa kita di masa lalu, selalu ada pengampunan untuk itu. "Marilah, baiklah kita berperkara! --firman TUHAN--Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." (Yesaya 1:18). Kepada salah seorang yang disalibkan di sebelah Yesus, Dia berkata "..sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." (Lukas 23:43). Tuhan selalu membuka pintu selebar-lebarnya untuk menerima pertobatan dan mengampuni kita, lebih dari itu Dia pun tidak segan-segan bertindak pro-aktif untuk menjangkau kita terlebih dahulu. Begitu besar kasih karunia Tuhan kepada kita, sehingga sudah seharusnya kita pun tidak menutup mata dari orang-orang yang mungkin dikucilkan dari masyarakat atau yang merasa tidak lagi punya pengharapan. Merekapun dikasihi Tuhan sama seperti kita, dan itu harus kita sampaikan kepada mereka. Marilah kita bersyukur atas kebaikan Tuhan yang terus mencurahkan berkat dan kasih karuniaNya kepada kita, dan marilah kita salurkan semua itu kepada orang lain.

Kasih yang tulus mampu menyentuh hati dan membawa transformasi hidup

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho