Thursday, March 11, 2010

Melupakan Penciptanya

Ayat bacaan: Roma 1:20
====================
"Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih."

melupakan penciptanyaSudah menjadi seperti kebiasaan kalau sosok yang paling dikenal dalam sebuah band adalah vokalisnya. Padahal band yang mengiringi sang vokalis memegang peranan yang tidak sedikit. Gitaris masih lumayan, pemain keyboard pun demikian. Tapi bagaimana dengan pemain bass? Sangat jarang dilirik. Seorang teman yang bermain bass bercerita pada suatu kali bahwa ia sudah tampil begitu banyak, tapi jarang ada orang yang mengapresiasi permainannya. Tanpa bass, sebuah band format standar juga tidak akan bisa tampil maksimal. Tapi itulah yang terjadi. Orang lebih cenderung mengagumi penyanyi ketimbang musisi pengiring di belakangnya. Pemain-pemain bass yang sudah senior sekalipun, yang sudah masuk kategori maestro sekalipun masih sedikit sekali yang kenal. "itu nasib musisi yang aktif sebagai session player.." kata teman saya itu. Masih untung dalam jazz selalu ada bagian-bagian dalam lagu yang memang disediakan untuk ruang improvisasi untuk masing-masing musisi. Mereka bisa tampil di depan unjuk kebolehan dalam beberapa bar. Tapi ini jarang dilakukan dalam jenis-jenis musik lainnya. Sehebat apapun mereka bermain, orang jarang mengapresiasi. Padahal tanpa mereka bunyi sebuah lagu pun akan berbeda rasanya.

Tuhan pun tahu betul rasanya seperti ini. Karena kesibukan dalam kehidupan kita seringkali melupakan Tuhan. Bukankah semua yang ada di dunia ini merupakan hasil karyaNya? Jika demikian mengapa kita malah melupakan Penciptanya? Orang sibuk meminta agar bisa berhasil, tapi semakin orang sukses, semakin jauh pula mereka meninggalkan Tuhan yang memberikan kesuksesan itu. Singkatnya, bagi banyak orang, Tuhan hanyalah berfungsi sebagai palang pintu terakhir dalam menghadapi masalah, ketika semuanya tidak lagi bisa dilakukan. Tidak seharusnya kita memperlakukan Tuhan seperti itu. Ketika kita menikmati segala hasil ciptaanNya di dunia ini, seharusnya kita bersyukur, memuji dan memuliakanNya dalam segala sesuatu yang kita nikmati itu.

Lihatlah bagaimana Daud memuji keagungan Tuhan pencipta langit dan bumi beserta segala isinya dalam Mazmur 104 dengan begitu indahnya. Mazmur 104 ini diberi judul "Kebesaran Tuhan dalam segala ciptaanNya", dan itu benar adanya. Secara puitis Daud melukiskan rasa sukacitanya memandang ciptaan Tuhan yang begitu luar biasa. Misalnya penggalan berikut ini: "Engkau yang melepas mata-mata air ke dalam lembah-lembah, mengalir di antara gunung-gunung, memberi minum segala binatang di padang, memuaskan haus keledai-keledai hutan; di dekatnya diam burung-burung di udara, bersiul dari antara daun-daunan. Engkau yang memberi minum gunung-gunung dari kamar-kamar loteng-Mu, bumi kenyang dari buah pekerjaan-Mu. Engkau yang menumbuhkan rumput bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan untuk diusahakan manusia, yang mengeluarkan makanan dari dalam tanah dan anggur yang menyukakan hati manusia, yang membuat muka berseri karena minyak, dan makanan yang menyegarkan hati manusia." (Mazmur 104:10-15). Jangan lupa pula ciptaanNya yang paling istimewa, His masterpiece, yaitu manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar dan rupaNya sendiri. Tidak ada satupun manusia yang persis sama, baik rupa, warna, bentuk, sifat dan sebagainya. Itu pekerjaan yang sungguh luar biasa yang tidak akan bisa dilakukan oleh siapapun selain Allah. Ironis sekali ketika justru ciptaanNya yang teristimewa pula-lah yang cenderung melupakanNya.

