Monday, June 21, 2010

Durian

Ayat bacaan: 2 Korintus 2:16
========================
"Bagi yang terakhir kami adalah bau kematian yang mematikan dan bagi yang pertama bau kehidupan yang menghidupkan. "

durian, bau harum, busukBeberapa hari yang lalu istri saya iseng mencari segala sesuatu yang berhubungan dengan durian di youtube. Kami sama-sama tertawa melihat banyaknya orang asing yang merekam tingkah laku mereka ketika hendak membuka sebuah durian. Ada yang menertawakan temannya yang dipaksa menyicipi durian untuk kali pertama, ada yang mencoba mendeskripsikan betapa "aneh"nya bau dan rasa durian dan sebagainya. Di salah satu video bahkan ada yang menggambarkan durian bagaikan alien dari luar angkasa. Sebagian besar mengatakan bahwa durian memiliki bau seperti bawang putih, saya pun heran entah dari mana mereka bisa mengatakan mirip. Rasanya menjijikkan, ada yang sampai hampir muntah sebelum mencoba dan sebagainya. Lucu sekali rasanya melihat pola dan tingkah laku mereka ketika mencoba durian. Jangankan mencoba, membelahnya saja sudah salah. Anda termasuk penggemar atau pembenci durian? Begitu unik dan kontroversialnya buah durian ini, bagi yang suka akan rela mengeluarkan kocek berapapun untuk bisa mendapatkan durian, sementara bagi sebagian lainnya buah ini dianggap menjijikkan. Bahkan di beberapa negara buah durian dinyatakan sebagai buah terlarang untuk masuk ke negaranya. Durian itu harum dan lezat bagi sebagian orang, tapi busuk dan menjijikkan bagi sebagian lainnya.

Seperti apa "bau" kita bagi orang lain? Paulus pernah pada suatu kali menggambarkan hal ini. "Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya. Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana." (2 Korintus 2:14). Keharuman pengenalan akan Kristus seharusnya tercermin lewat sikap, perbuatan dan tingkah laku kita, duta-dutaNya di dunia ini. Hidup kita seharusnya memancarkan keharuman Kristus dengan menjadi terang dan garam di mata dunia. Berbagai kesaksian-kesaksian dalam hidup kita seharusnya bisa menyebarkan keharuman akan Kristus kemanapun kita pergi. Tapi seperti durian tadi, bau dari diri kita bisa saja dinilai berbeda. Bagi sebagian orang kita bisa dipandang sebagai suatu keharuman. Mereka akan suka berada di dekat kita, merasa sukacita dan damai ketika kita ada bersama mereka. Namun sebaliknya bagi yang menolak. Mereka akan menganggap kita bagaikan sampah yang berbau busuk, menjijikkan, dan harus dihindari atau ada pula yang lebih ekstrim lagi hingga ingin menghancurkan. Dan itulah yang kita hadapi sebagai pengikut Kristus. Akan ada saja orang-orang yang membenci kita karena kita menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Paulus mengatakannya demikian "Bagi yang terakhir kami adalah bau kematian yang mematikan dan bagi yang pertama bau kehidupan yang menghidupkan." (ay 16). Ayat ini hadir mengikuti ayat sebelumnya yang berbunyi: "Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa." (ay 15). Jadi yang dimaksud Paulus dengan "yang terakhir" itu adalah bagi yang binasa, sedangkan "yang pertama" merupakan orang-orang yang diselamatkan. Seperti apapun orang mengira bau yang kita pancarkan, apakah itu keharuman atau kebusukan dalam pandangan orang-orang disekitar kita, jika kita melakukan tepat seperti apa yang diinginkan Tuhan, maka itu tetaplah berbau harum bagi Tuhan. Itu yang dinyatakan Paulus dalam ayat 15 di atas.

Dalam prakteknya, manusia seringkali lebih mementingkan status di hadapan manusia dibandingkan di hadapan Allah. Mereka akan terus berkompromi untuk mengikuti apa yang salah agar tidak dikucilkan, tidak jarang pula mereka akan merasa malu menjadi pengikut Yesus dan menyangkal iman mereka agar mereka tidak dimusuhi. Dan ini sudah terjadi sejak jaman ketika Yesus hadir di tengah-tengah manusia. "Namun banyak juga di antara pemimpin yang percaya kepada-Nya, tetapi oleh karena orang-orang Farisi mereka tidak mengakuinya berterus terang, supaya mereka jangan dikucilkan." (Yohanes 12:42). Mengapa harus demikian? Inilah jawabannya: "Sebab mereka lebih suka akan kehormatan manusia dari pada kehormatan Allah." (ay 43). Ini jelas salah. Berhati-hatilah agar kita tidak terjebak dalam perilaku seperti ini, karena menyangkal Kristus akan membuahkan sesuatu yang fatal akibatnya. "Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 10:32-33). Dan kita tahu apa konsekuensinya ketika Yesus tidak mengakui kita di hadapan Bapa. Jurang kebinasaan kekal penuh siksaan pun akan segera menanti kita. Itulah sebabnya Paulus mengatakan bahwa kita harus terus "berbicara sebagaimana mestinya dengan maksud-maksud murni atas perintah Allah dan di hadapan-Nya." (2 Korintus 2:17). Tidak perlu malu atau takut untuk mengakui iman kita. Apakah itu akan dianggap harum atau busuk di hadapan orang, di mata Tuhan itu akan selalu dianggap sebagai keharuman.

Bagaimana bau yang kita pancarkan hari ini? Apakah kita sudah menyebarkan aroma keharuman Kristus lewat hidup dan kesaksian kita? Apakah orang bisa mencium aroma Kristus melalui pekerjaan, keluarga, sikap, tingkah laku, gaya hidup, perkataan dan perbuatan kita? Apakah itu yang kita lakukan, atau justru sebaliknya menyingkirkan keharuman itu karena takut dikenali orang sebagai pengikut Kristus? Tampillah sebagai orang-orang yang berani berbicara sebagaimana mestinya. Banggalah sebagai pengikut Kristus karena sesungguhnya Dia telah menganugerahkan keselamatan bagi kita semua yang percaya kepadaNya. Apakah itu dianggap harum atau busuk di mata manusia bukanlah soal. Apa yang penting adalah bagaimana bau kita di hadapan Tuhan.

Jadilah orang-orang yang memancarkan bau yang harum dari Kristus

No comments:

Post a Comment