Daud berbicara begitu banyak tentang menaikkan puji-pujian bagi Tuhan. Dia begitu menyadari bahwa kebesaran Tuhan itu terlihat nyata dan jelas melalui segala hasil ciptaanNya. Salah satunya berbunyi "Haleluya! Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Aku hendak memuliakan TUHAN selama aku hidup, dan bermazmur bagi Allahku selagi aku ada." (Mazmur 146:1-2). Di kesempatan lain ia menuliskan pujian seperti ini: "Bersyukurlah kepada TUHAN, panggillah nama-Nya, perkenalkanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa! Bernyanyilah bagi-Nya, bermazmurlah bagi-Nya, percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib!" (1 Tawarikh 16:8-9). Pertanyaannya, apakah kita menyadari kebesaran Tuhan melalui karya-karyaNya seperti Daud? Sudahkah kita merenung dan memuji Tuhan ketika kita melihat alam yang begitu indah, yang meski sudah semakin berkurang tapi masih bisa kita nikmati hari ini? Ketika melihat matahari bersinar indah ditengah sekumpulan awan putih, melihat indahnya bintang gemerlapan di tengah malam, bunga-bunga warna-warni bermekaran, bahkan setiap oksigen yang kita hirup yang disediakan gratis untuk kita, sudahkah kita bersyukur dan memuliakan namaNya?

Kenyataannya manusia cenderung menikmati hasil ciptaanNya tapi melupakan siapa "virtuoso" di balik semua itu. Sama seperti menikmati sebuah lagu yang sangat indah, tapi tidak peduli siapa orang-orang yang bermain di balik lagu-lagu itu. Padahal tanpa musisi, tidak akan ada lagu yang tercipta. Paulus menggambarkan sifat melupakan Tuhan ini sebagai kefasikan dan kelaliman yang memurkakan Tuhan. Tuhan memang tidak terlihat kasat mata seperti kita memandang manusia atau alam dan isinya, tapi jika kita mau sedikit berpikir, kehebatan Tuhan itu sebenarnya bisa terlihat jelas dari segala karyaNya sejak dahulu hingga sekarang. Itulah yang dikatakan pula oleh Paulus. "Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih." (Roma 1:20). Tapi banyak orang yang tidak menyadari hal ini, tidak memuliakan dan tidak mengucap syukur kepada Tuhan. "Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap." (ay 21). Yang lebih parah, malah ada banyak orang yang tega menggantikan kemuliaan Allah dengan segala sesuatu yang fana dalam berbagai bentuk untuk disembah. "Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar...mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin." (ay 23,25). Hal-hal seperti ini sungguh tidak pantas kita lakukan. Ketika kita menikmati hasil ciptaan Tuhan yang indah ini, seharusnya kita bersyukur dan memuliakanNya pula dalam setiap waktu kita menikmatinya.

Maestro di atas segala maestro telah menyediakan segalanya bagi kita. The Virtuoso of heaven has given us all the beautiful things in our lives. Dan Tuhan yang penuh kasih itu telah dengan jelas menyatakan diriNya sendiri lewat segala ciptaanNya yang bisa kita lihat dan rasakan setiap hari. Marilah hari ini kita tinggalkan sejenak doa yang berisi keluh kesah dan daftar permintaan. Datanglah kepadaNya dan muliakanlah Dia dengan pujian dan penyembahan yang terbaik dari diri kita, penuhi doa-doa kita dengan ucapan syukur yang mengagungkan namaNya. He deserves it after everything he has done and created for us.

Segala ciptaan yang indah bagaikan jari telunjuk yang terarah kepada Tuhan

No comments:

Post a Comment